Share

Bab 104. Evelyn Peniru

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-12-14 13:07:23

"Ah... Sepertinya saya perlu menemui presiden juga."

"Benar, saya juga. Permisi, tuan-tuan."

"Kalau begitu saya ikut, kebetulan saya lupa memberi selamat kepada pengantin saat datang."

Satu persatu, orang-orang di meja itu menyingkirkan dirinya. Mereka tidak mau terlibat konflik internal antara Wajendra dan Renjana.

Setelah di meja benar-benar tersisa mereka berempat, Arjuna berdiri sambil menarik lengan Naura, lalu melangkah meninggalkan meja tanpa bicara.

Zafir memijit keningnya, lalu melirik Evelyn tajam. "Jangan pernah mengungkit soal anak pada Naura di hadapan para keluarga besar, kamu hanya membuatku malu dengan kejadian ini!"

Evelyn mengerutkan keningnya. "Malu? Aku hanya bertanya mengenai--"

"Kamu tahu Naura sulit hamil dan malah mengungkit hal itu di depan tamu lainnya. Itu tindakan bodoh yang memalukan untuk Wajendra!" Potong Zafir dengan nada bicara yang rendah dan menekan.

Pria itu berdiri dari duduknya, lalu pergi meninggalkan Evelyn seorang diri di meja sambil membaw
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 105. Sang Pusat Perhatian. Naura dan Evelyn

    Acara berlangsung meriah seperti biasa, Naura telah kembali dari toilet dan sekarang tengah sibuk berpamitan dengan pengantin. Arjuna sudah menunggu di bawah, pria itu telah berpamitan lebih dulu bersama para kepala keluarga yang lain. Tetapi di tengah kemeriahan itu, suara teriakan wanita terdengar dari ujung gedung, membuat semuanya menoleh penasaran. "Jangan ada yang mendekat! Atau wanita ini akan aku tembak kepalanya sekarang juga!" Seorang pria yang mengenakan kemeja putih dengan rambut berantakan itu menahan tubuh salah satu tamu undangan wanita dan menempelkan pistol ke kepalanya. Penjaga berlarian ke dalam, semuanya mencoba mencerna kejadian yang sangat tiba-tiba ini. Ada apa? Naura mengerutkan keningnya, saat sibuk menatap ke depan pengantin wanita di sebelah berteriak tertahan. "Kamu kenal pria itu?" tanya Naura pada mempelai wanita. Mempelai wanita dengan ragu mengangguk, tangannya gemetar memegang lengan suaminya. "Itu Dava, mantan kekasihku."Naura menaikkan alis

    Last Updated : 2024-12-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 106. Hutang Budi Naura Pada Evelyn

    Evelyn membuka matanya perlahan, pemandangan pertama yang ia lihat adalah atap rumah sakit kemudian sosok Arjuna yang duduk di dekat ranjang pasien Naura. Tak lama wanita itu ikut terbangun, Arjuna pun segera berdiri dan ribut memanggil dokter. Dokter tiba, lalu dengan cepat memeriksa kondisi Naura. Tak ada seorang pun yang sadar bahwa Evelyn telah siuman. Wanita itu mengerutkan keningnya, di mana Zafir? Mengapa di saat seperti ini suaminya tidak menjaganya seperti yang dilakukan Arjuna pada Naura?Suara pintu ruangan yang dibuka pun terdengar, sosok Zafir muncul sambil menggendong Zevan. Tetapi yang dilihat pria itu begitu masuk bukan Evelyn, melainkan Naura yang baru saja siuman. Evelyn mengerutkan keningnya lemah, mengapa Zafir tega melakukan hal itu padanya? Seharusnya pria itu memperhatikannya! Bukan Naura!"Zafir..." Panggil Evelyn dengan segenap tenaganya, kerongkongannya terasa sangat kering. Zafir dengan cepat menoleh ke Evelyn, pria itu baru sadar bahwa istrinya telah

    Last Updated : 2024-12-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 107. Berhenti, Kamu Tidak Akan Pernah Menjadi Sepertiku

    Sebagai bentuk permintaan maaf atas kejadian tidak mengenakan kemarin di acara pernikahan putrinya, tuan Bara mengundang Arjuna, Naura, Zafir, dan Evelyn untuk makan bersama di kediamannya. Kondisi Naura sudah baik-baik saja, meskipun sesekali ia masih merasakan sakit kepala. Sedangkan Evelyn, kedua kaki wanita itu masih dililit oleh perban tipis. Ia masih bisa berjalan normal meskipun lukanya belum benar-benar sembuh. "Saya sungguh memohon maaf atas kejadian tidak mengenakan kemarin, tuan dan nyonya," ucap tuan Bara, kepalanya sedikit menunduk untuk menunjukkan penyesalan. Naura tersenyum tipis. "Hari sial tidak tercatat di kalender, tuan Bara. Saya dapat memaklumi hal tersebut.""Sikap Anda sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan penyesalan dan tanggungjawab," jawab Arjuna dengan kalimat yang lebih berani. "Jadi benar bahwa pria itu sebelumnya memiliki hubungan dengan Anda, nona?" tanya Zafir, menatap putri tuan Bara yang duduk di samping suaminya. Tiara mengangguk tipis, sem

    Last Updated : 2024-12-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 108. Zafir Yang Membuang, Arjuna Menerima

    Situasi 'tegang' juga terjadi pada Arjuna dan Zafir. Begitu makan malam selesai, tuan Bara mengajak mereka ke halaman depan untuk mengobrol santai sembari menunggu para nyonya itu kembali dari toilet. Tidak ada yang aneh dari pembicaraan hingga akhirnya tuan Bara tidak sengaja mengungkit masa lalu yang membawa percikan api antara Arjuna dan Zafir. "Itu benar, waktu memang cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin saya dapat beraktiftas dengan tubuh bugar, namun sekarang sudah menjadi pria tua seperti ini," ucap tuan Bara, tertawa mengenang masa jayanya. "Sekarang pun Anda tetap terlihat bugar, tuan Bara. Untuk umur Anda yang sekarang namun masih dapat memegang puluhan cabang besar adalah hal yang luar biasa," balas Arjuna. "Itu benar, bahkan saya berharap jika tua nanti akan memiliki kesehatan tubuh seperti milik Anda," ujar Zafir menambahkan. Tuan Bara tertawa senang karena mendapat pujian Arjuna dan Zafir, lalu ingatannya tidak sengaja mengingat momen lima tahun lalu. "Saya

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 109. Glimpse Of Us Zafir

    Di dalam perjalanan pulang menuju Jakarta, Naura menyandarkan tubuhnya pada bangku pesawat di samping Arjuna. Arjuna melepas jas-nya dan kini sibuk menggenggam hangat tangan Naura, pria itu juga ikut menyandarkan tubuhnya. "Mengapa tidak ada hal baik setiap kali kita pergi ke luar kota atau negeri?" ucap Naura dengan mata terpejam sambil mengingat rangkaian kejadian di pernikahan putri tuan Bara. Arjuna menoleh ke Naura, memperhatikan raut lelah wanita itu. "Kamu kesal?" tanya Arjuna. Naura kembali membuka matanya, mengangguk tipis. "Tentu saja, melihat orang lain mencoba meniru setiap gerakan yang kamu lakukan, itu menjengkelkan, bukan?" jawab Naura, di akhir kalimatnya ia ikut menoleh. "Kamu benar-benar berbicara padanya di toilet?" tanya Arjuna lagi. Naura mengangguk, lalu menghela napas. "Iya, meskipun pada akhirnya dia tetap berusaha meniruku.""Sepertinya ada masalah di antara mereka berdua," balas Arjuna, kemudian tangannya beralih mengelus kepala Naura lembut. Naura t

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 110. Wajendra Ingin Menarik Perhatian Naura

    Selagi Zafir dan Evelyn masih dalam perjalanan kembali, Malini di kediamannya mengumpulkan kawanan sosialitanya. Beberapa hari lagi adalah ulang tahunnya, wanita paruh baya itu ingin memeriahkannya dengan para nyonya elite kenalannya. "Kamu mengundang nyonya besar Renjana juga?" tanya salah satu temannya. Malini mengangguk. "Tentu saja, dia adalah salah satu bintang terterang di Asia." Teman Malini terkekeh tipis. "Kamu mengatakannya seolah sedang mencemoohnya." Malini menggeleng pelan. "Bagaimana mungkin aku berani? Dia adalah Renjana." Tawa khas ibu-ibu sosialita kembali pecah, hingga tak lama salah satu teman Malini ada yang kembali berbicara. "Bagaimana dengan nyonya besar Tirta?" Pertanyaan itu membuat beberapa dari mereka mengerutkan keningnya bingung. "Bukankah Sausan sudah dijebloskan ke penjara dengan anak tirinya? Naura Tirta?" Teman yang tadi bertanya pun menggeleng. "Tidak, bukan Sausan, tetapi istri kedua mendiang tuan Tirta. Dia adalah ibu kan

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 111. Undangan Ulang Tahun Malini

    Naura turun dari mobil Arjuna, Mela seperti biasa menyambut kepulangannya dengan hangat. "Syukurlah, kamu kembali dengan selamat," ucap Mela sambil memeluk Naura. Naura tersenyum hangat dan membalas pelukan ibunya, tak lama wanita paruh baya itu menatap calon menantunya. "Mau mampir dulu?" tawar Mela, tersenyum ramah ke arah Arjuna. Arjuna dengan sopan menggeleng. "Maaf, ibu. Sudah cukup larut malam, mungkin di lain kesempatan saya akan berkunjung kemari lagi."Mela mengangguk mengerti, setelah dua hingga tiga kalimat percakapan, Arjuna pamit undur diri. Begitu mobil Arjuna keluar dari gerbang Mansion, Naura dan Mela berjalan masuk bersama. Mereka pergi ke kamar masing-masing, Naura segera membersihkan dirinya. Wanita itu duduk di depan meja rias dan menatap bayangannya dingin. Naura kembali teringat dengan apa yang terjadi di Solo. Sebesar apa pun usahanya untuk tidak memikirkan perkataan Evelyn, pada akhirnya Naura akan terganggu. Lamunannya pecah saat suara ketukan pintu t

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 112. Zafir Menikah Lagi?

    Keesokan harinya semua kesibukan berjalan seperti biasa. Zafir kembali fokus pada pekerjaannya dan Evelyn pada jadwal belajar serta putranya. Wanita itu tengah duduk di halaman belakang Mansion sambil mengajak Zevan bermain. Tak lama, suara wanita paruh baya terdengar dari belakangnya. "Astaga, cucuku tersayang!" Evelyn dengan cepat menoleh, dia dengan cepat berdiri untuk menyambut Malini. "Ibu? Kapan ibu tiba di sini?" tanya Evelyn. Malini menjawabnya sambil menggendong Zevan. "Apa itu penting? Yang terpenting adalah bertemu cucuku sekarang."Evelyn hanya tersenyum, dia tidak lagi menjawab dan kembali duduk. "Ibu mau dibuatkan minuman? Aku akan meminta pelayan untuk--""Tidak perlu, aku bisa memintanya sendiri nanti." Potong Malini, lalu duduk tidak jauh dari posisi Evelyn sambil memangku Zevan. "Aku dengar akhir-akhir ini kamu sering bertengkar dengan Zafir, ada apa?" tanya Malini. Senyum Evelyn berubah menjadi sedikit kaku, di momen ini Malini juga menyadari ada sesuatu ya

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 260. Zafir Memohon

    Petugas keamanan merangsek masuk, mereka berusaha melerai Zafir yang memukuli Jovan secara membabi buta. Naura mematung di posisinya, memandang syok ke arah Zafir. Kedua tangannya mengepal erat, jantungnya berdegup kencang. "Nyonya Tirta, Anda baik-baik saja?" tanya Tiara setelah menyusul posisi berdiri Naura. Naura tetap mematung memandangi Zafir, tidak menjawab pertanyaan Tiara. Setelah keduanya berhasil dilerai, Zafir dibawa ke ruangan lain untuk diobati. Wajah pria itu dua hingga tiga tempat mengalami memar. Sementara Jovan, hidung dan pelipisnya telah berdarah tak karuan, membuat pria itu perlu dibawa ke rumah sakit. "Tuan!" Suara isak tangis Sela yang menyayat hati menghiasi keributan di hari itu. Tak lama ia menghampiri Tiara setelah dipaksa mundur oleh petugas untuk mendekati Jovan. "Nyonya! Nyonya! Saya mohon... Ini semua... Ini semua salah saya. Jangan lampiaskan--"PLAK!"Tidak tahu malu!" ucap Tiara sambil menampar pipi Sela, kemudian saat hendak menoleh lagi ke N

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 259. Zafir Memukul Untuk Naura

    "Mama papa keren! Keren! Itu mama papa Zevan!" Suara riang anak kecil terdengar begitu musik dansa berhenti. Naura menggenggam erat tangan Zafir, sementara tangannya yang lain memegang bahu pria itu. Zafir pun sama, dia merangkul erat pinggang rampung Naura dan tangan wanita itu. Keduanya saling tatap, Naura masih menatapnya penuh kebencian. Zafir lagi-lagi tidak keberatan.Zevan berlari lincah ke arah mereka, membuat Naura tersadar dan segera melepas pegangannya dari Zafir. "Mama! Mama cantik sekali!" Puji Zevan dengan senyum lebar, membuat Naura tak bisa menahan senyum. "Jangan berlari lagi, Zevan." Naura mencubit hidung anak itu. Tak lama suara tepuk tangan mulai terdengar, lalu menjadi jauh lebih ramai dan meriah dibandingkan tepuk tangan dansa sebelumnya. Naura mulai sadar dan memperhatikan sekitar, semua orang menatap mereka dengan senyuman. Konyol, ini konyol. Saat hendak memutuskan untuk pergi, tiba-tiba saja tak jauh dari posisi mereka terdengar suara teriakan wanit

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 258. Benci dan Cinta

    "Bagaimana?" tanya Naura saat mereka telah tiba di balkon. Keduanya berdiri bersebelahan, mata masing-masing memperhatikan pemandangan danau di depan. Langit semakin menggelap, udara pun semakin terasa dingin. "Seperti yang Anda lihat," jawab Tiara, kedua tangannya memijit ringan keningnya bersamaan. Naura kali ini memilih diam, Tiara pasti akan mulai mencurahkan seluruh perasaannya seperti panggilan telefon mereka semalam. "Saya tidak mengerti lagi kenapa pria itu semakin berani, wanita itu juga tak ada malunya. Saya baru pergi sehari namun keadaan Mansion sudah banyak berubah, pelayan lebih patuh pada mereka dibanding saya. Beruntung saya cepat kembali, jika tidak maka semuanya akan semakin sulit. Wanita itu, dia berlagak seperti nyonya rumah."Naura tersenyum tipis. "Lalu? Apa yang Anda lakukan?""Tentu saja saya tidak tinggal diam, saya menggunakan saran Anda. Lambat waktu, saya kini memahami betapa berharganya posisi saya," jawab Tiara, matanya seolah memandang jauh sesuatu

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 257. Tamparan Untuk Tiara

    "Boleh saya tahu nama Anda, nona?" tanya salah satu kepala keluarga saat Tiara dan Jovan telah berkumpul bersama mereka. Sela melingkarkan tangannya erat di lengan Jovan, berusaha sembunyi pada pria itu karena malu. Sosoknya yang mungil dan wajah cantik manisnya sekilas membuat semua orang menganggapnya gemas. Naura hanya diam memperhatikan, dia merasa lucu karena Jovan benar-benar berani membawa selingkuhannya lagi setelah keributan di mega grand opening Zafir. Berbeda dengan Jovan yang tersenyum, Tiara justru hanya memasang raut wajah datar. Meskipun tidak saling bicara, Naura tahu bahwa saat ini Tiara tengah mengatur emosinya setengah mati. "Kemari, tidak perlu takut. Ada aku," ucap Jovan lembut pada Sela, seketika membuat semua orang saling tatap dan menatap penasaran ke arah Tiara. "Mama... Kenapa tante itu murung?" tanya Zevan tiba-tiba, menggoyangkan kecil genggaman tangan mereka. Naura menoleh, lalu tersenyum tipis. "Dengar, Zevan. Jika kamu dewasa nanti, jangan pernah

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 256. Jadilah Pria Sejati

    "Mama!" Zevan tersenyum riang ke arahnya, membuat Naura tak memiliki pilihan lain selain membalas senyumannya. Naura mengelus kepala Zevan lembut. "Jangan berlari seperti tadi lagi, ya. Berbahaya."Zevan mengangguk. "Kalau begitu Zevan harus menggandeng tangan mama!" ucapnya sambil meraih tangan Naura. Tak lama, dari kejauhan Naura melihat sosok Zafir yang melangkah ke arahnya. Pria itu tersenyum, setelah tiba tepat di hadapan Naura, Zafir menarik lembut anaknya. "Maafkan anakku, nyonya. Dia sepertinya sangat menyukai nyonya," ujarnya. "Anda membiarkan anak sendiri lepas berlarian itu sangat berbahaya, tuan Wajendra. Lain kali tolong lebih diperhatikan." Kalimat Naura mengandung sindiran yang tersirat untuk Zafir. Tetapi seolah tak mengerti, Zafir hanya terkekeh dan membalas santai. "Kalau Anda sebegitu khawatirnya dengan Zevan, mengapa tidak Anda saja yang menggandengnya? Putra saya juga sepertinya memiliki selera yang cukup bagus, jarang sekali ia bersedia disentuh oleh semba

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 255. Sarapan Panas Keluarga Bara

