Beberapa hari kemudian.
Di rumah seorang Haidar sedang mengadakan acara pesta atas kelahiran cucu pertamanya. Haidar selalu memperlakukan Matheo dengan sangat spesial.
“Cucu Kakek, besok kamu akan meneruskan semua perusahaan dari Kakek.” Haidar yang sedang menggendong Matheo. Saat ini kerjaan Haidar hanya menggendong Matheo setiap hari, ia selalu berebut dengan Melviano untuk menggendong Matheo.
Para tamu yang hadir pun tak tanggung-tanggung, semua pejabat, orang pembisnis, bahkan Haidar memanggil penyanyi terkenal tanah air untuk menghibur para tamu. Semua tamu kini tengah mengucapkan selamat kepada Kaila juga Melviano.
“Selamat Pak Haidar, kini anda menjadi seorang Kakek.”
“Hahaha, ini yang saya harapkan sebelum meninggal.”
“Ah, Bapak. Jangan bilang begitu. Tunggu Matheo gede dulu.”
“Ini yang sedang saya doakan selalu sama Tuhan.”
“Kalau begitu saya permisi dul
Tujuh bulan kemudian.Usia Matheo kini sudah menginjak tujuh bulanan. Dalam tujuh bulan flasback ke belakang, Kaila juga Melviano selalu kompak mengurus Matheo. Ya, meski tak bisa dipungkiri kalau mereka berdua sering beda pendapat yang memicu adu mulut antara Kaila juga Melviano. Tapi semua itu hanya berlaku sebentar saja setelah itu mereka baikan."Kamu yakin akan pakai baju seperti itu?""Yakin dong.""Tapi itu ribet buat menyusui.""Nanti bawa sufor aja. Lagipula Matheo juga udah didampingi MP-Asi.""Iya tetap saja kalau Matheo itu sukanya Asi.""Iya udah gampang sih. Lagian emang acaranya pakai adat jawa kok.""Tapikan itu hanya yang punya acara, Kai.""Hmm, memang.""Ya udah pakai dress biasa aja nggak usah pakai kebaya begitu.""Uh ... kenapa sih. Aku juga pengin nikmati adat yang Kak Nasya pakai.""Nggak usah lah kasihan Matheo.""Oke, aku ganti dress aja. Puas."Kaila langsung
Hari ini, Kaila dan Nasya sudah berjanjian untuk meet up."Kamu mau ke mana?""Mau ketemuan sama Kak Nasya.""Di mana?""Di pim.""Yaudah aku ikut.""Mel, inikan khusus Ibu-ibu.""Emang kenapa kalau aku ikut?""Gapapa, cuma nanti Kak Nasya canggung gimana?""Yaudah Matheo sama Daddy aja kalau begitu.""Ck, justru kita meet up biar Matheo bisa bermain sama Shaqu.""Suruh Nasya ke sini saja.""Pasti nggak mau lah.""Yaudah aku tetap ikutan.""Terserah kamu deh."Kini Melviano tetap ikut untuk meet up. Apalagi Kaila membawa Matheo, jiwa posesif Melviano akan semakin meronta-ronta.Kaila langsung ngechat Kak Nasya kalau ia sudah on the way. Ternyata Nasya pun sudah sampai di Pim.Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka sampai di Pim. Kaila dan Melviano langsung berjalan menuju ke area salah satu restoran untuk menemui Nasya."Lho, Kak Rezvan juga ikutan?"
Melviano berdeham pelan. "Tadi Mamah bilang apa?""Bilang apa?""Tadi pas ditelepon.""Kak Nasya lahiran.""Yaudah mendingan kita ke sana aja sekarang.""Lho, kamu yakin?"Melviano mengangguk."Gantiin pakaian Matheo dulu sana.""Oke, sekalian aku ganti baju dulu.""Hmm."Kaila langsung bergegas menuju ke arah kamar. Ia mengganti pakaian Matheo. Selesai dengan urusan Matheo, Kaila sendiri ikut ganti baju."Ayo, Mamat. Kita sekarang jenguk Bude Nasya."Kaila selalu mengajak anaknya berbicara. Tidak Kaila tidak Melviano semuanya sama-sama cerewet dengan Matheo.Kini ketiganya sudah berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Dalam perjalanan selalu rame seperti biasa dengan tingkah menggemaskan Matheo yang selalu tertawa."Baby shark, duduududu. Wah." Kaila mengajarkan anaknya bernyanyi dan sedikit membuat Matheo terkejut seperti sengaja membuat kaget. Matheo sendiri hanya tersenyum terkeke
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud
Melviano berdeham pelan. "Tadi Mamah bilang apa?""Bilang apa?""Tadi pas ditelepon.""Kak Nasya lahiran.""Yaudah mendingan kita ke sana aja sekarang.""Lho, kamu yakin?"Melviano mengangguk."Gantiin pakaian Matheo dulu sana.""Oke, sekalian aku ganti baju dulu.""Hmm."Kaila langsung bergegas menuju ke arah kamar. Ia mengganti pakaian Matheo. Selesai dengan urusan Matheo, Kaila sendiri ikut ganti baju."Ayo, Mamat. Kita sekarang jenguk Bude Nasya."Kaila selalu mengajak anaknya berbicara. Tidak Kaila tidak Melviano semuanya sama-sama cerewet dengan Matheo.Kini ketiganya sudah berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Dalam perjalanan selalu rame seperti biasa dengan tingkah menggemaskan Matheo yang selalu tertawa."Baby shark, duduududu. Wah." Kaila mengajarkan anaknya bernyanyi dan sedikit membuat Matheo terkejut seperti sengaja membuat kaget. Matheo sendiri hanya tersenyum terkeke
Hari ini, Kaila dan Nasya sudah berjanjian untuk meet up."Kamu mau ke mana?""Mau ketemuan sama Kak Nasya.""Di mana?""Di pim.""Yaudah aku ikut.""Mel, inikan khusus Ibu-ibu.""Emang kenapa kalau aku ikut?""Gapapa, cuma nanti Kak Nasya canggung gimana?""Yaudah Matheo sama Daddy aja kalau begitu.""Ck, justru kita meet up biar Matheo bisa bermain sama Shaqu.""Suruh Nasya ke sini saja.""Pasti nggak mau lah.""Yaudah aku tetap ikutan.""Terserah kamu deh."Kini Melviano tetap ikut untuk meet up. Apalagi Kaila membawa Matheo, jiwa posesif Melviano akan semakin meronta-ronta.Kaila langsung ngechat Kak Nasya kalau ia sudah on the way. Ternyata Nasya pun sudah sampai di Pim.Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka sampai di Pim. Kaila dan Melviano langsung berjalan menuju ke area salah satu restoran untuk menemui Nasya."Lho, Kak Rezvan juga ikutan?"
Tujuh bulan kemudian.Usia Matheo kini sudah menginjak tujuh bulanan. Dalam tujuh bulan flasback ke belakang, Kaila juga Melviano selalu kompak mengurus Matheo. Ya, meski tak bisa dipungkiri kalau mereka berdua sering beda pendapat yang memicu adu mulut antara Kaila juga Melviano. Tapi semua itu hanya berlaku sebentar saja setelah itu mereka baikan."Kamu yakin akan pakai baju seperti itu?""Yakin dong.""Tapi itu ribet buat menyusui.""Nanti bawa sufor aja. Lagipula Matheo juga udah didampingi MP-Asi.""Iya tetap saja kalau Matheo itu sukanya Asi.""Iya udah gampang sih. Lagian emang acaranya pakai adat jawa kok.""Tapikan itu hanya yang punya acara, Kai.""Hmm, memang.""Ya udah pakai dress biasa aja nggak usah pakai kebaya begitu.""Uh ... kenapa sih. Aku juga pengin nikmati adat yang Kak Nasya pakai.""Nggak usah lah kasihan Matheo.""Oke, aku ganti dress aja. Puas."Kaila langsung
Beberapa hari kemudian.Di rumah seorang Haidar sedang mengadakan acara pesta atas kelahiran cucu pertamanya. Haidar selalu memperlakukan Matheo dengan sangat spesial.“Cucu Kakek, besok kamu akan meneruskan semua perusahaan dari Kakek.” Haidar yang sedang menggendong Matheo. Saat ini kerjaan Haidar hanya menggendong Matheo setiap hari, ia selalu berebut dengan Melviano untuk menggendong Matheo.Para tamu yang hadir pun tak tanggung-tanggung, semua pejabat, orang pembisnis, bahkan Haidar memanggil penyanyi terkenal tanah air untuk menghibur para tamu. Semua tamu kini tengah mengucapkan selamat kepada Kaila juga Melviano.“Selamat Pak Haidar, kini anda menjadi seorang Kakek.”“Hahaha, ini yang saya harapkan sebelum meninggal.”“Ah, Bapak. Jangan bilang begitu. Tunggu Matheo gede dulu.”“Ini yang sedang saya doakan selalu sama Tuhan.”“Kalau begitu saya permisi dul