Andra memang tidak bohong, ada pekerjaan yang harus diselesaikannya di Bali dan akhirnya untuk menebus rasa bersalah kepada sang istri karena telah ketahuan membicarakannya dibelakang maka ia pun mengabulkan keinginan Rena untuk hadir dalam pesta Edward dan Monica.Tidak lupa Andra membawa kedua mertua dan adik iparnya itu ke pulau dewata Bali.Tentunya Lisna dan Hadi akan ikut kemana pun ia dan istrinya pergi karena keduanya sudah di kukuhnya sebagai bodyguard Rendra.Sayangnya personil mereka tidak komplit karena Ricko dan Lia juga Nafeesa tidak turut serta karena morning sickness yang mendera Lia yang akan berlangsung selama trimester pertama.Setelah privat jet berlogo AG Group mendarat dengan mulus di bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Andra langsung berpisah karena harus menemui klien sedangkan Rena dan yang lainnya langsung menuju resort milik Andra dimana pesta Monica dan Edward juga dirayakan disana.Malam harinya, hanya Andra dan Rena yang menghadiri pesta tersebut karena Ibu
“Anak Bapak kembar!”Dokter obgyn yang sedang menggerakan alat USG diperut Lia berujar dan sontak membuat Ricko membulatkan matanya dengan ekspresi terkejut.“Coba di cek lagi, Dok! Mungkin ada kesalahan…” Dokter wanita itu tersenyum sambil menggelengkan kepala samar, “Saya yakin anak Bapak kembar, Bapak bisa liat di layar monitor…” ucapnya sambil menggerakan layar monitor sedikit kearah Ricko.Walau Ricko bukan dokter tapi dirinya tau kalau dua bulatan yang nampak di layar monitor tersebut menandakan janin yang ada di dalam perut istrinya itu ada dua.Entahlah ia harus bahagia atau sedih, dan apakah kehamilan sang istri akan lebih parah dari ketika mengandung hanya satu janin saja?Lia mencengkram tangan Ricko membuat pria itu menoleh dan senyum hangat sang istri tunjukan seketika bisa mengusir rasa takut berlumur khawatir yang mengotori pikiran Ricko.Semenjak keluar dari ruangan dokter hingga berada di dalam mobil, keduanya masih diam.Walau sesekali Ricko merangkul pundak Lia dan
Menjadi pemimpin perusahaan dengan banyak cabang bukan hal yang mudah untuk dilakukan, terkesan memiliki kelebihan materi yang diinginkan banyak orang namun waktu berharga bersama keluarga tercinta begitu kekurangan Andra rasakan.Terkadang Andra berharap kalau dalam satu hari terdiri dari empat puluh delapan jam, bukan dua puluh empat jam karena dia tidak memiliki banyak waktu bersama keluarganya.Seperti malam ini, dirinya sudah berjanji kepada Rendra untuk membangun lego bersama yang dengan sangat terpaksa harus ia batalkan karena dirinya tidak bisa meninggalkan rapat yang diajukan klien secara mendadak.Andra merasa menjadi Papa paling jahat sedunia karena sudah mengecewakan sang anak, terlihat jelas wajah Rendra yang kini sudah berusia empat tahun memajukan bibir disertai delikan tajam yang anak lelaki berwajah mirip dengannya itu tunjukan melalui sambungan video call bersama sang istri sesaat sebelum meeting dimulai.Setelah mobil yang dikemudikan Hadi karena menggantikan Pak Sy
“Lo pada liat ya! Anak gue yang bakal menang!” Andra yang sedang duduk dibangku taman diantara Edo dan Ricko, berujar.Ketiganya memperhatikan anak-anak mereka yang sedang main di taman depan rumah Edo sementara istri-istri mereka sibuk menyiapkan pesta barbeque.“Anak lo masih kecil tapi gayanya udah jadi pemimpin gitu! Liat aja dari tadi dia ngatur anak-anak disini buat ngikutin perintahnya…Malah anak yang badannya besar itu juga nurut sama Rendra!” cetus Edo seraya menggelengkan kepalanya takjub.“Samperin tuh anak lo, Ndra! Bentar lagi anak tetangganya si Edo nangis tuh…Entar kita ga boleh ngumpul-ngumpul lagi disini!” Ricko berujar hendak beranjak dari tempat duduknya.“Biarin aja, Rendra juga kan ga main fisik…” sergah Andra menahan Ricko agar kembali duduk.“Iya tapi mental tuh anak yang diserangnya! Lo ga liat itu anak udah berkaca-kaca!” timpal Ricko yang tidak kalah takjub, entah belajar dari mana anak seumur Rendra bisa membuat anak lainnya hampir menangis hanya dengan tat
“Mas Andra!!!” Mata Andra dan Ricko juga Monica seketika tertuju pada sosok gadis cantik dengan tinggi semampai dan tubuh proporsional yang sedang berlari kearah mereka.Warna rambut dan bola mata gadis itu membuat semua orang mengira kalau Cinthya adalah seorang turis yang sedang berlibur ke Indonesia.Namun tentunya tebakan itu salah karena Cinthya hanya gadis yang lahir dari wanita asal Indonesia dan Ayah asli Belanda.Ricko dan Andra begitu terpesona melihat fisik Cinthya yang kini berubah seratus depalapan puluh derajat dengan Cinthya yang dulu mereka kenal.Terakhir kali keduanya bertemu Cinthya ketika gadis itu berumur enam tahun dan ketika itu Cinthya memiliki bobot tubuh yang lebih besar dari anak seumurnya, kulitnya pun tidak seputih sekarang karena dulu Cinthya hoby berenang.Kini, setelah lima belas tahun berlalu Cinthya sudah menjadi gadis remaja yang beranjak dewasa yang luar biasa cantik.Diumurnya yang ke dua puluh satu tahun dirinya akan belajar memimpin perusahaan m
Setelah pintu kamar itu tertutup, Cinthya menyandar pada benda tersebut tanpa ia sadari tubuhnya merosot karena kedua kaki terlalu lemas untuk menopang.Air matanya luruh seiring dengan hati yang hancur berkeping-keping.Perjuangannya mengasingkan diri dengan menuntut ilmu di sebuah asrama untuk memantaskan diri berdampingan dengan sang Pangeran ternyata sia-sia.Masih ingatkah pria itu dengan janji yang terucap akan menikahinya dan selalu menjaga dan menyayanginya hingga maut memisahkan?Ah tidak, bahkan pria itu pernah berkelakar kalau dirinya akan hidup lagi walau jasadnya telah terkubur hanya untuk memberikan kasih sayang dan perhatian kepadanya.Dan satu yang belum Cinthya sadari kalau Andra menyayangi dan mencintainya hanya sebatas rasa sayang dan cinta dari seorang Kakak kepada sang adik.FLASHBACK ONSeorang gadis kecil berlari masuk kedalam suatu rumah dengan lutut dan sikut yang penuh luka.Rasa perih hingga membuat air mata menetes membasahi wajahnya tidak ia hiraukan karen
“Sayang, Mas nanti pulang agak malem…” Andra memberitahu disela sarapan paginya dan Rena membalas dengan anggukan disertai senyum sekilas.Wanita itu sambil menemani sang suami sarapan pagi, ia juga berlarian menyiapkan keperluan sekolah Rendra.Setiap pagi di hari kerja adalah pagi tersibuk bagi Rena.“Rendra, abisin donk makannya!” Sambil melangkah meninggalkan ruang makan, Rena berujar.“Aku ga mau makan sama Tante itu!” Rendra berseru seraya mengarahkan telunjuknya kepada Cinthya membuat gadis yang sibuk dengan poselnya itu terhenyak.“Hei…Kamu ko ga sopan gitu sih?” Omel Andra sedikit menaikan nada bicaranya.“Ga apa-apa!” balas Cinthya sambil mengusak kepala Rendra namun anak laki-laki itu menghempas kasar tangan Cinthya dengan tatapan tajam.“Rendra!” kembali Andra berseru kali ini tatapan tajam itu berhasil membuat Rendra menundukan kepalanya.Semua itu tertangkap jelas oleh mata Rena walau dirinya sedang berada didapur, ia pun mendekati Rendra sebelum sang anak menangis lal
Hari yang sangat melelahkan, waktu sudah menunjukan lewat tengah malam saat sang Presdir tampan pulang ke rumah dengan wajah dan pakaian yang lusuh.Dua kancing teratas dari kemejanya terbuka, jas yang entah dimana dan dasi yang hampir lepas dari kaitannya belum lagi rambut yang tidak se-klimis ketika dirinya pergi kerja tadi pagi.Dengan langkah gontai pria itu memasuki rumah mewah tempat dimana keluarga kecil yang dicintainya berada.Andra tidak berharap sang istri apalagi anaknya akan menanti dirinya pulang karena memang hari sudah berganti tanggal saat ini dan orang normal pada umunya pastilah sedang terlelap dalam buaian mimpi.Hal yang tidak tertuga terjadi ketika ia mendorong pintu besar rumahnya karena seorang gadis cantik sedang menanti dengan senyum merekah.“Ah, Tya…Senyum itu masih sama seperti dulu!” batin Andra kemudian dirinya merentangkan kedua tangan ketika gadis itu sudah berlari kearahnya.Ia jadi ingat saat dirinya semasa SMA dulu, Tya akan menunggunya di teras rum