    Setelah semalam puas bercerita pada Naura, Tiara kini perlu kembali pada realita kehidupannya. Wanita itu menatap datar dirinya sendiri di cermin sebelum akhirnya berdiri dan melangkah keluar kamar. Dia menuruni tangga dengan tenang, kupingnya menangkap suara tawa bahagia milik suami dan kekasih gelapnya. Tiba di ruang makan, kedua sudut alis Tiara sedikit menyatu saat melihat Jovan berani mendudukkan wanita itu satu meja dengan ibunya. Meskipun hubungan Tiara dan ibunya sendiri pun tidak begitu baik, tetapi tidak sampai saling membenci. "Selamat pagi, nyonya Bara." Sela menyapa ramah Tiara dari kursinya, sedangkan Tiara hanya melirik singkat tanpa membalas. Dia duduk dengan tenang di kursi utama meja makan, kemudian menatap dingin suaminya. "Sejak kapan keluarga ini bertindak seenaknya?'Jovan yang awalnya tidak melirik Tiara sedikitpun menoleh ke istrinya, seluruh mata kita tertuju padanya. Ibu Tiara, sang nyonya besar Bara hanya diam dan terus menikmati makanannya. Wanita i

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 254. Bouquet Bunga

    Naura baru saja selesai mengurus pekerjaannya, dia kini duduk di hadapan meja rias setelah usai membersihkan diri. Di tengah ini, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Naura menoleh sekilas, itu pasti bukan Kate karena wanita itu sudah berpamitan saat dirinya mandi. "Masuk," jawab Naura. Tak lama pintu terbuka, sesuai dugaannya, yang mengetuk adalah pelayan Mansion. "Ada apa?" tanya Naura sambil menyisir rambutnya. "Ada kiriman bouquet bunga, nyonya. Saya sudah memerintahkan mereka untuk meletakkannya di ruang tengah." Naura menaikkan alis kirinya sekilas, lalu dia segera berdiri dan melangkah menuju ruang tengah.Bibirnya tersenyum samar, Naura menebak bunga itu adalah pemberian Arjuna. Sampai di ruang tengah, Naura tersenyum tipis. Bouquet mawar putih besar bersandar jelas di sofa ruangannya. Tak lama ponselnya berdering, panggilan dari Arjuna masuk. "Bagaimana, apa kau suka?" tanya Arjuna begitu sambungan mereka terhubung. Naura menyentuh lembut kelopak bunga mawar t

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 253. Rumah Tangga Keluarga Bara

    "Pergi lalu datang tiba-tiba, memalukan! Kini kamu menampar Sela hanya karena masalah ringan? Tidak puaskah kamu bertingkah hingga membuat masalah internal kita tersebar?!" Jovan menatap muak ke arah istrinya, lalu menarik Sela ke dalam pelukannya. "Sudah marahnya?" tanya Tiara tenang, menatap datar suami serta orang ketiga di pernikahannya. Melihat respon Tiara yang cukup berbeda dari sebelumnya, keduanya pun sempat tertegun. Tiara tidak mempedulikan ekspresi mereka, dia segera melirik Sela sekilas dan kembali menatap Jovan. "Ajari kekasihmu untuk tidak menyentuh sesuatu yang bukan miliknya. Kedepannya aku tidak akan mentoleransi kesalahan seperti ini lagi, bahkan aku tidak ragu mengusir kalian dari sini." Tegas Tiara, lalu melangkah melewati Jovan dan Sela. Diam-diam hatinya kembali berdenyut sambil berdarah, tetapi dia mengingat pesan Naura dan kembali membulatkan keberanian. Jovan dan Sela menatap heran ke arah Tiara, kenapa wanita itu tidak mengamuk dan pecah seperti sebel

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 252. Tidak. Tidak Pernah Berubah

    Naura duduk berhadapan dengan Zafir di ruang tengah Tirta. Zafir benar-benar terlihat santai, pria itu selalu tersenyum setiap kali mata mereka bertemu. Naura hanya diam dan memasang raut wajah tidak bersahabat, dia tidak mengerti mengapa Zafir bergerak lebih agresif dibandingkan sebelumnya. "Apa kamu sudah menerima email yang pihak kami kirim?" tanya Zafir, membuka pembicaraan. Naura tanpa ekspresi menjawab. "Ya, tapi aku tidak bisa menyetujuinya.""Kenapa?" tanya Zafir. Naura mengerutkan keningnya. "Anda lah yang kenapa, bukankah dulu yang membatalkan semuanya adalah Anda?"Zafir mengangguk ringan. "Itu benar, tetapi aku akui itu adalah sebuah kesalahan. Tidak seharusnya aku memutuskan hubungan dua keluarga begitu saja. Wajendra dan Tirta sudah berhubungan sangat lama, namun kemarin emosiku sedang sangat tidak stabil, aku minta maaf. Tujuanku kemari hanya ingin mengembalikan semuanya seperti semula, aku tidak ingin mengecewakan upaya para senior keluarga di masa lalu."Naura me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status