Sang Presdir tampan baru saja tiba dengan wajah lesu memasuki ruang makan dimana sang istri tengah menyiapkan makan malam.“Hai sayang...” sapa Rena saat sang suami berjalan gontai kearahnya.Tubuh tegap itu mendekapnya erat hingga tubuh Rena melengkung kebelakang.“Are you oke?” bisik Rena kepada pria yang sudah membenamkan wajah diceruk lehernya.Sebelum pergi tadi pagi, Andra pun memeluknya seperti ini.Dan Rena tau hari pria itu tidak berjalan dengan baik bila suaminya melakukan hal yang sama saat ini.Andra menggelengkan kepala seraya mengeratkan pelukannya, mengendus semakin dalam leher RenaIa membutuhkan pelukan ini sebentar saja, karena aroma tubuh Rena selalu bisa menenangkannya.“Ganti baju dulu, yuk!” ajak Rena seraya berusaha melepaskan lingkaran tangan Andra ditubuhnya namun sang suami menahan ketika melihat Rendra menuruni tangga, ia pun mengurai pekukan.“Mas aja sendiri, sekalian mau mandi...Kamu temenin Rendra dulu sebentar!” Andra berucap lalu memberikan kecupan sek
Walau langkah itu terasa berat tapi Andra tetap memaksakannya agar bisa pergi dari rumah Cinthya.Membayangkan memulai semuanya kembali dari awal sungguh membuat kepalanya berdenyut nyeri dengan dada yang bergemuruh hebat karena ia tau itu tidak akan mudah.Tapi harus ia lakukan demi Rena dan Rendra.Bola matanya bergerak menyisir rumah peninggalan orang tuanya yang begitu megah dan semakin membuat hatinya serasa diremas oleh tangan tak kasat mata.Tiga puluh lima tahun hidupnya tinggal di rumah itu dan dengan sangat terpaksa harus pergi dari sana.Langkah Andra terhenti di depan pagar menjulang yang membatasi area luar dengan halaman rumahnya, menunggu security membuka benda tersebut.Anggukan kepala disertai senyum ia dapatkan dari security muda yang ia pun lupa siapa namanya karena baru beberapa hari yang lalu menggantikan security sebelumnya yang telah pensiun.Ia pun mengangguk dan balas tersenyum kemudian melanjutkan kembali langkahnya menuju rumah.Andra tersenyum getir, apa se
Rena sudah menduga apa yang sedang dialami tubuhnya ini adalah tanda-tanda hamil muda karena masa waktu dari periode terakhirnya sudah terlewat jauh terlebih pada saat melakukan perjalanan bulan madu beberapa bulan yang lalu dirinya baru saja menyelesaikan masa periodenya.Namun Rena belum mau memeriksakan atau hanya sekedar membeli test pack karena khawatir kalau hasilnya positif.Bukan Rena tidak ingin memberikan adik untuk Rendra, namun keadaan mereka sekarang ini sepertinya tidak memungkinkan untuk menambah momongan.Kehidupan mereka untuk esok hari saja masih belum jelas, semua rekening mereka di blokir, semua kendaraan tidak boleh di pergunakan.Beruntung Rena selalu menyetok uang tunai karena malas pergi ke atm sehingga ia bisa memesan taksi online untuk dapat sampai ke sekolah Rendra.Belum lagi suaminya sedang tertekan dari segi materi dan kabar tentang kehadiran anggota baru dalam keluarga mereka pasti akan membuat beban di pundaknya bertambah, Rena tidak ingin sang suami se
“Pak...Andra minta maaf atas semua kejadian ini, tapi Andra janji akan tetap bertanggung jawab terhadap hidup Rena juga Ibu dan Bapak!” Andra mengawali pembicaraan ketika keduanya tengah duduk di balkon, menikmati secangkir kopi dan sajian singkong yang di taburi keju begitu sesuai dengan udara dingin di daerah dago atas saat ini.Untuk sementara waktu, mereka semua akan menempati Villa Om Salim hingga keuangan Andra selesai diaudit.Seperti yang dikatakan Aras sebelumnya, ternyata Om Salim sudah menjelaskan semua pada Bapak karena sebagai orang tua yang sudah berpengalaman, Om Salim bisa menebak kalau pengacara Cinthya akan memulainya dari keluarga Rena.Mengingat jantung Bapak Rony yang kurang sehat, maka selepas kepergian Andra dari rumahnya, Om Salim langsung menghubungi Bapak Rony agar bersiap untuk mengungsi sementara ke villanya yang berada di daerah dago.Beruntung Bapak Rony menanggapinya dengan santai karena memang mereka berasal dari keluarga sederhana sehingga setelah men
