“Mas … aku jalan aja, enggak usah pake kursi roda,” kata Rena saat turun dari ranjang pasien. Beberapa waktu lalu suster sudah melepaskan selang infus yang tertancap di tangannya. Hari ini adalah jadwal Rena kontrol kandungan, sebelumnya Edward sudah memberikan rekomendasi dokter kandungan terbaik
“Selamat pagi,” sapa pak Santoso yang kemudian masuk diikuti Fira dan Farel. “Selamat pagi Pak Santoso.” Andra balas menyapa dan dia masih ingat nama dari atasannya Rena itu. Pak Santoso begitu tersanjung karena Andra masih mengingat namanya. Fira dan Farel bergantian menyalami Andra dan Rena. A
“Maasss….” Rena merintih, menancapkan kukunya di punggung Andra ketika hentakan penuh kenikmatan diberikan oleh sang suami tercinta. Keduanya kembali merajut cinta, meraih kenikmatan dalam lenguhan panjang. Bermandikan peluh, menjadikan gerakan itu begitu sangat menginginkan dan mendamba. “Ren….
Apa yang diucapkan Andra memang terbukti, dengan mudahnya Rena mengundurkan diri dari Bank BUMN tanpa hambatan karena sang suami telah membayar semua pinalti dan pengacara Andra langsung berkomunikasi dengan dihak terkait di Bank BUMN. Bank BUMN ini akan selalu mempunyai tempat tersendiri di hati R
Tangan Andra bergerak meraba, mencari sang istri untuk dipeluknya tapi sisi ranjang itu kosong sehingga dia pun memaksakan diri membuka mata. Mengedarkan pandang mencari jam dinding untuk melihat waktu karena ini masih terlalu pagi untuk seseorang terjaga dari tidur. Jam menunjukan pukul lima pagi
"Bu ... ada salam dari Lisna,” kata bi Minah yang sesekali menoleh ke arah Rena ketika sedang mencuci sayuran dan lauk pauk segar dari pasar. "Oh ya Bi, Lisna di mana sekarang?" "Bibi enggak ga tau tapi masih di Jakarta kok Bu, cuma Bibi enggak tau di mana tempat kerjanya ... kemarin telepon ngaba
Setelah sempat dilarikan ke IGD oleh pak Rojak yang merupakan kepala bagian rumah tangga di rumah Andra, kini Rena sudah terbaring dengan selang infus yang tertancap ditangan kanannya. Menurut dokter jaga yang memeriksa, Rena hanya kelelahan dan tekanan darahnya rendah ditambah hormon HCG yang masi
Rena balas memeluk Andra sama eratnya. “Mas … maafin aku ya,” kata Rena lambat-lambat. Andra mengurai pelukan kemudian menyatukan bibir mereka memagut penuh damba tanpa ampun membuat bibir sang istri bengkak seketika. “Kita makan bareng ya,” ajak Andra tanpa menjawab permintaan maaf dari Rena sete