Andra melewatkan ritual mandinya karena ternyata tidak cukup sebentar memuaskan dirinya terhadap Rena. Jarum pendek sudah menyentuh angka tiga barulah pria itu berhenti kemudian berguling ke samping, menarik selimut yang teronggok mengenaskan di bagian bawah tempat tidur. Setelah menutupi tubuh po
Hari sudah hampir sore, keduanya masih berbaring sejajar dengan posisi miring di atas sofa. Rena tidak perlu menunggu jawaban apakah Andra memaafkannya, tapi dengan tubuhnya yang kembali polos seperti sekarang ini karena ulah pria itu, sudah menunjukan bahwa sang suami telah memamafkannya. Mungkin
“Percaya sama Mas, ya!” Andra melirih. “Tapi aku enggak percaya .…” Rena membatin. Menolak pun percuma karena kerjasama terlah terjalin. Dan siapa Rena? Berani melarang keputusan Andra apalagi itu untuk memajukan perusahaannya. Mengetahui Rena yang tampak seolah tidak terima dilihat dari tubuhny
Hari senin pagi, Rena yang baru saja terlelap sekitar satu jam harus terbangun oleh suara jam weker yang terpasang otomatis. Walau berat matanya terbuka, dia menggerakan tangan ke arah nakas di samping tempat tidur untuk mematikan suara jam weker yang menggema memekakan telinga. Baru saja kemarin,
Rena pun seperti segan menghubungi suaminya lebih dahulu, mungkin mereka sama-sama butuh waktu untuk merenung. Menurutnya sudah jelas dia mengutarakan apa yang mengganjal dihatinya, Rena hanya ingin kontrak itu gugur. Dan seharusnya Andra cukup pintar untuk mengerti semua maksud perkataan Rena. D
“Aku enggak apa-apa Mas.” Rena berbohong menjawab pertanyaan Ricko tentang apa yang terjadi antara dirinya dengan Andra. Ricko bisa menangkap getaran kesedihan di setiap kata yang Rena ucapkan, setelah beberapa hari berlalu baru sekarang Ricko bisa menghubungi Rena menanyakan kabar istri dari sahab
Berdasarkan rekomendasi teman-teman kantornya yang asli orang Batam, Rena membawa Mia dan Dio ketempat wisata terkenal di Batam, Sea Forest Adventure di Teluk Nuvasa, Nongsa, dekat PalmSpring Golf. Sebetulnya ini pengalaman pertama Rena ke sini setelah beberapa bulan tinggal di Batam, karena setiap
“Ren…kamu sakit?” Pak Santoso yang sedang memimpin morning briefing tiba-tiba perhatiannya teralihkan ketika melihat wajah Rena yang pucat pasi dan supervisornya itu seperti terhuyung dari tempatnya berdiri. Rena mengangkat tangan memijit sisi kepalanya yang memang terasa sakit semenjak bangun pagi