"Rena ... Om tinggal sebentar ya. “ Om Salim kemudian menatap Andra. “Ajak Rena mencicipi makanan,” kata om Salim kepada keponakannya. Beliau pergi setelah mendapat senyum manis dan anggukan kepala samar dari Andra. Tante Mery masih memindai Rena mencari-cari kekurangan fisik dari kekasih sang kep
Jalanan di daerah Dago-Bandung dipadati oleh muda-mudi yang sedang menikmati malam minggu bersama kekasih atau sahabat, berjejer tenda-tenda kuliner di sepanjang trotoar membuat para pejalan kaki harus turun ke jalan menambah kepadatan di jalan raya membuat mobil yang Andra dan Rena tumpangi hampir
Tangannya terjulur mengambil keripik dalam bungkusan yang sudah Andra buka, sambil mengamati para pejalan kaki yang lalu lalang juga mobil-mobil yang bergerak seperti siput yang sedang malas. Cahaya lampu LED di minimarket tersebut memantul di bola mata Rena yang jernih, mata dengan bulu mata lebat
"Ada apa Ma? Kok mukanya cemberut gitu?" Om Salim bertanya lantas menyeruput kopinya dalam cangkir, beliau mengambil satu keping kue ibunya Rena yang disajikan asisten rumah tangga di atas meja. Tante Mery menghela napas panjang sebelum akhirnya bicara, "Mama enggak suka sama calon istrinya Andra .
"Rena ... ayo masuk!” Nada suaranya terdengar memerintah. "Hah? Tante Mery?” Rena panik, sumpah demi apapun Rena masih trauma berhadapan dengan tante sosialita yang masih terlihat cantik walau diusianya yang tidak lagi muda itu, tapi Rena tidak bisa menolak ajakan beliau, tidak mungkin dia kabur be
"Kamu serius dengan Andra? Apa kamu benar-benar mencintai Andra dalam suka dan duka?! Bagaimana bila suatu hari perusahaan Andra mengalami kebangkrutan? Apa kamu masih mencintai Andra?" Pertanyaan tante Mery itu menorehkan luka di hati Rena sehingga membuat sorot matanya menyendu. Rena sering diren
Cukup lama Rena mematut diri di depan cermin untuk menghadiri pesta ulang tahun Whenny atas permintaan Andra, padahal beribu alasan telah Rena berikan tapi Presdir tampan itu tidak menerima penolakan. Sampai akhirnya tatapan tajam yang Andra layangkan membuat Rena menyerah dan terpaksa menyetujui p
"Hei..tunggu!" Dan belum juga Rena melangkahkan kakinya, terdengar suara Whenny yang lantang membuat Rena mengurungkan niat untuk kabur. "Eh … Whenny ya?” tanya Rena basa-basi kemudian mengulurkan tangan. “Selamat ulang tahun Whenny, kamu cantik sekali malam ini,” sambungnya dengan senyum dibuat