Kaila turun ke lantai bawah untuk menemui Mom. Ia tidak enak sudah mengabaikan mertuanya yang datang ke sini.
Kaila melihat Cris yang sedang di luar halaman. Tak butuh waktu lama Kaila menghampiri Cris.
“Hay, Cris,” tegur Kaila sumringah.
“Kaila.” Cris sedikit terkejut.
“Kenapa nggak masuk? Malahan di luar begini? Emang nggak panas?” tanya Kaila heran.
“Tugas aku sopir jadi memang tempatnya di sini,” jawab Cris dengan senyum manisnya.
“Tapi kan aku sudah anggap kamu teman bukan sopir, Cris.”
Cris senang jika dirinya dianggap teman oleh Kaila. Tapi tetap saja status dirinya tetap sopir di sini. Cris juga memandang diri Kaila yang sangat berbeda sekali. Terlihat lebih dewasa saat ini, apalagi Kaila memoles wajahnya dengan make up seperti itu.
“Kamu ... dandan?” tanya Cris pelan.
“Hehehe, iya, Cris,” jawab Kaila terkekeh.
&ldquo
BANDARA LOS ANGELES WORLD AIRPORT.Saat ini pasangan yang sedang dimabuk asmara sedang berada di bandara Los Angeles untuk menunggu keberangkatan menunju Paris.Apalagi tadi sebelum berangkat mereka adu perdebatan kecil mengenai Kaila yang dandan lama. Namun ujung-ujungnya Melviano klepek-klepek juga.“Kira-kira berapa jam, Mel?” bisik Kaila pelan.“Sekitar 10 jam 45 menit. Soalnya kita naik pesawat yang langsung sampai tujuan.”“Nggak transit kaya dulu lagi?” tanya Kaila sambil bersender manja ke suaminya.“Enggak, sayang,” balas Melviano sambil mengecup-ngecup kepala Kaila.“Jadi nanti kita hanya kondangan aja terus balik lagi ke Los Angeles gitu?” tanya Kaila yang berharap nanti MelMel mengajaknya jalan-jalan. Lagian semua paspor dan lainnya juga MelMel yang mengurus. Kaila tinggal ikut saja.“Iya.”Kaila langsung murung, padahal ia ingin sekali j
Kaila merasa berdebar hatinya saat ini saat menyetujui untuk mandi bersama dengan MelMel. Meski sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Kaila masih merasa sangat risih jika harus seperti ini. Lagian Kaila belum terbiasa dan masih sedikit takut. Waktu itu nggak sengaja lihat nutrijel MelMel aja masih kebayang-bayang sampai detik ini.“Kok diam?” tanya Melviano saat sudah di depan pintu kamar mandi.Kaila diam tak lanjut melangkah, pikirannya gamang. Jujur sama Kaila belum siap untuk melihat sesuatu yang menakjubkan itu. Ngeri jantungan mendadak.“Mel,” cicit Kaila pelan.“Hmm.”“Sepertinya aku belum siap mandi bersama,” ujar Kaila pelan. Kaila takut nanti MelMel bakalan ngamuk karena Kaila sering banget memutuskan sesuatu yang lagi nanggung.Ada rasa kecewa dalam diri Melviano. Tapi Melviano mencoba bersikap memaklumi. Apalagi ini yang pertama bagi Kaila.“Ya sudah kal
Kaila tersenyum saat dirinya digendong ala bridal style seperti ini. Tak bisa dipungkiri hormon seorang wanita terus meronta-ronta, Kaila mengeluarkan semburat merah di pipinya. Kaila mencoba menahan kuluman senyumnya yang ingin terus-menerus tercetak“Kalau mau senyum, senyum aja nggak usah ditahan-tahan,” tegur Melviano melihat istrinya yang mulai salah tingkah.“Enggak kok, siapa juga yang mau senyum,” elak Kaila cepat.Melviano membiarkan saja istri kecilnya mengelak seperti itu. Ia mulai menurunkan Kaila perlahan dalam kamar mandi. Melviano menyiapkan air hangat dan sabun di bathtub terlebih dulu. Setelah semua selesai, Melviano kembali menghampiri Kaila yang masih berdiri tanpa gerak secuil pun.“Airnya sudah siap,” ujar Melviano memandang baju tidur yang dipakai Kaila.“Iya,” jawab Kaila tercekat. Entah kenapa tenggorokannya menjadi kering seperti ini.“Buka bajunya, masa mandi ber
Sesuai janjinya yang akan mengajak Kaila berjalan-jalan sebentar sebelum kondangan nanti malam. Melviano akan mengajak Kaila ke Art The Triomphe.Kaila merasa senang karena ini merupakan hari yang manis bagi Kaila. Ia memakai kacamata hitam seperti Melviano. Mereka tadi mampir ke sebuah toko kaca mata kelas dunia untuk membeli. Kaila lupa tidak membawa kacamata.“Wah aku benar-benar di Paris,” decak kagum Kaila saat menatap monumen terbesar dan bersejarah di Perancis ini. Lebih tepatnya orang menyebut Art The Triomphe.“Kenapa? Masih kurang yakin kamu di negara Perancis lebih tepatnya sedang di kota Paris?” Melviano menggenggam erat tangan mungil istrinya.“Yakin sih, Cuma masih berasa mimpi.”Mereka berjalan menyusuri jalanan demi jalanan sambil bergandengan tangan. Kaila terus menerus melengkungkan senyumnya tiada henti. Ternyata mencinta dan dicintai itu enak, sama-sama membahagiakan keduanya.“Me
Saat ini pasangan Melviano dan Kaila sedang bersiap-siap untuk menghadiri pesta pernikahan teman bisnisnya Melviano, Robert.Mereka berdua tak sengaja menggunakan oufit warna hitam. Kaila menggunakan dress hitam selutut, sedikit ada belahan dadanya, belakangnya pun mengekspose punggung mulus milik Kaila. Melviano sendiri hanya menggunakan kemeja putih dibalut dengan tuxedo hitam.“Kai, ganti gaun yang tertutup saja,” omel Melviano yang merasa pakaian Kaila terlalu terbuka.“Enggak ah, ini sudah cocok sama tuxedo punya kamu lho.” Kaila tetap ingin memakai gaun yang ia beli sewaktu menghabiskan uang 700 juta sehari.“Kenapa belinya model kurang bahan begitu sih!” sungut Melviano melihat tubuh istrinya yang akan jadi konsumsi publik.“Bukannya kamu suka wanita yang pakai baju seperti ini?” tanya Kaila sarkas.Glek.Iya kalau wanita itu nggak spesial seperti Kaila. Kalau wanita itu kes
Saat ini Kaila nggak tahu harus ke mana. Ia tidak paham dengan tempat ini. Kaila mencari petunjuk toilet dengan melihat gambar atau tulisan yang menggunakan bahasa inggris.Kaila melihat arah menuju toilet, air mata yang ia bendung luruh di tengah jalan menuju toilet. Kaila masuk toilet dan langsung menangis di salah satu bilik closet. Ia meraung tak mempedulikan tatapan para wanita yang sedang berdandan di depan wastafel tadi saat ia baru masuk.“Sebegitu berengseknya kah kamu, Mel ... sehingga setiap bertemu wanita pasti dia mantan one night standmu?” rancau Kaila menangis.Kaila juga melihat tatapan Josephine tadi penuh minat dengan suaminya itu. Apakah sebegitu hebatnya MelMel di ranjang? Sampai-sampai wanita suka sekali tebar pesona dengan MelMel. Kaila berteriak frustasi.Dulu Kaila saat lihat MelMel dengan wanita rasanya masih biasa saja belum merasakan sesakit ini. Apa karena dulu perasaannya belum mantap hanya sekedar suka jadi masih
“Shit! Damn it!” umpat Melviano saat sambungan teleponnya diputus secara sepihak oleh si jerk Damian.“Ada apa?” tanya Addison penasaran yang melihat Melviano sangat terlihat marah.“Kaila bersama Damian saat ini,” tutur Melviano yang langsung berjalan cepat keluar ballroom pesta.“What?! Kok bisa?” tanya Addison masih tidak mengerti.“Bisa, karena dia cowok bastard sama sepertimu,” jawab Melviano yang sedang membuka hape untuk mengecek gps hape Damian.“Kau yang lebih bastard Melvin dari kita berdua,” sanggah Addison.“Ya-Ya terserah kau saja.” Melviano melotot saat gps itu menunjukan sebuah hotel gedung ini dan lokasinya di kamar penginapan.“Shit! Berengsek Damian, tidak akan aku maafkan jika berani menyentuh Kaila sedikit saja.”Melviano langsung menuju ke arah resepsionis menanyakan nama Damian check-in kamar nomor berapa? Melvi
Melviano merasakan sesuatu yang berbeda saat memasuki milik Kaila. Ternyata Kaila masih virgin, meski Melviano belum pernah merasakan dengan wanita virgin sebelumnya. Ini hal baru untuk Melviano melakukan ena-ena dengan wanita virgin.Shit! Terkutuk kau Damian! Berengsek Damian berhasil menipunya. Tapi ada rasa senang dalam hati Melviano saat mengetahui bahwa ia satu-satu yang pernah mengisi milik Kaila.“Sakit?” tanya Melviano berubah lembut, tatapannya jatuh kepada Kaila yang meringis kesakitan akibat tidak ada pemanasan sama sekali sebelumnya.Kaila mengangguk sambil meringis sakit, perih.“Pelan-pelan, ya?” ujar Melviano yang langsung bersikap lembut. Melviano ingin memberikan kesan pertama untuk Kaila dengan sebaik, selembut mungkin. Melviano nggak ingin Kaila mengingat malam pertamanya dengan ketakutan ataupun rasa trouma.Melviano langsung mencumbu bibir Kaila dengan lembut, Melviano mulai menghisap, mencecap bibir is
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud