Pagi ini Kaila bangun sangat bersemangat, ia merasa sudah tak sendiri lagi. Sebab ada calon buah hatinya yang bersemayam di perut ratanya.
“Good morning anak Mommy,” sapa Kaila mengelus perutnya. Kaila terkekeh sendiri saat merasakan ia seperti orang sinting yang berbicara sendiri.
“Sekarang kita sarapan dulu, habis itu ke kampus temani Mommy. Kamu sabar tunggu Daddymu, ya.”
Kini Kaila langsung turun ke bawah, ia terkejut dengan makanan yang tersaji begitu banyak.
“Pagi, Nyonya.”
“Pagi, ini yang akan makan siapa? Banyak banget.”
“Ehem, jelas aku yang akan makan.”
Kaila langsung menoleh, matanya menatap ke arah sumber suara. Senyumnya melengkung begitu lebar. Kaila langsung berlari dan memeluknya erat.
“Mom, aku sangat rindu kepadamu,” rengek Kaila sangat manja.
“Whoa, Mom juga merindukanmu, dear.”
“Ke sini sama siapa?”<
KAFE SUPERSTAR.Kini Kaila dan Grace sudah sampai di kafe yang Alesa janjikan. Mereka tinggal menunggu kedatangan Alesa saja. Dari pada menunggu lama, mereka memesan minuman terlebih dulu.“Ingat Kai, jangan makan sembarangan,” kata Grace mengingatkan.“Iya, sekarang kau bawel sekali.”“Demi anakmu itu.”Kaila hanya memutar bola matanya saja. Kaila merasakan akan kebelet, entah kenapa bawaannya sebentar-bentar ingin buang air kecil. Bawaannya beser terus.“Aku mau ke toilet.”“Ya sudah sana.”“Titip tasku.”“Oke.”Kaila langsung pergi menuju ke toilet untuk membuang isi kandung kemih yang terasa sangat penuh itu. Setelah mengeluarkan semuanya ia merasa sangat lega. Kaila membasuh wajahnya di wastefel, bawaan dia sekarang gampang ngantuk, capek. Apa seperti ini menjadi seorang wanita hamil? Kaila tersenyum sendiri membayangkan
Setelah selesai dari toilet, Kaila kembali dan langsung meminta izin pulang ke mansion karena tubuhnya merasa tak enak.“Sepertinya aku harus pulang deh, tubuhnya merasa tak enak.”“Its oke, kita ngerti kok.” Grace langsung ikut berdiri, ia ingin mengantar Kaila menuju ke luar kafe.“Kau mau apa, Grace?”“Mengantar kau menuju parkiran dong.”“Tak usah, sebaiknya kalian berdua berbincang-bincang saja.”“Huft! Ayolah, Kai. Aku khawatir denganmu.” Grace sedikit memaksa agar Kaila mau diantar sampai ke parkiran.“Sebaiknya kita pulang saja, lagi pula hari juga sudah petang, siapa tahu kalian mau ada kegiatan masing-masing, iyakan?” imbuh Alesa yang ikut berdiri.“Betul, kita tak bisa membiarkan calon Mommy kita ini kecapekan,” ledek Grace yang membuat Kaila memanyunkan bibirnya ke depan.“Jangan heboh di kampus, hanya kalian
KELAB MALAM AMIGOS.Saat ini kelab malam Amigos sudah sangat ramai karena malam ini memang sedang dibooking oleh Amora sebagai tempat acara pesta ulang tahunnya. Suara alunan musik dj sudah berdentum sangat kencang. Semua tamu yang hadir pun tak merasa keberisikan.Kaila yang tak biasa berada di kelab malam memilih untuk menepi ke pinggir bersama Grace. Kaila merasa jantungnya ikut berdebar kala suara musik itu sangatlah kencang."Grace, aku haus," bisik Kaila tepat di telinga Grace."Hah?""Aku haus," ulang Kaila."Oke, kau tunggu di sini kalau begitu.""Baik lah, jangan terlalu lama. Bila perlu yang sedikit asam, aku mau oren jus.""Ya, ya, ya tunggu di sini kalau begitu."Kini Grace berjalan menuju ke arah stan minuman, ia mengambil dua gelas oren jus untuk dirinya juga Kaila. Selesai mengambil, Grace langsung kembali dan menyerahkan gelas kepada Kaila."Nih, diminum.""Thank you, Grace."Ka
Saat akan menggotong tubuh Kaila, laki-laki itu kembali langsung berhenti dengan cepat.“Tunggu, kalau kita bawa dua wanita keluar yang ada kita dicurigai, dan itu sangat berbahaya. Apalagi Kaila selalu diawasi oleh sopirnya.”“Betul juga, kalau begitu lakukan sekarang juga. Cepat buka bajunya,” perintahnya tegas tak terbantah.Dengan gerakan cepat mereka melakukan rencana yang sudah mereka rancang dengan sangat baik. Setelah selesai melakukannya, ia hanya menutupi tubuh polos Kaila dengan selimut.“Sempurna,” tawa itu begitu menggelegar.“Lalu wanita ini bagaimana?” tunjuk ke arah Grace yang masih pingsan di lantai.“Gotong, dan baringkan di sampingnya saja.”“Baik.”Dengan cepat, mereka menggotong Grace dan membaringkan di samping tubuh Kaila. Mereka langsung pergi dengan penuh tawa penuh kemenangan.Tiga puluh menit kemudian.Grace mulai me
Saat ini, Kaila dan Grace sudah berada di salah satu rumah sakit. Kaila akan mengecek kandungannya. Mereka berdua memutuskan membolos kuliah hari ini. Lagi pula mereka berdua merasa sangat capek habis menghadiri pesta ulang tahun Amora semalam.“Nyonya, Kaila.”Kaila langsung berdiri dan meminta Grace ikut ke dalam untuk menemaninya periksa kandungan. Kini Kaila sudah tiduran untuk melakukan prosesi USG.Selesai diperiksa, kini Kaila duduk bersebelahan dengan Grace. Kaila akan mendengarkan semua penuturan dari dokter.“Bagaimana kondisinya, Dok?”“Kondisinya baik-baik saja, perkembangannya sangat bagus, Cuma Nyonya Kaila jangan terlalu stres berat yang mengakibatkan lelah fisik tanpa disadarinya, hingga sering terjadi keram pada perut.”“Iya, Dok. Saya sering keram.”“Sebaiknya dibawa rileks saja, ya.”“Tapi semuanya baik-baik saja kan, Dok?”“
Melviano kini tersenyum lebar, ia langsung memasang kacamatanya menuju ke arah penjemputan penumpang. Ia menghampiri Sawyer yang sudah menunggu.“Bagaimana keadaan Kaila?”“Baik, Tuan.”“Kalau begitu langsung ke mansion.”“Baik, Tuan.”“Kalau begitu cepetan, aku sudah tidak tahan bertemu dengan istriku.”“Baik.”Sawyer langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh atas permintaan Tuan Melvin. Sawyer paham betul kalau majikannya pasti sangat rindu dengan istrinya, apalagi sudah dua minggu mereka tak bertemu.Tak membutuhkan waktu lama, kini mobil yang membawa Melviano sudah sampai di mansion. Ia langsung turun mobil dan berjalan dengan langkah lebar menuju ke arah kamar. Apalagi melihat lantai bawah yang tak ada Kaila, pasti istrinya sedang belajar di depan laptop.CEKLEK.“Halo, sayang,” sapa Melviano yang justru bingung, j
Kini mereka sudah berada di ruang makan setelah selesai bercinta, sesekali Kaila selalu mengingatkan untuk melakukan yang lembut. Dengan sangat menurut, Melviano melakukan dengan sangat ekstra soft.“Kamu makannya salad? Biasanya suka protes kalau disediakan salad, bilang nggak kenyang segala.”“Hehehe, ternyata salad itu enak, Mel.”“Baru merasakan keenakannya kan?”“Hu’um.”Kaila langsung menyuapkan makanannya dengan cepat, ia merasa sangat lapar sekali. Apalagi sarapannya sudah sangat telat seperti ini.“Pelan-pelan makannya, Kai.”“Tapi ini enak banget,” jawab Kaila yang terus menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan cepat. Hingga lagi-lagi, Kaila merasa mual. Kaila benar-benar merutuki dirinya sendiri. Kaila sudah bersyukur karena mau menerima makanan, tapi setelah habis pasti dikeluarkan lagi.Kaila langsung mendorong kursi dan berjalan menuj
Kaila langsung menelepon Mikaila untuk meminta bantuan agar Melviano tidak membawanya ke dokter.“Halo, Kika.”“Iya, ada apa, Kai?”“Aku butuh bantuanmu.”“Bantuan apa? Katakan saja.”“Meli mau membawaku ke dokter, aku nggak mau. Padahal aku tuh nggak sakit apa-apa. Aku minta kamu cegah dia buat ajak aku ke dokter, ya.”“Kenapa bisa dia ingin membawamu ke dokter kalau nggak ada sebab—akibat.”“Iya, aku mual-mual gitu, Meli tahunya aku masih mengindap dispepsia.”“Whoa, harus ke dokter sih emang, jangan kamu sepelekan, Kai.”“Kika, aku mual-mual bukan karena dispepsia.”“Lalu?”“Aku hamil.”“APA? SERIUSAN? KAMU HAMIL? OH EM JI, KAILA, ASTAGA,” teriak Mikaila begitu menggelegar yang membuat telinga Kaila berdengung.“Ssssttt ... pelankan suar
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud