Share

Bab 214. Putri Mahkota

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-11 17:59:29

Naura melangkah turun dari kasurnya dengan kedua kaki yang dirantai.

Rantai panjang menjuntai mengikuti arah pergerakannya. Di sampingnya Daisy, anggota Phantom yang dipilih secara khusus untuk melayani Naura mendampingi seperti biasa.

Naura duduk dengan tenang di meja makannya, raut wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa.

Daisy membuka penutup makanan, lalu mempersilahkan Naura untuk menyantap makanannya.

Naura menatap datar makanan tersebut, lalu tangan kanannya bergerak menyendok kuah kaldu ayam yang disuguhkan.

Keningnya sedikit terlipat kalau merasakan rasa yang dominan manis daripada gurih, Naura tidak begitu menyukai makanan manis jika itu bukan dessert.

Melihat raut wajah Naura, Daisy pun ikut mengerutkan keningnya.

"Apa ada yang salah?" tanya Daisy, nada bicaranya memang tidak begitu bersahabat sejak awal pertemuan mereka.

Naura meletakkan sendoknya dengan tenang. "Terlalu manis." Lalu mendorong mangkuknya sedikit menjauh.

Daisy menaikkan alis kirinya. "Kita tidak mun
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Fatmawati Paseng
sehat selalu Author...
goodnovel comment avatar
Wiwin
althaf kejam nya
goodnovel comment avatar
Nia sunaryo
ralat sehat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 1. Kekasih Zafir

    “Nyonya! Tuan Zafir membawa seorang wanita asing masuk ke dalam Mansion!"Ucapan Kate, asisten pribadinya, membuat Naura langsung mengalihkan pandangan dari tumpukkan dokumen di atas meja."Pekerja baru?" tanya Naura.Kate menggeleng. "Bukan, Nyonya! Wanita itu adalah kekasih Tuan Zafir!!"Naura terkejut. Zafir adalah pria yang telah dia nikahi selama enam tahun, lalu apa maksudnya pria itu membawa seorang kekasih ke kediaman mereka?"Bawa aku menemui mereka," titah Naura, membuat Kate menganggukkan kepala dan mengantarnya ke tempat Zafir berada.Baru saja mereka sampai di ruang tamu, Naura bisa mendengar percakapan antara dua orang di dalam sana. “Rumahmu indah sekali, Zafir! Aku sangat menyukainya!” “Kamu akan tinggal di sini, jadi bagus kalau kamu suka.” Tampak seorang wanita dengan rambut hitam panjang bergelombang sedang tersenyum dan tertawa manis ke arah seorang pria. Wajah wanita itu begitu cantik, ditambah dengan ekspresi polosnya, siapa pun yang melihat pasti akan jatuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 2. Naura Egois?

    "Kenapa wanita itu berada di mansion utama? Bukankah kamu sudah berjanji akan membiarkannya tinggal di paviliun samping!?” Terlihat Naura sedang berdiri di hadapan Zafir dengan wajah marah. “Hanya karena masalah sepele seperti itu, kamu berani menerobos ruang kerjaku dan membentakku?” tanya Zafir dengan wajah kesal.“Melanggar janji adalah hal sepele untukmu, Zafir, tapi tidak untukku!” balas Naura dingin.Tepat hari ini, sudah lebih dari dua minggu semenjak Evelyn benar-benar tinggal di kediaman Naura dan Zafir. Di waktu yang bersamaan, sudah dua minggu pula Naura dan Zafir terus bersitegang akibat wanita tersebut.Ketika Naura setuju untuk menjadikan Evelyn ibu penggantinya, dia sudah memberikan sejumlah persyaratan kepada Zafir, termasuk membiarkan Evelyn untuk tinggal di paviliun samping dan bukan di mansion utama. Semua demi menghindari ketidaknyamanan saat bertemu dengan wanita tersebut.Namun, siapa yang sangka bahwa setelah dua minggu Naura pergi mengurus bisnis di negara