Kita tidak pernah tau takdir apa yang menanti di depan, ungkapan kehidupan seperti roda yang berputar sudah dua kali Andra rasakan.Dulu ketika dirinya kehilangan hampir seluruh harta kekayaan sang Ayah, ia pun harus merasakan perihnya berjuang dari bawah hanya saja dahulu tidak ada perut lain yang ia pikirkan, hanya dirinya sendiri.Namun sekarang, ada dua orang lagi yang harus dirinya perhatikan.Beruntung ia menikahi Rena, wanita mandiri dan sederhana, tidak banyak menuntut dan selalu nampak bahagia bagaimanapun kondisi mereka.Seperti saat ini, wanita itu sedang sibuk membuat cake dengan lelehan coklat yang merupakan resep ciptaannya sendiri.Andra tidak bisa menahan kedua kakinya untuk mendekati sang istri dan melingkarkan tangan dipinggang Rena dan memeluknya dari belakang untuk melus perut dimana anak kedua mereka tengah berjuang hidup di dalam sana.“Tumben hari ini bikin kue dan masak banyak? Buat siapa?” tanyanya setelah mendaratkan satu kecupan di leher Rena.“Hari ini, Mon
“Mas...Kata Tante Mery, cake lumer coklat buatan aku katanya enak,loh!” celetuk Rena.Saat ini keduanya sudah berada di atas tempat tidur setelah menidurkan Rendra di kamar sebelah.Andra mengangguk setuju membalas ucapan ucapan istrinya.“Kalau aku jualan kue itu boleh ga Mas?” tanya Rena hati-hati saat wajahnya sudah terbenam di ceruk leher suaminya.Andra terdiam beberapa saat kemudian menghembuskan nafas sebelum berucap, “Ren, kamu kan lagi hamil...belum harus mengurus Rendra...Kamu tenang aja, Mas bisa handle ini semua!” Andra menjawab permohonan Rena dengan nada dingin.Andra merasa menjadi suaminya yang tidak berguna ketika istrinya mengungkapkan keinginannya untuk membantu perekonomian mereka.Wacana Rena yang akan bekerja, yang mereka perbincangkan beberapa hari lalu dalam perjalanan ke Bandung dianggap Andra hanya kelakar untuk mengalihkan topik pembicaraan agar mereka tidak larut dalam kesedihan.Bukan berarti Andra menginginkannya karena bantuan Om Salim saja tidak ia teri
“Pak Rizal?” tanya gadis yang berpakaian seragam rapih berupa blazer dan rok span kepada seorang pria ojeg online. “Betul, Kak!” Pria itu menyahut membuat sang gadis naik ke kursi belakang di motornya dengan posisi duduk menyamping. Gadis cantik dengan bulu mata lebat nan lentik itu bernama Shareena Azmi Zaina atau kerap disapa Rena. Senin hingga jum'at keseharian Rena hanya berkisar antara kossan dan tempat kerjanya di kantor Cabang sebuah Bank BUMN. Rena yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara adalah tulang punggung keluarga, dia mengorbankan masa mudanya untuk bekerja keras di kota besar menopang perekonomian keluarga. Jam di pergelangan tangan Rena telah menunjukan pukul tujuh pagi, Rena yang sedang dalam masa penilaian agar bisa menjalani tes promosi kenaikan level di kantornya itu tidak ingin datang terlambat. Dia harus tiba di kantor sebelum Kepala Cabangnya sampai. Bapak ojol mengemudikan motornya cukup kencang sampai Rena berulang kali meremat sisi jaket pria
"Selamat siang Pak, saya Rena dari Bank BUMN, mau minta tanda tangan Pak Andra untuk permohonan payroll," ucap Rena diakhiri senyum manis.Andra yang sedang fokus menatap layar laptop dan sesekali membaca sambil menandatangani berkas yang ada di tangannya hanya berucap, "Masuk!!! Duduk!!" Tanpa melihat kearah Rena.Rena mengikuti perintah pria itu dengan duduk di sofa yang ada di tengah-tengah ruangan dan menunggu.10 menit...20 menit...Rena masih sabar duduk menunggu sang Presdir tampan menyelesaikan hal yang sepertinya sangat penting sampai memerlukan perhatian lebih dari pria itu.Sesekali Rena mencuri pandang kearah pria yang di mejanya terdapat papan nama bertuliskan Kallandra Arion Gunadhya, tapi pria dengan nama panggilan Andra itu seolah tenggelam dalam dunianya sendiri.Sementara jam sudah menunjukan waktu makan siang, cacing dalam perut Rena mulai meronta minta diberi makan, tadi pagi Rena hanya sarapan susu dalam kemasan saja karena tidak ingin terlambat.Keingina