"Ayahku hanya ingin acara kecil-kecilan.""Kenapa? Padahal kamu bisa membuat pesta besar dan mengundang seluruh karyawan perusahaan.""Aku sudah menawarinya, tapi dia tidak mau."Terdengar suara dua orang sedang berbincang dan suara itu yang membuat Mika terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke sekitar ruangan dan ia sadar kalau dirinya tidak berada di sofa lagi. Ia berada di kamar tamu. "Kenapa aku bisa ada di sini? Apa aku tidur sambil berjalan kesini? Eros akan marah kalau tahu aku tidur di sini," gumam Mika. Ia beranjak bangun dari tempat tidur itu dengan terburu-buru dan berjalan keluar dari kamar itu. Ia masih belum menyadari kalau Eros tidak sedang sendirian. "Eros, maafkan aku. Aku tidak tahu bagaimana bisa aku tidur...." Ucapannya terhenti tiba-tiba ketika ia melihat seorang pria yang tidak asing, duduk berhadapan dengan Eros. Ternyata suara perbincangan mereka berdua yang membangunkannya dan membuat Mika kini tersadar. "Astaga, istriku sudah bangun! Ayo kesini sayang. Kamu
Setelah kepergian Eros, Mika dan Kai langsung pergi ke pusat perbelanjaan atau mall. Dan sepanjang perjalanan masuk ke dalam Mall, Kai terus menggenggam tangannya dan entah kenapa Mika menjadi gugup.“Rasanya seperti kencan, padahal kita hanya membeli hadiah untuk Tuan Ergan,” batin Mika. Ini pertama kalinya Mika keluar berdua bersama seorang pria, ia bahkan tidak pernah melakukan ini bersama Eros yang adalah suaminya sendiri.Mika juga terus memperhatian genggaman tangan Kai. Perlakuan Kai membuat mereka terlihat seperti pasangan. "Mika, apa ada dress yang kamu suka?" tanya Kai membuat Mika terkesiap kaget dan tersadar dari lamunannya. "A-aku tidak tahu, mungkin aku akan membeli dress yang tidak terlalu formal."Ia mendongakan kepalanya lalu menatap ke sekitar mencari dress yang sekiranya akan cocok untuk ia kenakan ke makan malam dengan Tuan Ergan. "Tapi semua dress di sini tampak cantik, aku jadi bingung,” keluh Mika. Ia tidak bisa memilih dress mana yang akan ia beli, melihat Mi
"Siapa yang mendorong gadis ini, hingga hampir jatuh?" tanya Kai sembari menatap semua orang yang menghina Mika tadi. Mereka semua terdiam, seperti takut dengan aura kemarahan yang dikeluarkan Kai. Dari penampilan Kai saja, mereka sudah tau kalau Kai bukan orang biasa. "Bukan kami, lagipula dia yang menyebabkan kericuhan seperti ini, dan sepertinya karyawan itu juga yang mendorongnya," ucap salah satu pelanggan menunjuk karyawan toko yang sedari tadi hanya diam. Kini tatapan Kai teralihkan pada karyawan toko yang sudah melangkah mundur, ketakutan. Karyawan toko itu menggelengkan kepalanya kencang, tidak mengaku kalau ialah yang sudah mendorong Mika. "B-bukan aku! Aku sedari tadi berdiri di sini," jawabnya gugup dan dari kegugupannya itu Kai bisa tahu kalau karyawan toko itu menyembunyikan kebenarannya. "Sudahlah, Kai. Aku tidak apa-apa. Ini hanya kesalahpahaman," ucap Mika membela karyawan toko itu. Ia tidak ingin memperbesar masalahnya. "Kenapa malah jadi mengalihkan pembicaraan?
“Tuan, Nona. Saya mohon maafkan saya. Saya tidak punya uang untuk mengganti pakaiannya karena itu saya melakukannya.” Karyawan itu terus memohon, ia memegangi kaki Mika, meminta pengampunan darinya karena takut dengan raut wajah Kai. Ia tahu kalau Kai tidak akan melepaskannya dengan mudah dan akan membalas apa yang telah ia lakukan, karena itu ia berharap Mika memaafkannya.Mika menghela nafasnya, meski karyawan itu sudah sangat jahat kepadanya tapi Mika tidak mau dianggap sama jahat dengannya. Ia menyunggingkan senyumannya dan mengangguk."Sudah, berdirilah. Saya memaafkan anda, jadi ayo bangun. Saya mengerti kalau menjadi karyawan toko itu bukan pekerjaan yang mudah,” ucap Mika sembari menarik tubuh karyawan itu untuk berdiri bersamanya. Dan ucapan Mika membuat karyawan itu sangat lega dan senang.
"Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi Tuan Ergan,” ucap Kai ketika mereka hampir sampai di rumah Tuan Ergan. "Kamu dan Eros sepertinya sangat dekat, ya?” tanya Mika. Tuan Ergan bahkan sampai mengenal Kai, itu berarti hubungan mereka lebih dari sekedar teman, mereka sudah seperti keluarga."Iya, kita sudah berteman sejak kuliah dan Eros selalu mendukungku meski aku masuk ke dalam organisasi ilegal,” jawab Kai. Mika hanya menganggukan kepalanya, ia sebenarnya tidak pernah mempunyai teman, apalagi teman yang seperti keluarga seperti Kai dan Eros."Aku tidak tahu bagaimana rasanya.” Kai yang sedang menyetir, langsung melirik ke arah Mika sebentar. "Apa kamu tidak punya teman? Bukankah kamu masuk ke universitas favorit di kota ini?” tanya Kai dengan sedikit terkejut, kepribadian Mika sangat bagus dan wanita itu sangat
Mereka selesai menyantap makan malam. Ergan langsung beranjak bangun dari duduknya dan menatap ke arah Eros. "Eros, bisakah kita berbicara sebentar di ruang kerjaku?” tanya Ergan dan dibalas anggukan kepala oleh Eros. "Tentu saja, ayah. Kalian tunggu sebentar ya,” balas Eros. Ia segera bangun dan berjalan mengikuti ayahnya. Sedangkan Mika dan Kai hanya menganggukan kepala mereka. Dan kini hanya ada mereka berdua di meja makan itu, Mika masih merasa sedikit canggung karena pengakuan Kai tadi di depan Eros dan Ergan. Ia senang tapi juga khawatir, perasaannya bercampur aduk. "Sepertinya mereka membicarakan sesuatu yang serius, atau urusan pekerjaan,” ucap Kai mengawali pembicaraan diantara mereka. "Benar, tidak mungkin mereka mengatakannya di depan kita. “Tidak ingin terlihat kalau dirinya gugup, Mika membalas ucapan pria itu. Sampai Kai tiba-tiba beranjak bangun dari duduknya dan berpindah duduk di samping Mik
Pukul 10 malam, Mika dan Eros sampai di rumah. Mereka masuk ke dalam rumah danMika segera membantu Eros melepaskan jas yang ia pakai lalu menggantungnya."Kamu benar-benar dekat dengan Kai?” tanya Eros, dengan reflek Mika menoleh ke arah Eros yang sedang membuka kancing kemejanya satu persatu dengan raut wajahnya yang tidak terlihat senang."Tidak terlalu, aku tidak menganggap kami dekat. Tapi dia selalu mengajakku mengobrol dan berada dekat denganku. Mungkin karena itu dia beranggapan kalau kita dekat,” jawab Mika. Ia sengaja berbohong, karena tidak mungkin ia mengatakan hubungan mereka yang sebenarnya."Tapi kamu terlihat akrab dengan dia,”ucap Eros, ia ikut menatap Mika dan menatapnya dengan tajam. “Tidak, Eros.” Mika berusaha meyakinka
Sudah sekitar 2 hari sejak kedatangan Paula ke rumah Eros. Dan benar saja, rumah rasanya seperti neraka, Mika tidak pernah merasakan ketenangan lagi. Paula dan Eros tidak pernah sedetikpu membuat hidupnya berjalan dengan tenang. "Mika, bisakah kamu membawakan handuk milikku? Aku lupa membawa handuk ke kamar mandi," teriak seorang wanita dari dalam kamar mandi. Paula benar-benar memanfaatkan keberadaan Mika sebagai pelayannya selama 2 hari ini. "Kenapa tidak membawanya sendiri! Tidak akan ada yang melihat tubuh telanjangmu itu," gerutu Mika sangat kesal karena Paula terus bersikap seenaknya di rumah ini."Bawakan saja handuknya padaku! Kalau tidak dibawakan, aku akan membasahi lantai kamar Eros dan membuatmu dimarahi olehnya," ancamnya. Paula selalu menjadikan Eros sebagai kelemahan untuk Mika agar Mika mau melakukan apa yang ia suruh."Wanita murahan ini, dia selalu mengancamku dan membawa Eros dalam ancamannya," batin Mika. Ia harus terus menelan amarahnya bulat-bulat setiap berha
"Mau kamu berapa kali memintanya pun, aku tidak bisa,” ucap Mika dengan raut wajah dinginnya. Namun, Kai tahu apa yang Mika rasakan, semalam Mika sudah memberitahu Kai semuanya tentang perasaannya."Tapi semalam kamu mengatakan kalau kamu…” Ucapannya terpotong karena ponsel Mika berdering dan Mika terlihat tidak mendengarkannya. "Sepertinya Eros tahu kalau aku tidak ada di rumah.”Mika segera mengambil tas-nya dan mengeluarkan ponselnya dan ia memberi isyarat pada Kai untuk tidak bersuara. Setelah melihat layar ponselnya, ternyata benar yang meneleponnya adalah Eros.Mika pergi ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan Eros."Hallo, Eros. Apa kamu sudah sampai?” tanya Mika ketika ia mengangkat teleponnya. Mika merasa sedikit cemas, takut Eros mengetahui keberadaannya. "Iya, apa ayah tidak menanyakan apa-apa padamu?” Tapi ternyata perkiraannya salah, Eros sama sekali tidak menunjukan kemarahan sama sekali. "Tidak, dia tidak menghubungiku,” jawab Mika sembari menghela nafasnya lega.
Pagi sekali, Mika terbangun di sebuah kamar asing, kepalanya sangat sakit karena mabuk semalam. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru menyadari kalau dirinya bukan berada di rumah Eros, dan itu membuatnya terkejut. “Kamar siapa ini?” gumam Mika. Dsn ia mencium aroma tubuh seseorang yang tidak asing. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. “Astaga! Tangan siapa ini? Apa aku tidur bersama pria lain semalam?” Mika mulai khawatir. Ia takut, kalau dirinya kembali melakukan kesalahan yang sama seperti di malam ketika dirinya bertemu dengan Kai. Tapi anehnya, Mika merasa aroma tubuh pria di sampingnya sangat tidak asing. Pelan-pelan Mika membalikan tubuhnya, tapi ia tidak bisa melepaskan tangan yang memeluknya itu. Ia menghela nafasnya lega ketika melihat siapa yang tidur di sebelahnya."Aku kira kamu pria asing yang aku tiduri semalam. Thanks God, it's you, Kai,” ucap Mika sembari menghela nafasnya. Mendengar suara Mika
Kai pergi ke tempat Mika berada. Ia berkendara dengan kecepatan tinggi karena Kai ingin segera sampai di club malam itu. Dan tak lama, sampailah ia di tempat ia dan Mika pertema kali bertemu.“Apa ini tempat favoritnya? Tapi bagaimana bisa ia pergi kesini? Eros akan marah kalau tahu,” batin Kai sembari berjalan masuk, dari kejauhan ia bisa langsung melihat Mika. Ia bisa melihat, Mika mengenakan pakaian yang seksi dan itu membuat Kai semakin terkejut. Kai mengedarkan pandannya ke sekitar dan bisa melihat ada beberapa pria yang menatap ke arah Mika. Ia kesal karena pria itu menatap miliknya dan melayangkan tatapan tajam pada mereka untuk memberi peringatan. Karena aura menakutkan Kai, mereka langsung menundukan kepala mereka. "Mika.” Kai memanggil wanita yang mabuk itu berkali-kali mencoba membangunkannya. "Mika, ayo bangun. Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apa Eros mengusirmu?” tanya Kai lagi. "Eros? Mana Eros? Tolong sembunyikan aku!” pekik Mika. Mika tiba-tiba terbangun dan m
Setelah pulang dari rumah Ergan. Eros langsung pergi ke kamarnya dan terlihat mengepak pakaiannya ke dalam koper. Mika yang terkejut, langsung ikut masuk ke dalam kamarnya. "Eros, kamu mau pergi kemana?” tanya Mika ketika ia melihat pakaian Eros yang sudah masuk ke dalam koper. "Ayah akan marah kalau tahu kamu pergi,” peringat Mika lagi. Padahal mereka baru saja dimaafkan, tapi Eros sepertinya masih belum kapok. "Mau kemanapun aku pergi, itu bukan urusanmu. Kenapa? Kamu merasa senang karena ayah memaafkanku karena kamu?Kamu harus ingat, Mika. Kalau yang membuatku berada di situasi ini itu kamu! Kalau kamu semalam menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan pergi,” sungut Eros. Pria itu masih belum terima dengan amarah ayahnya yang ia terima semalam dan terus menyalahkan Mika. "Aku tahu aku salah, Eros. Maafkan aku, tapi kamu seharusnya tidak pergi ke club malam dan mabuk,” balas Mika. "Tentu saja aku melakukan itu karena aku muak melihatmu menangis dan menolak permintaanku. Untuk
"Tapi aku takut Kai bangun dan marah ketika melihatmu," ucap Mika merasa kalau dirinya berada di posisi yang serba salah. Ia ingin Kai berada di sini, tapi ia juga takut kalau keberadaan Kai akan memperburuk situasi antara dirinya dan Eros. "Apa aku harus pulang ke rumah orang tuaku dulu?” gumam Mika, mulai memikirkan cara agar ia bisa menghindari Eros untuk sementara. Tapi Kai menggelengkan kepalanya lalu kembali melangkah masuk ke dalam rumah."Kalau kamu pulang jam sekarang, orang tuamu akan mengira kalau ada sesuatu yang salah antara kamu dan Eros. Eros juga akan semakin marah kalau tahu kamu pergi,” balas Kai memberi saran pada Mika. "Biarkan aku menemanimu malam ini.”"Aku akan mengatakan kalau aku kelelahan setelah mengantarnya pulang, jadi aku menginap,” lanjut Kai lagi. Ia tahu ketakutan Mika jadi ia sudah memikirkan alasannya. “Apa aku tidak merepotkanmu?” tanya Mika merasa tidak enak. Kai hanya terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mika. Ayo masuk dan bersi
Kai segera pergi ke tempat di mana club malam yang Eros sering datangi. Tentu saja Kai tahu, ia sudah berteman dengan Eros sangat lama dan tahu kemana sahabatnya itu akan pergi ketika ingin bersenang-senang. Kai sampai di club malam itu, dan semua mata langsung tertuju ke arahnya."Hallo, selamat malam Tuan Kai. Sudah lama sekali saya tidak melihat anda kesini.” Ia di sambut oleh salah satu penjaga club malam dan hampir seluruh penjaga di club malam ini mengenal Kai, itu karena dia sering kesini dan pemilik club malam ini adalah salah satu kenalannya."Apa kamu melihat Eros? Aku sedang mencarinya,” tanya Kai tidak ingin berbasa-basi. Ia sedang ditunggu oleh Mika dan Ergan, jadi ia harus segera menemukan sahabatnya. "Maksud anda Tuan Eros Ryder? Saya melihatnya masuk 2 jam yang lalu bersama dua orang wanita,” jawab penjaga club malam itu dan Kai akhirnya bisa bernafas lega karena ia tidak perlu mencari Eros ke tempat lain. "Baguslah kalau dia di sini. Apa kamu tahu dia ada di mana?”
Sudah hampir tengah malam dan Eros belum juga pulang. Mika tidak bisa tidur karena ia merasa khawatir pada suaminya itu. Mika terus berjalan kesana kemari, menghabiskan waktunya sembari menunggu Eros.“Apa Eros tidak akan pulang?” batin Mika. Ia mulai berpikir kalau mungkin saja Eros pergi menemui Paula dan tidur dengan wanita itu. Namun, entah kenapa perasaan Mika semakin gusar, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.Mika mengambil ponselnya dan menelepon Eros berkali-kali, tapi Eros tidak mengangkatnya. “Benar, sepertinya dia sedang bersama Paula.” Mika memutuskan untuk tidak memikirkan suaminya itu lagi, dan karena malam sudah semakin larut, Mika akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan merebahkan dirinya di sana. Ia terus menenangkan dirinya dengan berpikir kalau Eros sedang bersama Paula.
"Ayo Mika masuk ke dalam kamar mandi," ajak Eros. Mika hendak berjalan mengikuti Eros, namun Eros langsung menghentikannya. "Tunggu, kamu mau membantuku dengan memakai pakaian seperti itu?” tanyanya."Tidak apa-apa, aku akan mengganti bajuku kalau basah,” jawab Mika, tapi Eros menggelengkan kepalanya tidak memperbolehkan Mika memakai pakaiannya ketika membantunya mandi. "Tidak, lepaskan saja bajumu,” tolak Eros. Mika hendak mengatakan kalau tidak mau, tapi tatapan Eros padanya langsung berubah menjadi tajam. "Mika, apa aku harus memintanya dua kali? Aku sudah memintamu dengan perkataan yang sangat baik.” Mika tidak menjawab, ia terus menundukan kepalanya, tidak tahu harus melakukan apa. "Kamu adalah istriku, Mika. Apapun permintaanku, kamu harus memberikannya,” ucap Eros. Baru di saat seperti ini, Eros mengakui Mika sebagai istrinya padahal biasanya Eros selalu mengakui Mika sebagai pelayan atau budaknya. "Apa kamu tidak mendengarkanku?” Karena takut Eros semakin marah, Mika meng
Paula tidak menyangka kalau hanya karena ia memanggil nama Mika, Kai akan berubah menjadi iblis. Ia menyesal telah mengajaknya berbicara dan mencoba untuk menggodanya, kalau ia tidak melakukan itu, ia mungkin tidak akan berakhir seperti ini."Ma-maafkan aku," mohon Paula kembali menangis. Cekikan Kai membuatnya susah bernafas dan Kai masih tampak sangat marah."Kalau sampai kamu berani mengatakan nama Mika lagi, aku tidak akan melepaskanmu. Aku bisa membunuhmu dengan mudah, membuatmu hilang dan aku yakin Eros tidak akan mencarimu. Aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu pergi bersama pria lain. Ia pasti akan mempercayaiku. Kamu tahu sedekat apa aku dengan Eros, kan?" Senyuman miring Kai kembali dan tangisan Paula semakin kencang."Tidak, tolong jangan lakukan itu. Aku mohon.