Setelah kepergian Eros, Mika dan Kai langsung pergi ke pusat perbelanjaan atau mall. Dan sepanjang perjalanan masuk ke dalam Mall, Kai terus menggenggam tangannya dan entah kenapa Mika menjadi gugup.“Rasanya seperti kencan, padahal kita hanya membeli hadiah untuk Tuan Ergan,” batin Mika. Ini pertama kalinya Mika keluar berdua bersama seorang pria, ia bahkan tidak pernah melakukan ini bersama Eros yang adalah suaminya sendiri.Mika juga terus memperhatian genggaman tangan Kai. Perlakuan Kai membuat mereka terlihat seperti pasangan. "Mika, apa ada dress yang kamu suka?" tanya Kai membuat Mika terkesiap kaget dan tersadar dari lamunannya. "A-aku tidak tahu, mungkin aku akan membeli dress yang tidak terlalu formal."Ia mendongakan kepalanya lalu menatap ke sekitar mencari dress yang sekiranya akan cocok untuk ia kenakan ke makan malam dengan Tuan Ergan. "Tapi semua dress di sini tampak cantik, aku jadi bingung,” keluh Mika. Ia tidak bisa memilih dress mana yang akan ia beli, melihat Mi
"Siapa yang mendorong gadis ini, hingga hampir jatuh?" tanya Kai sembari menatap semua orang yang menghina Mika tadi. Mereka semua terdiam, seperti takut dengan aura kemarahan yang dikeluarkan Kai. Dari penampilan Kai saja, mereka sudah tau kalau Kai bukan orang biasa. "Bukan kami, lagipula dia yang menyebabkan kericuhan seperti ini, dan sepertinya karyawan itu juga yang mendorongnya," ucap salah satu pelanggan menunjuk karyawan toko yang sedari tadi hanya diam. Kini tatapan Kai teralihkan pada karyawan toko yang sudah melangkah mundur, ketakutan. Karyawan toko itu menggelengkan kepalanya kencang, tidak mengaku kalau ialah yang sudah mendorong Mika. "B-bukan aku! Aku sedari tadi berdiri di sini," jawabnya gugup dan dari kegugupannya itu Kai bisa tahu kalau karyawan toko itu menyembunyikan kebenarannya. "Sudahlah, Kai. Aku tidak apa-apa. Ini hanya kesalahpahaman," ucap Mika membela karyawan toko itu. Ia tidak ingin memperbesar masalahnya. "Kenapa malah jadi mengalihkan pembicaraan?
“Tuan, Nona. Saya mohon maafkan saya. Saya tidak punya uang untuk mengganti pakaiannya karena itu saya melakukannya.” Karyawan itu terus memohon, ia memegangi kaki Mika, meminta pengampunan darinya karena takut dengan raut wajah Kai. Ia tahu kalau Kai tidak akan melepaskannya dengan mudah dan akan membalas apa yang telah ia lakukan, karena itu ia berharap Mika memaafkannya.Mika menghela nafasnya, meski karyawan itu sudah sangat jahat kepadanya tapi Mika tidak mau dianggap sama jahat dengannya. Ia menyunggingkan senyumannya dan mengangguk."Sudah, berdirilah. Saya memaafkan anda, jadi ayo bangun. Saya mengerti kalau menjadi karyawan toko itu bukan pekerjaan yang mudah,” ucap Mika sembari menarik tubuh karyawan itu untuk berdiri bersamanya. Dan ucapan Mika membuat karyawan itu sangat lega dan senang.
"Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi Tuan Ergan,” ucap Kai ketika mereka hampir sampai di rumah Tuan Ergan. "Kamu dan Eros sepertinya sangat dekat, ya?” tanya Mika. Tuan Ergan bahkan sampai mengenal Kai, itu berarti hubungan mereka lebih dari sekedar teman, mereka sudah seperti keluarga."Iya, kita sudah berteman sejak kuliah dan Eros selalu mendukungku meski aku masuk ke dalam organisasi ilegal,” jawab Kai. Mika hanya menganggukan kepalanya, ia sebenarnya tidak pernah mempunyai teman, apalagi teman yang seperti keluarga seperti Kai dan Eros."Aku tidak tahu bagaimana rasanya.” Kai yang sedang menyetir, langsung melirik ke arah Mika sebentar. "Apa kamu tidak punya teman? Bukankah kamu masuk ke universitas favorit di kota ini?” tanya Kai dengan sedikit terkejut, kepribadian Mika sangat bagus dan wanita itu sangat
Mereka selesai menyantap makan malam. Ergan langsung beranjak bangun dari duduknya dan menatap ke arah Eros. "Eros, bisakah kita berbicara sebentar di ruang kerjaku?” tanya Ergan dan dibalas anggukan kepala oleh Eros. "Tentu saja, ayah. Kalian tunggu sebentar ya,” balas Eros. Ia segera bangun dan berjalan mengikuti ayahnya. Sedangkan Mika dan Kai hanya menganggukan kepala mereka. Dan kini hanya ada mereka berdua di meja makan itu, Mika masih merasa sedikit canggung karena pengakuan Kai tadi di depan Eros dan Ergan. Ia senang tapi juga khawatir, perasaannya bercampur aduk. "Sepertinya mereka membicarakan sesuatu yang serius, atau urusan pekerjaan,” ucap Kai mengawali pembicaraan diantara mereka. "Benar, tidak mungkin mereka mengatakannya di depan kita. “Tidak ingin terlihat kalau dirinya gugup, Mika membalas ucapan pria itu. Sampai Kai tiba-tiba beranjak bangun dari duduknya dan berpindah duduk di samping Mik
Pukul 10 malam, Mika dan Eros sampai di rumah. Mereka masuk ke dalam rumah danMika segera membantu Eros melepaskan jas yang ia pakai lalu menggantungnya."Kamu benar-benar dekat dengan Kai?” tanya Eros, dengan reflek Mika menoleh ke arah Eros yang sedang membuka kancing kemejanya satu persatu dengan raut wajahnya yang tidak terlihat senang."Tidak terlalu, aku tidak menganggap kami dekat. Tapi dia selalu mengajakku mengobrol dan berada dekat denganku. Mungkin karena itu dia beranggapan kalau kita dekat,” jawab Mika. Ia sengaja berbohong, karena tidak mungkin ia mengatakan hubungan mereka yang sebenarnya."Tapi kamu terlihat akrab dengan dia,”ucap Eros, ia ikut menatap Mika dan menatapnya dengan tajam. “Tidak, Eros.” Mika berusaha meyakinka
Sudah sekitar 2 hari sejak kedatangan Paula ke rumah Eros. Dan benar saja, rumah rasanya seperti neraka, Mika tidak pernah merasakan ketenangan lagi. Paula dan Eros tidak pernah sedetikpu membuat hidupnya berjalan dengan tenang. "Mika, bisakah kamu membawakan handuk milikku? Aku lupa membawa handuk ke kamar mandi," teriak seorang wanita dari dalam kamar mandi. Paula benar-benar memanfaatkan keberadaan Mika sebagai pelayannya selama 2 hari ini. "Kenapa tidak membawanya sendiri! Tidak akan ada yang melihat tubuh telanjangmu itu," gerutu Mika sangat kesal karena Paula terus bersikap seenaknya di rumah ini."Bawakan saja handuknya padaku! Kalau tidak dibawakan, aku akan membasahi lantai kamar Eros dan membuatmu dimarahi olehnya," ancamnya. Paula selalu menjadikan Eros sebagai kelemahan untuk Mika agar Mika mau melakukan apa yang ia suruh."Wanita murahan ini, dia selalu mengancamku dan membawa Eros dalam ancamannya," batin Mika. Ia harus terus menelan amarahnya bulat-bulat setiap berha
"Kai, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mika dengan panik. Ia tidak menyangka kalau Kai akan berani datang tanpa memberitahu Mika terlebih dahulu. "Untuk bertemu denganmu," jawab Kai dengan santainya, pria itu masih menyunggingkan senyumannya dan menatap wajah Mika dengan lekat. Ia sangat merindukan wanita yang berdiri di hadapannya sekarang, dan tidak mempedulikan kepanikan Mika. "Apa kamu gila? Di sini ada Eros!" seru Mika dengan sedikit berbisik, ia menoleh ke belakang dan mengecek keberadaan Eros. Namun, Kai tampak tidak peduli, dan ikut melihat ke dalam rumah. "Kai, Eros akan curiga kalau kamu datang tiba-tiba seperti ini." "Tapi aku ingin bertemu denganmu, sudah 2 hari kita tidak bertemu. Pesanku saja tidak kamu balas," keluh Kai dengan ekspresi sedih di wajahnya. Mika memang tidak sempat mengecek ponselnya karena Paula selalu membuatnya sibuk selama 2 hari ini. Tapi ia tidak menyangka kalau Kai akan mendatanginya secara langsung. "Kita bisa bertemu nanti, sekarang kamu se