Apa yang diucapkan Andra memang terbukti, dengan mudahnya Rena mengundurkan diri dari Bank BUMN tanpa hambatan karena sang suami telah membayar semua pinalti dan pengacara Andra langsung berkomunikasi dengan dihak terkait di Bank BUMN. Bank BUMN ini akan selalu mempunyai tempat tersendiri di hati R
Tangan Andra bergerak meraba, mencari sang istri untuk dipeluknya tapi sisi ranjang itu kosong sehingga dia pun memaksakan diri membuka mata. Mengedarkan pandang mencari jam dinding untuk melihat waktu karena ini masih terlalu pagi untuk seseorang terjaga dari tidur. Jam menunjukan pukul lima pagi
"Bu ... ada salam dari Lisna,” kata bi Minah yang sesekali menoleh ke arah Rena ketika sedang mencuci sayuran dan lauk pauk segar dari pasar. "Oh ya Bi, Lisna di mana sekarang?" "Bibi enggak ga tau tapi masih di Jakarta kok Bu, cuma Bibi enggak tau di mana tempat kerjanya ... kemarin telepon ngaba
Setelah sempat dilarikan ke IGD oleh pak Rojak yang merupakan kepala bagian rumah tangga di rumah Andra, kini Rena sudah terbaring dengan selang infus yang tertancap ditangan kanannya. Menurut dokter jaga yang memeriksa, Rena hanya kelelahan dan tekanan darahnya rendah ditambah hormon HCG yang masi
Rena balas memeluk Andra sama eratnya. “Mas … maafin aku ya,” kata Rena lambat-lambat. Andra mengurai pelukan kemudian menyatukan bibir mereka memagut penuh damba tanpa ampun membuat bibir sang istri bengkak seketika. “Kita makan bareng ya,” ajak Andra tanpa menjawab permintaan maaf dari Rena sete
Perkelahian antara Hadi dan kedua preman tidak berlangsung lama, hanya dalam waktu sekejap saja para preman tadi sudah berubah babak belur karena skil beladiri yang dimiliki Hadi. Setelah mengaduh dan beberapa kali meminta ampun, kedua preman memohon agar Rena bertemu langsung dengan bosnya. Tidak
“Bu … jangan lakuin ini, Lisna enggak akan mampu bayar Ibu, nantinya.” Lisna memohon. “Enggak usah dibayar, yang penting kamu bebas dari sini,” balas Rena setengah berbisik. “Bagaimana kalau Anda tidak datang besok?” sang Mamih melanjutkan negosiasi yang dimulai Rena. “Saya pastikan datang … saya
Rena merasakan punggungnya begitu kebas karena bergesekan dengan dinding kamar mandi. Air shower terus mengguyur tubuh mereka seiring hentakan Andra yang memabukan. Deru nafas keduanya memburu membuat kaca di dalam bilik shower semakin buram, dengan melingkarkan satu kakinya di pinggang Andra, sua
Kepala Rena mendongak, ingin menatap wajah suami tampannya. Beberapa detik keduanya hanya saling menatap bersama senyum tipis. Kemudian kepala Andra menunduk untuk mengecup bibir Rena. “Jangan kaya gitu mukanya.” Andra yang kembali memeluk Rena pun memprotes dengan gumaman. “Gitu gimana?” Re
“Mamaaaaa ….” Zeline yang berteriak paling kencang, merentangkan kedua tangan berlari memburu sang mama yang baru pulang dari Singapura. “Sayang.” Rena melirih dengan mata berkaca-kaca, dia berlutut menggunakan kedua tangan terentang menunggu Zeline masuk ke dalam pelukan. Narendra juga bergerak
Malam itu mereka berkumpul di rumah Andra karena Edward memiliki sebuah informasi yang mungkin bisa membuat Rena kembali seperti dulu. Ibu dan Bapak pun ada di sana juga Aras dan Saras-istrinya. “Jadi gini, gue kenal seorang dokter Hipnoterapis yang bagus … gue udah ceritakan kondisi Rena sama d
Dari semenjak mimpi buruk dalam hidup Rena yang menyatakan bahwa dia harus kehilangan Nadine, Rena berjuang untuk tetap waras dan tidak terpuruk demi Nadhif. Merelakan itu tidak mudah, apalagi sesuatu yang sangat diinginkan dan dicintai. Anak-anaknya terutama Nadhif lah yang menguatkan Rena. S
“Kak … tolong selamatin Nadhif Kak, please … gunakan segala cara, aku mohon.” Rena berlinang air mata memohon kepada Edward. “Ren … aku enggak bisa janji apa-apa ya, tapi petugas medis di sini akan melakukan yang terbaik,” kata Edward menenangkan. Para petugas medis keluar masuk ruang operasi me
Andra dan Rena pernah mendapat cobaan dari segi materi yaitu ketika Andra harus menikahi Cynthia atas dasar wasiat sang ayah atau kehilangan perusahaan dan Andra memilih kehilangan perusahaan dari pada memadu istri yang sangat dia cintai, dia rela memberikan semua kerja kerasnya kepada Cynthia lalu
“Mama kapan pulang, Pa?” Zeline bertanya saat sang papa mengantarnya tidur. Sebenarnya Rena sudah diperbolehkan pulang dan bisa melakukan pemulihan di rumah tapi dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit bila tidak membawa Nadhif sementara Nadhif belum bisa keluar dari NICU. “Sebentar lagi sayang
Meski salah satu anaknya tidak selamat, tapi Rena masih tetap bersyukur karena satu anaknya lagi masih bisa bertahan meski harus dirawat sementara waktu di NICU. Rena juga menyesal karena tidak bisa ikut memakamkan putrinya yang diberi nama Nadine Alysandra Gunadhya lantaran kondisinya belum stabi
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline