Setelah semuanya sudah mandi dan rapi, Kaila menatap sedih ke arah Damian. Kaila menangis tergugu akan ditinggal pergi oleh Damian.
“Kak, aku pasti akan sangat merindukanmu.”
“Nanti kan kalau anak si bastard udah lahir kau akan ke Los Angeles kan?”
Kaila mengangguk ragu. Entah lah akan pergi ke Los Angeles atau akan menatap saja di Indonesia.
Melviano melihat istrinya sedang sedih, langsung merangkul ke dalam dekapannya. Melviano mulai paham dengan Kaila yang selalu ingin dimanja.
“Nanti juga ketemu lagi kalau baby boy kita udah lahir kan?”
“Iya, tapikan nunggunya masih lama.”
“Nggak terasa kok, kamu kan bisa teleponan sama teman kamu yang di Jakarta.”
Kaila langsung teringat dengan sahabat laknatnya itu. Double D. Kenapa Kaila tak kepikiran buat menyusahkan pasangan absurd itu, ya. Benar apa kata Melviano, Kaila akan menelepon Debi.
“Kalau begitu ja
Kini Kaila juga Melviano sudah duduk bersampingan. Mereka berdua menunggu Haidar berbicara.“Ngomong-ngomong usia kandungan kamu berapa bulan?”“Empat jalan ke lima bulan, Yah.”Haidar langsung mengangguk-anggukan kepalanya. Ia mengusap dagunya sambil menatap ke arah perut Kaila yang membuncit.“Ayah habis investasi tambang emas di Papua. Ayah sekarang sudah memutuskan untuk memberikan saham emas di Papua untuk calon cucu Ayah.”Mata Kaila melotot lebar, bahkan hampir keluar menggelinding. Ia benar-benar terkejut dengan ucapan Ayah Mertuanya. Kaila tak pernah menyangka kalau calon anaknya bakalan menjadi orang kaya raya nanti. Padahal masih di dalam perut tapi udah punya harta tambang emas, gila bener ini. Kaila saja dulu waktu kecil mau jajan suka rebutan sama Kak Nasya. Bahkan uang saku aja pas-pasan, mau beli kuota aja mikir sampai seratus kali.“Ayah seriusan? Tapi anak Kaila kan belum lahir,&rdq
Hari ini, Kaila dan Melviano sedang browsing untuk melihat konsep baby shower untuk acara tujuh bulanan nanti.“Aku pengin konsep Captain Amerika deh.”“Jangan, emangnya acara ulang tahun. Kita konsep begini saja, gimana?” Melviano memperlihatkan konsep warna biru yang sangat meriah.Kaila langsung meraih tablet milik suaminya, Kaila menatap konsep itu dengan senyum lebar.“Setuju, ini bagus.”“Jadi deal nih seperti ini?”Kaila mengangguk.“Kalau sudah setuju nanti aku bicarakan sama sekertaris Ayah supaya mengatur semuanya.”“Ya udah kamu atur saja, aku sih penginnya kita sederhana saja. Ngundang teman sama saudara aja begitu.”“Enggak mungkin sayang, pasti Ayah akan kecewa. Kita ikuti saja kemauan dia. Kalau kamu mau cara baby shower dengan temanmu nanti kita buat season ke dua saja. Season satu hanya untuk tamu-tamu Ayah gimana?”
Melviano kini sedang berjalan menuju ke arah ruangan Ayahnya. Di sana ia melihat sekertaris baru sang Ayah. Namanya Shakira, Ayahnya pernah bercerita sekilas tentang sekertarisnya itu.“Ayah ada?”“Maksudnya Pak Haidar?”“Iya.”“A-a-ada.”Melviano langsung masuk ke ruangan Ayahnya, ia menyapa Ayahnya yang sedang bekerja begitu fokus.“Pagi, Yah.”“Lho, kau ke sini?”“Hmm, mau bahas baby shower.”“Kalau begitu Ayah telepon Shakira untuk ke sini saja.”“Tak usah, biar Melviano saja yang langsung bicara dengannya.”“Ya sudah, kau bicarakan saja konsep yang kau dan Kaila inginkan.”“Permisi, Yah.”“Hmmm, sukses ya.”Melviano berjalan keluar ruangan Ayahnya, ia berdiri di depan meja sekertaris Ayahnya. Melviano berdeham pelan. “Anda Shakira, ka
Rania hanya terkekeh saja mendengar teriakan dari sang anak. Rania melenggang cantik pergi ke arah dapur untuk mengambil gelas.Kaila sendiri hanya bersungut kesal melihat Mamahnya yang selalu meledeknya itu.“Jangan marah-marah terus.”“Nggak marah-marah kok, Cuma kesal aja sama Mamah. Lagian ngeselin banget.”“Mamah kan Cuma bercanda aja sayang.”“Iya tahu kok, tapi cara bercanda Mamah itu bikin darah tinggi.”“Udah nggak usah marah-marah.”Tak lama Rania datang membawa dua gelas cendol, ia mengarahkan ke arah Kaila juga Melviano.“Nih, cendol buat kalian berdua.”“Lho, Mamah nggak minum?” tanya Melviano.“Mamah udah makan di sana tadi, ini Mamah bungkus dua buat menantu Mamah yang tampan sekaligus istrinya yang comel.”“Ih, giliran aku aja nggak dipuji.”“Jangan kebanyakan mendap
Kaila dan Melviano kini sudah berada di depan pintu apartemen Nasya. Hari ini kedua pasangan itu akan bertamu sebagai bentuk silatuhrahmi.“Kok nggak dibuka-buka, ya?”“Lagi ena-ena kali.”“Hust, ngaco kamu, Mel.”“Lagian udah beberapa kali nggak dibuka sih.”“Mungkin lagi ngurusin Shaqu yang rewel.”“Hmm, bisa juga.”Tak berapa lama, Melviano mendengar suara langkah kaki menuju ke arah pintu.KLEK.“Lho,” kata Nasya sedikit terkejut.“Taraaaa, Aunty Kai-Kai datang.” Kaila langsung berjalan masuk ke apartemen Nasya.“Ett ... main nyelonong aja.”“Lagian capek tahu Kak, dari tadi pencetin bel nggak dibuka-buka.”“Iya Kakak lagi gantiin Shaqu pampers, dia habis pup.”“Oh ....” Kaila mengangguk-angguk sok paham.“Melvin masuk sin
Pagi ini Kaila sudah bersiap-siap untuk sarapan bersama keluarga dari Melviano. Apalagi pagi ini Ayah Haidar belum berangkat ke kantor seperti biasanya.“Pagi,” sapa Haidar yang sudah rapi dengan setelan jas kerjanya. Ia langsung menarik kursi di dekat Kaila juga Melviano.“Pagi Ayah.”“Gimana perkembangan cucu Ayah?”“Dia baik kok, mulai ada gerakan-gerakan kecil.”“Bagus, jaga cucu Ayah terus, ya. Kamu harus makan, jangan sampai kelaparan atau kelelahan.”“Iya, Yah.”“Tenang aja, kan ada Melvin, Yah.” Melviano langsung menyambar pembicaraan Kaila dengan Haidar.“Itu emang tugas kau harus jagain istri hamil.”Tak lama Karmila datang membawakan susu ibu hamil untuk Kaila. Ia juga membawa makanan sehat khusus ibu hamil. Kaila yang menatap menu itu terasa sangat malas, sebab rasanya kurang asin. Benar-benar sedikit hambar sepert
Debi berjalan mendekat ke arah Kaila yang tengah berdiri bersisian dengan Melviano. Debi melotot ke arah perut Kaila.“Kai, lo hamil?”“Iyahlah.”“Ini bukan balon kan, ya?”“Apaan sih, enggak lah. Ngaco aja lo, Deb.”“Bukan begitu, ya ampun. Aku masih nggak nyangka anjir.”“Pegang aja.”Debi langsung memegang perut Kaila yang buncit, ia menekan perut Kaila untuk memastikan bahwa Kaila benaran sedang hamil.“Lha, iya beneran hamil. Gila, sumpah lo Kai. Pecah telor juga akhirnya.” Debi masih tak menyangka, ia menggelengkan kepalanya takjub.“Iyahlah bisa hamil, kan gue punya suami.”Debi langsung beralih menatap ke arah Melviano yang tengah menatapnya bingung. Ia meringis tak enak karena sudah sedikit tidak sopan dengan berteriak, Debi biasanya akan kolaborasi dengan Tante Rania untuk membully Kaila.“Maaf, M
Kaila langsung mempercepat langkah kakinya sampai ia tidak memedulikan kondisi tubuhnya yang sedang mengandung.“Shakira!”Melviano langsung menengok ketika mendengar suara yang tak asing di telinganya. Melviano terkejut melihat istrinya yang berada di kantor. Padahal, setahu Melviano itu kalau Kaila sedang ada sahabatnya tadi.“Kaila,” suara Melviano terdengar begitu lembut.“Kenapa? Kamu kaget aku pergokin lagi deket-deket sama Shakira.”“Lho, kalian berdua saling kenal?”“Kaila, kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu ikut suami ke luar negeri?”Kaila tersenyum miring. “Orang yang sedang berdiri di depan kamu itu suamiku, Shakira. Kalau kurang jelas atau kamu nggak percaya biar nanti aku tunjukkan buku nikah kami, mau tunjukkin cincin nikah tapi aku lagi nggak pakai, soalnya jariku lagi melar efek lagi hamil,” Kaila langsung memamerkan perutnya yang buncit
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud