Melviano tak membiarkan jika istrinya pergi ke toilet sendirian. Dengan langkah lebarnya, Melviano mengejar Kaila. Ia menunggu istrinya di depan toilet. Melviano merasa sangat khawatir ketika sosok istrinya tak kunjung-kunjung keluar dari toilet.
Dengan sedikit nekad, Melviano langsung melangkah masuk yang justru berpapasan dengan Kaila yang keluar dari pintu.
“Ngapain kamu mau masuk toilet perempuan.”
“Lagian kamu lama banget, bikin khawatir aja.”
“Aku mual aja, perutku terasa penuh. Enek gitu lah.”
“Apa kamu hamil?”
“Ah ngaco banget deh, nggak mungkin lah.”
“Kalau begitu kita ke Dokter saja kalau begitu.”
“Oke.”
Melviano langsung membawa Kaila ke salah satu klinik di Singapore. Kini Melviano akan menemani istrinya periksa, semoga saja hasilnya bisa membuat ia sangat bahagia.
Tak lama, perjalanan mereka sampai klinik, Melviano mel
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu berjam-jam, kini Kaila dan Melviano sudah tiba di mansionnya. Seperti biasanya, mereka dijemput oleh Sawyer.“Aku merasakan jetlag nih, Mel.”“Ya udah kamu istirahat aja.”“Emang kamu mau ke mana?”“Aku ke ruang kerja dulu, banyak file kantor yang harus diselesaikan.”“Kita baru sampai lho, dan kamu mau langsung kerja? Emang nggak capek? Dalam pesawat pun kamu mantengin macbook terus sampai aku bosan sendiri melihat kamu.”“Iya, gimana dong. Satu minggu ini harus selesai dan aku emang harus kembali lagi ke Singapore buat selesaikan bisnis dengan Marvel.”“Nggak bisa ditunda lagi? Aku sendirian lagi?”“Nanti aku suruh Mikaila untuk temani kamu, oke?”“Nggak usah. Aku mending sendirian aja, mendingan aku sama Ciripa aja.”“Jangan ngambek dong
Saat ini Kaila sudah berada di salah satu supermarket di kota Los Angeles. Kaila akan belanja beberapa kebutuhan untuk ia memasak. Sebelum pergi ke supermarket, Kaila sudah menonton youtube cara memasak steak chicken dan sandwich goreng.Kini Kaila sedang mengambil ayam untuk ukuran dua porsi, serta buah strawberry untuk membuatkan jus untuk suaminya.“Tolong ayamnya sekalian dihilangkan tulangnya, ya,” kata Kaila menyuruh pelayan dibagian ikan dan ayam.“Baik, Nyonya.”Sembari menunggu, Kaila mengambil sosis rasa daging sapi, serta sayuran sebagai pelengkapnya nanti. Tak lupa bumbunya sekalian Kaila beli. Semua catatan bahan-bahan yang akan membuat steak ayam sudah Kaila catet.Dua jam sudah Kaila berbelanja di supermarket seorang diri, kini semua bahan sudah terbeli semuanya sesuai catatan. Kaila langsung mendorong troli ke arah parkiran.“Kenapa tidak menghubungi, Nyonya? Jadi biar saya datang untuk membawaka
Kini Melviano langsung berdiri dari kursi kebesarannya, ia memutarkan tubuh menghadap istrinya. Kaila sendiri langsung tersenyum.“Mau di mana? Di meja atau di sofa?”“Apanya?”“Makan kamu.”“Haisst, omes banget. Makan siang, Mel.”“Hem ... aku kira makan kamu,” ujar Melviano sembari terkekeh begitu renyah. Kaila sendiri hanya memanyunkan bibirnya saja mendengar otak suaminya yang benar-benar konslet.“Sudah ah, jangan mulai.”“Iya sayang.”Melviano langsung menuntun Kaila menuju ke arah sofa. Mereka duduk bersampingan. Kaila langsung mengeluarkan semua isi yang berada di dalam paper bag. Kaila menjejerkan kotak makan di meja dengan rapi. Kaila membukanya satu persatu tutup tempat makan.“Whoa, beli di mana ini?”“Enak aja beli, ini tuh aku masak sendiri tahu.”“Hah, seriusan kamu masak?”
Merasa sudah cukup larut membuat Kaila ingin segera pamit pulang. Kaila tak mau nanti suaminya justru akan marah jika jam sembilan malam seperti ini ia masih saja berkeliaran di luar mansion.“Kau mau ke mana?”“Sepertinya aku harus segera pulang, Lesa.”“Ck, masih sore.”“Ini sudah jam sembilan malam.”“Nanti saja lah, lagian suamimu belum pulang jugakan? Dia sedang lembur dan masih lama pulangnya.”Kaila menghela napasnya panjang, ia merasa tak enak hati jika melihat Alesa merengek seperti itu. Dengan sangat terpaksa, Kaila duduk kembali.“Coba kau telepon Hardin sekarang supaya dia menjemputmu,” perintah Kaila.“Oke.”Kini Kaila menunggu Alesa menelepon Hardin untuk menjemput. Kaila sudah ingin pulang rasanya, tenaga Kaila merasa sangat lelah sekali hari ini.“Tidak diangkat,” tutur Alesa sembari mencoba menelepon ul
Sudah beberapa hari ini suaminya selalu pulang larut. Kaila takut nanti Melviano akan jatuh sakit jika tenaganya terlalu diforsir."Mel, kamu jangan terlalu memorsir tenagamu, nanti sakit," kata Kaila sedikit mengingatkan suaminya untuk menjaga kesehatan."Iya sayang, kalau urusan nanti dari Singapore selesai, aku udah enggak sesibuk ini kok. Lagian ini bisnisnya bisa bersamaan begini waktunya."Kaila tersenyum, ia tetap menemani suaminya makan yang sudah sangat larut ini. Pola tidur Kaila pun kini menjadi tengah malam terus, Kaila nggak bisa tidur jika belum melihat suaminya di mansion."Habiskan makannya.""Iya sayang, makasih sudah menungguku setiap malam. Padahal kalau kamu tidur dulu juga gapapa lho."Kaila menggeleng kuat. "Aku nggak bisa tidur kalau nggak ada kamu."Melviano tersenyum. Ia langsung menghabiskan makanan yang tersaji. Selesai makan, Melviano mengajak Kaila untuk istirahat. Melviano melihat baju yang dipakai Kaila
Kini sudah waktunya Melviano untuk terbang ke negara Singapore kembali, apalagi mengingat bisnis dengan Marvel planing ke depannya sangat menguntungkan sekali.Hiks ... hiks ... hiks.Melviano sedang memeluk istrinya yang tengah menangis tergugu, Melviano terus mengusapi punggung Kaila dengan lembut. Ia terus mencoba menenangkan istrinya yang saat ini gampang sekali menangis.“Kamu harus terus kabarin aku,” ujar Kaila dengan suara paraunya. Wajahnya mendongak menatap wajah Melviano. Air matanya masih terus mengalir di wajah cantiknya.Melviano mengusap pipi Kaila, menghilangkan jejak tangis istrinya. “Iya sayang, aku akan berusaha cepat.”“Jangan main casino, awas aja kalau main casino.”“Enggak sayang, Marvel juga sepertinya sudah bisa diajak fokus.”Kaila melepaskan pelukannya, ia berjalan dan duduk di sofa sembari menatap ke depan dengan pandangan yang begitu kosong.Meli
Kaila dan Hero kini sampai di sebuah bangunan yang megah di mana salah satunya ada unit apartemen Hero.Kaila berjalan mengikuti langkah Hero hingga ia kini sudah berada di dalam unit apartemen. Hal utama yang Kaila lakukan adalah, menatap ke atas terus dinding serta tatanan ruangan yang sangat cukup rapi. Kaila masih tak menyangka kalau seorang Hero orang yang rajin."Kau rajin juga."Hero tersenyum tipis mendengar pujian dari Kaila."Thanks.""Kenapa nggak tinggal sama orang tua?""Di sini kalau udah besar itu hidup sendiri.""Oh begitu.""Mau minum apa?""Terserah kau saja."Hero berjalan ke arah dapur, ia mengambil minuman kaleng dan langsung menyerahkan kepada Kaila."Tangkap," seru Hero melempar minuman itu."Hap." Kaila langsung menangkap minuman kaleng dan mengerutkan keningnya. Kaila takut kalau ini minuman bisa memabukkan."Tidak akan buat mabuk, tenang saja."Hero seaka
Grace keluar toilet melihat pemandangan yang begitu aneh, Hero duduk sangat dekat dengan Kaila. Mungkin mereka jadi dekat karena satu kelompok.“Ehem,” deham Grace.Hero dan Kaila langsung menengok dan menatap Grace yang tengah tersenyum semringah. Kaila langsung merasa tak nyaman lama-lama berada di sini.“Grace, sepertinya aku harus segera pulang. Apalagi hari juga semakin gelap.”“Emang kau ke sini bersama siapa? Hero atau sopirmu?”“Hero, biar aku pakai taksi saja nanti.”“Kenapa nggak minta antar Hero saja?”“Tidak usah, kasihan kau nanti sendirian.”“Ck, padahal aku sudah biasa di sini sendirian.”“Mau aku antar?” Hero sudah berdiri untuk siap mengantar Kaila pulang, ia mengambil kunci mobil di atas nakas. Kaila yang melihat hanya bisa pasrah saja, menolak pun sepertinya akan percuma saja.“Emm ... bol