Hampir saja Ricko loncat dari duduknya lalu berteriak ke girangan, sekuat tenaga Ricko tahan untuk memberi kesan kalau dirinya telah dewasa di mata gadis yang dia anggap telah resmi menjadi kekasihnya. Hari-hari berlalu dengan usaha keras Ricko untuk mendapatkan hati Mia. Mia tidak pernah menola
Pagi itu Ricko menjadi pahlawan dalam dua keluarga sekaligus. Dengan mantap dia berjanji di depan penghulu untuk menerima Amalia sebagai istrinya. "Saya terima nikah dan kawinnya Amelia Azmia binti Roni Kurniawan dengan Mas kawin tersebut dibayar tunai!" Suara lantang Ricko terdengar ketika me
“Mas … dedenya pengen pipis, aku ke toilet dulu ya,” pamit Rena meminta ijin. Maka sebelum Edward dan Monica tiba di mejanya, Rena memilih melesat pergi ke toilet untuk merapihkan riasan. Dirinya harus terlihat secantik mungkin di depan Monica. Andra yang tidak menyadari maksud tersembunyi san
“Mas iihh … bikin malu tauuu, masa kelakuan Presiden Direktur kaya gitu, udah tau hengpong jadul di mana-mana,” omel Rena setelah keduanya kembali ke kamar hotel meninggalkan acara yang masih berlangsung. Sang suami hanya bisa mesem-mesem sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, pria itu pun
Perempuan yang dulu dia anggap adik sekarang ada di atas ranjangnya dan telah syah menjadi istrinya. Yang akan menyambutnya ketika pulang bekerja, merawatnya ketika dirinya sakit dan menjadi pemuas nafsunya kapan pun dia ingin. Ya, kalimat terakhir tadi tentu saja terbesit di dalam pikiran mesum
“Tumben pake scraf….” Andra berkomentar saat keluar dari kamar mandi dengan handuk putih membalut bagian tubuh bagain bawahnya. Sang istri yang sedang mengaplikasikan lipstick di bibir merespon dengan decakan dan delikan tajam melalui cermin di depannya. Bagaimana tidak, pria itu menerkamnya sem
“Aku duluan ya,” Rena berujar sebelum hendak keluar dari toilet kemudian langkahnya terhenti ketika mendengar namanya disebut. “Ren…” “Hum?” Rena memutar tubuhnya. “Makasih,” ucap Monica disertai senyum simpul dan Rena pun balas tersenyum sambil menganggukan kepala. Langkahnya dia lanjutkan
“Kenapa?” Hampir setengah perjalanan yang mereka lalui, akhirnya Monica buka suara. Rena menoleh. “Apanya?” tanya Rena mengembalikan pertanyaan Monica. “Kamu peduli … harusnya kamu bersorak dengan keadaan aku sekarang,” sambung Monica tanpa menatap Rena, sepertinya pemandangan hamparan sawah yan