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 3. Pertemuan Bisnis

    “Sayang, makan ini. Kata Ibu, ini bagus untuk kehamilanmu.”“Minum ini juga. Ini akan memperkuat janinnya.”“Pegang tanganku, Sayang! Aku tidak mau kamu terjatuh!”Kalimat manis penuh perhatian terus-menerus dilontarkan oleh Zafir di setiap saat kepada Evelyn, dan hal itu juga didengar oleh orang lain di kediaman, termasuk Naura.Walau kehamilan Evelyn membuat suasana mansion menjadi lebih cerah, tapi untuk Naura … dia merasa tempat tersebut semakin asing dan dingin baginya.Bagaimana tidak? Bagi seorang istri yang sebelumnya sudah berusaha keras untuk memberikan keturunan dan gagal, kenyataan Evelyn hamil dan diberikan sejuta macam perhatian oleh Zafir sama saja dengan sebuah tamparan keras untuk Naura. Meski begitu, Naura berusaha untuk tetap tegar. Wanita itu berusaha sekeras mungkin untuk menanamkan kepercayaan pada suaminya, dan fokus pada tujuan akhir mereka yang ingin memiliki anak–meskipun harus dari rahim wanita lain. Oleh karena itu, Naura pun rutin mengirim vitamin serta

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 4. Tata Krama Evelyn

    Suasana ruangan VIP itu begitu tegang. Semua orang tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.Tidak ada yang menyangka Arjuna akan begitu marah dengan tindakan Evelyn!Namun, Naura sudah menduganya, karena ini adalah salah satu hal yang paling dia takuti akan terjadi, di mana Evelyn yang tidak tahu tata krama kalangan atas, akan menyinggung Arjuna dengan kebiasaannya yang abai terhadap aturan.Zafir tampak memeluk pundak Evelyn, mencoba untuk melindungi wanita itu dan memastikan dia baik-baik saja. “Kamu tidak apa-apa?”“T-tidak, tapi tanganku sakit.” jawab Evelyn manja, tampak lemah dan begitu takut.Naura memaki dalam hati, bukan karena sikap Evelyn, melainkan karena tindakan Zafir. Tidak bisakah pria itu sadar kalau tamu penting mereka tengah marah besar akibat wanita yang dia lindungi itu!? Bisa-bisanya dia malah abai terhadap Arjuna dan hanya fokus sepenuhnya kepada Evelyn?Khawatir Arjuna tersinggung, Naura gegas maju menghadap pria itu. “Maaf, Tuan Renjana, Evelyn t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 5. Amarah Naura

    "Naura!" Setelah Arjuna Renjana meninggalkan mereka begitu saja, Naura justru memberikan tatapan merendahkan pada dirinya. Zafir tidak terima!Setelah sampai di mansion, Zafir mengikuti Naura ke kamar. Ia membuka pintu cepat dan menutupnya kembali, lalu menatap Naura dari ambang pintu. "Apa yang membuatmu menjadi semarah ini?" tanya Zafir, wajahnya menunjukkan perasaan frustasi. Banyak pikiran yang berkecamuk di kepalanya.Naura menatap tajam suaminya, kemudian menunjuk Zafir dengan jari telunjuknya. “Kamu tidak tahu–!”“Kamu yang tidak tahu diri!”Zafir memotong kalimat penuh amarah Naura, lalu menuduh Naura yang tidak tahu diri! Naura menahan amarah dengan mengepalkan tangan di kedua sisinya. “Kamu bilang, aku tidak tahu diri?”“Kalau kamu tidak berbuat onar, Tuan Renjana tidak mungkin meninggalkan pertemuan penting itu begitu saja.”Naura menatap Zafir dengan pandangan tidak percaya. Naura bahkan kehilangan kata-katanya.Sekarang Zafir menyebutnya berbuat onar, padahal dia send

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 6. Menjadi Orang Asing

    Keesokan harinya, Naura sibuk bekerja di ruang kerja. Setelah menandatangani semua dokumen, wanita itu menyandarkan punggungnya ke kursi dan menghela napas. Dia masih terganggu dengan acara makan malam yang berakhir memalukan kemarin.Sembari dipenuhi rasa canggung, Naura mulai melakukan panggilan ke nomor Arjuna yang baru saja ia minta dari Kate. Tak kemudian, suara berat dari Arjuna terdengar di telinganya."Halo.”Naura mengepalkan kedua tangannya. "Selamat sore, Tuan Renjana. Saya Naura Wajendra. Apakah telepon dari saya mengganggu waktu berharga Anda?"."Nyonya Wajendra? Tidak. Apa ada hal yang ingin anda bicarakan?" tanya pria itu berterus terang. "Ah ya. Sebenarnya, secara pribadi saya ingin meminta maaf terkait pengalaman tidak mengenakkan yang terjadi saat makan malam kemarin, Tuan Renjana. Saya harap Anda tidak menyimpannya dalam hati,” ujar Naura dengan lancar meski jantungnya sudah berdegup dengan tempo yang tidak nyaman.“Mengenai masalah itu, tidak perlu dirisaukan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 7. Naura Egois?

    "Jika seperti itu masalahnya, maka lebih baik menggunakan langkah yang kamu usulkan. Namun, sejujurnya aku sedikit terkejut karena pihak Renjana akan menyerahkan masalah ini pada kita." kata Zafir sambil duduk di kursi kerjanya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang berpikir serius. Naura mengangguk setuju. "Benar, aku juga berpikir demikian. Aku berpikir mereka akan serakah dan mengisi posisi kosong itu dengan orang-orang dari pihak mereka." Zafir tersenyum tipis. "Itu bagus, berarti kita tidak salah dalam memilih partner bisnis." Naura mengangguk lagi. Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba Zafir terdiam beberapa saat dan memperhatikan wajah Naura. Saat pandangan mereka bertemu, suasana tiba-tiba menjadi canggung. Zafir terbatuk pelan, kemudian tangan kanannya bergerak menarik laci kerjanya dan mengeluarkan kotak perhiasan kecil berwarna merah. Pria itu kemudian berdiri dan berjalan ke arah Naura. "Soal kemarin... Aku minta maaf, itu... Sepertinya aku memang terlalu be

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 8. Sapu Tangan Arjuna

    "Hati-hati, Evelyn!!" Suara itu membuat Naura memandang ke luar jendela mobil.Di sana, Zafir terlihat sedang membantu Evelyn untuk berjalan masuk ke mobilnya karena wanita itu terlihat lemah dan rapuh. Naura lalu mengalihkan pandangannya ke arah iPad dan berusaha untuk fokus ke laporan keuangan yang sedang ia analisis.Tak lama setelahnya, Zafir menyusul ke dalam mobil dan duduk tepat di samping Naura. "Sebaiknya Evelyn tetap beristirahat di mansion kalau kesehatannya memburuk" ucap Naura dengan mata yang masih terpaku pada iPad.Zafir menggeleng pelan, "Wanita itu menolak untuk ditinggal. Aku juga khawatir kalau dia ditinggal begitu saja bersama para pelayan."“Begitu? Aku tidak tahu kalau sekarang kamu merangkap tugas sebagai pengasuh ibu hamil”.Zafir menghela napas tanpa mau memperpanjang masalah, "Anggap saja ini menjadi bagian dari menyenangkan perasaannya agar janin impian kita ikut sehat."Naura mengangguk-angguk kecil sambil bergumam rendah, "Entah janin atau wanita itu y

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 214. Putri Mahkota

    Naura melangkah turun dari kasurnya dengan kedua kaki yang dirantai. Rantai panjang menjuntai mengikuti arah pergerakannya. Di sampingnya Daisy, anggota Phantom yang dipilih secara khusus untuk melayani Naura mendampingi seperti biasa. Naura duduk dengan tenang di meja makannya, raut wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa. Daisy membuka penutup makanan, lalu mempersilahkan Naura untuk menyantap makanannya. Naura menatap datar makanan tersebut, lalu tangan kanannya bergerak menyendok kuah kaldu ayam yang disuguhkan. Keningnya sedikit terlipat kalau merasakan rasa yang dominan manis daripada gurih, Naura tidak begitu menyukai makanan manis jika itu bukan dessert. Melihat raut wajah Naura, Daisy pun ikut mengerutkan keningnya. "Apa ada yang salah?" tanya Daisy, nada bicaranya memang tidak begitu bersahabat sejak awal pertemuan mereka. Naura meletakkan sendoknya dengan tenang. "Terlalu manis." Lalu mendorong mangkuknya sedikit menjauh. Daisy menaikkan alis kirinya. "Kita tidak mun

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 213. Cahaya Yang Diambil

    Kate melangkah dengan raut wajah datar di Koridor besar Mansion Tirta. Kondisinya tidak terlihat begitu baik. Matanya memerah dengan kantung mata yang terlihat jelas karena jam tidur yang berantakan. Tangannya menggendong berkas dokumen terkini perusahaan, setiap langkahnya dipenuhi harapan akan melihat sosok Naura di ruang kerja seperti biasa untuk memeriksa dokumen yang ia bawa. Helaan napas lelah berulang kali keluar, pikiran wanita itu kacau. Sudah hampir seminggu Mansion Tirta terasa sangat suram dan mati, seolah cahaya telah direnggut dari mereka. Begitu sampai, matanya menatap sendu ke arah meja kerja Naura. Rasanya lebih baik lelah menasihati jam makan dan istirahat atasannya daripada tidak melihat sosoknya sama sekali. Kate melangkah dengan hati yang gelisah, semakin dekat, maka semakin dalam pula genangan air mata di dalam kelopak matanya. Dengan hati-hati ia meletakkan dokumen tersebut, lalu menyentuh cincin kepala keluarga Tirta milik Naura. Dari sem

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 212. Menyusun Rencana

    Ruang kerja Arjuna penuh dengan manusia-manusia berkepala panas. Damian, Aimee, Helena, dan pria misterius dari Phantom.Tak ada satupun dari mereka yang menduga bahwa Althaf berani muncul ke permukaan dengan cara yang sangat kasar seperti itu. Tetapi di antara semuanya, Helena lah yang memiliki raut wajah paling buruk. Bagaimana tidak? Ternyata suami 'bodohnya' tidak hanya berulah sampai kabur dari tanggungjawab saja, tetapi juga membuat anak haram tanpa sepengetahuannya. Entah beban seperti apa yang ingin pria itu tinggalkan untuk anak mereka, Helena benar-benar murka sekarang. "Cepat atau lambat Althaf akan merangsek ke posisi yang tidak bisa digantikan," ucap Aimee sambil terus menatap kosong ke arah lantai, kedua sudut alisnya menyatu erat. "Phantom selalu bergerak tanpa diduga, kita harus menemukan celah lain," timpal Damian yang juga menatap kosong ke lantai dengan lipatan kening serius. Pria misterius yang dipanggil 'Bee' itu pun menatap Arjuna datar. "Apa yang ingin An

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 211. Keputusan Renjana

    Keputusan resmi terbaru dari Renjana cukup kuat untuk mengguncang media lokal maupun internasional. Althaf dinyatakan resmi sebagai adik berbeda ibu Arjuna, namanya pun kini memiliki 'Renjana' di belakangnya. Setelah ketuk palu dengan para tetua serta jajaran tinggi Renjana lainnya, Althaf mutlak menjadi 'pemimpin sementara' menggantikan Arjuna yang dianggap mulai 'melemah'. Begitu seluruh peserta rapat meninggalkan ruangan, tersisa Althaf dan Arjuna yang duduk saling berhadapan dengan raut wajah berbeda. Arjuna menatap Althaf dengan datar dan keras, sementara Althaf hanya tersenyum seolah meledek nasib yang menimpa pria itu. "Tuan--"Kamu bisa keluar lebih dulu." Potong Arjuna pada Damian tanpa menoleh atau melirik. Damian mengepalkan kedua tangannya, menurutnya meninggalkan Arjuna di ruangan yang sama dengan Althaf sangat berbahaya. Tidak ada yang tahu ide gila apa yang pria itu miliki untuk menghapus Arjuna. Tetapi dari nadanya, perintah Arjuna tidak bisa dibantah. Damian m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 210. Cinta Atau Kebebasan

    Naura berbaring di ranjang besarnya dengan kaki dan tangan yang dirantai. Matanya menatap kosong ke arah jendela kamar, dia benar-benar seperti setengah mati. Tak lama pintu kamarnya dibuka, Naura tetap tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia tetap berbaring memunggungi pintu. Suara langkah kaki pria terdengar, tanpa menoleh pun Naura tahu siapa yang datang. Althaf. Hanya pria itu yang dapat dengan mudah masuk dan keluar tanpa mengetuk pintu. "Kamu belum bangun?" Pria itu berbisik di telinga Naura, tangannya mengusap lembut bahu Naura. Naura memejamkan matanya erat, tidak berkenan menjawab. Napas lembut pria itu menabrak telinga serta kulit leher Naura, membuat lipatan ringan terbentuk di dahinya. "Sudah dua hari kamu tidak bicara, mau sampai kapan seperti ini?" tanya Althaf sambil mencium helaian rambut Naura. "Kamu tahu, aku tidak akan menyakitimu, tetapi justru melindungimu. Apa yang kamu pikirkan, Naura? Mengapa kamu tidak mau menerima kemuliaan ini dengan patuh?" sambung

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 209. Pergeseran Kursi

    Dua hari setelah kejadian besar, yaitu hilangnya sang nyonya besar Tirta secara misterius, kini gelombang baru kembali muncul. Saham perusahaan raksasa Renjana, hari ini resmi menurun dengan sangat tajam. Total kerugian mereka tak terhitung jumlahnya, membuat jajaran dan investor besar kepalang gila. Rapat besar diadakan secara mendadak, tidak ada yang tahu hari sial seperti ini akan menimpa Renjana. Tidak hanya dalam satu jenis bisnis, tetapi hampir seluruh bisnis yang dinaungi Renjana mengalami kerugian besar.Semua berdiri begitu Arjuna memasuki ruang rapat, tidak ada yang berani duduk sebelum sang pemimpin besar itu duduk. Rapat dimulai begitu Arjuna melirik Damian untuk membuka topik yang akan mereka bahas. Damian mengangguk cepat, lalu tangannya gesit menggerakkan kursor laptop untuk menjelaskan data yang baru saja ia buat. "Sesuai angka saham hari ini, titik terendah perusahaan dipegang oleh 'Renjana Oil', ia berada di angka lima ribu rupiah per lot dari lima belas ribu r

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 208. Obsesi dan Penjara

    Naura menatap tajam Althaf, meskipun raut wajahnya nampak tenang, kini kedua tangannya diam-diam gemetar. Althaf menyadari ketakutan Naura. Matanya berubah menjadi sangat berbeda, seperti hewan buas, tak jauh berbeda dengan apa yang dia rasakan dari orang-orang sekitar sebelumnya. Pria itu menatap tangan Naura yang gemetar, lalu semakin menyeringai tipis. "Kamu takut?" tanya Althaf. "Bajingan," balas Naura tajam, membuat Althaf mengerutkan keningnya. "Harus aku akui, kamu hebat karena hampir membuatku tertipu," ucap Althaf lalu melirik pecahan tajam vas bunga, dia masih berada di atas tubuh Naura untuk menahan gerakan wanita itu. "Menjijikkan," ucap Naura, matanya memerah penuh kebencian. Althaf terkekeh, lalu melepaskan pecahan vas itu dengan sangat hati-hati dari genggaman tangan Naura. "Apa ada yang terluka karena ini?" tanya Althaf sambil terus memastikan tidak ada luka di tangan Naura meskipun tangannya sendiri telah berdarah-darah. Naura menarik tangannya cepat, napasny

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 207. Cerdik Atau Licik?

    "Nyonya sempat keluar berkeliling, tetapi kemudian ia kembali ke dalam kamar dengan patuh." Dua pria penjaga di depan pintu melaporkan kegiatan Naura begitu Althaf kembali. Althaf hanya mengangguk singkat, lalu membuka pintu bilik Naura. Bibirnya kembali tersenyum lembut, tatapan mati dan dinginnya berubah menjadi hangat. "Naura?" Suaranya lembut seperti malaikat. Sosok Naura yang tengah berdiri di dekat jendela besar menatap pemandangan kosong di luar pun segera menoleh. "Kamu sudah kembali?" tanya Naura, lalu tersenyum tipis ke arah Althaf. Althaf mengangguk. "Maaf jika aku terlalu lama, pihak dapur tidak menyiapkannya dengan baik tadi." Kemudian dia memberi kode di belakangnya untuk segera masuk. Pelayan datang dengan troli makanan, lalu meletakkan satu persatu piring dan gelas di atas meja. Sepergian pelayan, Althaf pun melangkah menghampiri Naura. "Ada apa? Kamu tidak nyaman?" tanya Althaf. Naura menggeleng. "Tidak, aku hanya merindukan ibu dan Kate. Kapan mereka akan m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 206. Tatapan Buas

    Naura melangkah menuju pintu kamarnya, ia kemudian menempelkan kupingnya untuk memeriksa suara di luar sana. Sepi. Tidak ada suara kegiatan atau percakapan apa pun kecuali langkah kaki yang berat dan sibuk. Tempat apa ini? Mengapa Althaf membawanya ke tempat seperti ini?Penjualan manusia? Memilih seorang nyonya keluarga berkuasa adalah pilihan ceroboh, Althaf tidak mungkin sebodoh itu. Saat tangan Naura iseng menarik gagang pintu, dia sedikit terkejut karena ternyata pintunya tidak terkunci. Meskipun ragu, Naura memberanikan dirinya untuk membuka pintu tersebut dan langsung mendapati dua sosok pria asing yang berjaga di depannya. Mata Naura menatap dingin ke arah keduanya, dua pria itu memperhatikannya sangat intens. Tetapi hal yang lebih mengejutkan terjadi begitu keduanya tiba-tiba membungkuk ke arah Naura. Naura menatap mereka heran, kenapa mereka membungkuk ke arahnya? Ada apa?"Siapa kalian?" tanya Naura, nada bicaranya penuh dengan kewaspadaan. "Apa ada sesuatu yang And

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status