Taksi online yang membawa Ibu dan anak itu telah sampai tepat di depan pintu rumah sakit, keduanya pun turun setelah Rena memberikan uang tunai selembar berwarna biru.“Ma....Aku mau pipis!” rengek Rendra ketika keduanya baru saja melangkah memasuki loby rumah sakit membuat Rena menoleh dan tidak fokus pada jalan di depannya.Baru saja Rena akan membalas permintaan sang anak, tubuhnya terhuyung karena menabrak seseorang dengan tubuh tegap.Dengan satu gerakan cepat, pria bertubuh tegap seperti suaminya itu pun menangkap tubuh Rena dengan satu tangan.Kedua mata Rena membulat sempurna ketika merasakan pria lain menyentuhnya dan semakin melebar saat mengenali sosok yang sedang memeluknya itu.“Ka Andhika?” “Rena?” Ucap keduanya berbarengan dan seketika tatapan tajam Rendra mengarah pada pria tersebut.“Ngapain disini?” Pertanyaan tersebut keluar dari mulut keduanya secara bersamaan.“Apa kabar?” keduanya masih kompak menanyakan hal yang sama hingga akhirnya mereka tertawa bersama mem
Setelah drama lampu merah tadi, akhirnya Andhika dan Indira memutuskan menepi mencari restoran untuk makan siang.Rena memilin ujung blousenya ketika berjalan beriringan bersama sang suami dengan Rendra berada di antara mereka.Rena takut pada suaminya sendiri, bila pria di luaran sana mendapat julukan suami takut istri berbeda halnya dengan Rena yang begitu takut pada Raja-nya di dunia itu.Padahal dalam kasus yang terjadi hari ini, bukan hanya Rena yang kedapatan bersama pria lain karena Andra pun melakukannya bahkan masuk ke dalam hotel bersama wanita lain.Namun tetap saja, Rena merasa dirinya paling salah disini karena tidak menuruti pesan sang suami yang melarangnya membuat kue untuk di jual hingga membuat dirinya kelelahan dan hampir membahayakan janin mereka.Restoran bercita rasa sunda di dekat Gedung Sate menjadi pilihan Andhika dan Indira.Sambil duduk bersila, kelimanya mengitari meja persegi panjang.Andhika dan Indira nampak mesra bahkan sesekali mereka bercanda, seperti
Sebulan lebih akhirnya keuangan Andra berhasil diaudit, lebih lama dari waktu yang ditentukan tapi tidak ada komplain dari Andra karena ingin membuktikan bahwa dirinya bisa bertahan tanpa AG Group.Rumah Bapak ternyata bisa diselamatkan dari uang tabungan dan bonus Rena sat masih bekerja di Bank BUMN yang tidak pernah diambil selama menikah dengan Andra.Bapak beserta Ibu dan Aras akhirnya bisa kembali menempati rumah tersebut, rumah dimana mereka menciptakan kebahagiaan sederhananya hingga akhirnya di akhir pekan penghuni rumah itu bertambah dengan kehadiran Ricko dan Andra juga cucu-cucu Bapak.Beruntung Andra tidak perlu mengembalikan sepeserpun karena memang Ia juga tidak membawa koleksi mobil dan jam tangan mahal serta beberapa properti yang pernah dibelinya selama menjadi pemilik AG Group. Keputusannya untuk membeli perusahaan Om Salim yang bergerak di bidang transportasi dan pariwisata itu pun sudah dipikirkannya matang-matang.Andra tidak ingin menjadikan Cinthya saingan deng
Cinthya mengamuk, melepar semua barang yang dapat di gapainya.Seluruh isi meja rias sudah berpindah ke lantai dan sudah berubah bentuk, hancur lebur.Disudut kamar sana, gadis itu menyandarkan tubuh jenjangnya hingga perlahan melorot kebawah.Jemari lentik itu sudah mencengkram rambut lebatnya seiring dengan air mata yang membasahi wajah juga raungan menggema memenuhi ruangan kamar dengan nuansa feminin.Segala cara sudah dilakukan agar sang Pangeran pujaan hati berpaling padanya, mencintainya dan menjadikannya pasangan hidup.Namun yang terjadi adalah tidak sesuai dengan harapan, pria itu malah menjauh, membencinya dan tampak semakin bahagia dengan keluarga kecil yang dicintai sang Pangeran.Apa yang harus dilakukan Cinthya sekarang? Cinthya frustasi, dirinya putus asa.Semua orang meninggalkannya, orang tua – nenek yang telah merawatnya dan sekarang Kallandra, seorang pria yang sudah dicintainya semenjak kecil.Kenapa Tuhan tidak adil? Kenapa Tuhan tidak menyisakan sedikit kebahag
Melihat Cinthya terbaring lemas, lemah tidak berdaya di atas ranjang tempat tidur membuat hati Andra terasa ngilu.Adik yang seharusnya ia lindungi, hampir meregang nyawa karena keegoisannya.Ya, Andra beranggapan seperti itu karena dirinya gagal merubah pandangan Cinthya akan rasa cinta yang dimiliki gadis itu kepadanya.Wajah cantik yang selalu tersenyum manis kini nampak pucat.Rasa kecewa yang dulu membelenggunya perlahan memudar seiring dengan suara alat penunjang kehidupan yang berbunyi nyaring di samping Cinthya.Andra tidak pernah membenci gadis itu, hanya saja ia tidak bisa mengorbankan anak dan istrinya demi memenuhi keinginan Cinthya.Tangannya terulur mengusap kepala Cinthya lembut, ia tidak bisa membayangkan bila Cinthya hingga akhirnya harus pergi menyusul kedua orang tuanya.Mungkin Andra tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri karena telah gagal memenuhi janji untuk menjaga Cinthya.Beruntung pelayan di rumah Cinthya sempat membawanya ke rumah sakit dan para dokter
Tubuh Rena hampir saja limbung jatuh kebelakang kalau Andra tidak menariknya yang baru saja melangkah mundur.“Sayang....Kapan dateng?” suara yang selalu terdengar lembut itu menguatkan hati Rena.“Baru aja....” balas Rena seraya menampilkan senyum manis menutupi perasaannya yang sedang tidak menentu.Detik berikutnya Rena sudah bisa merasakan kehangatan tubuh suaminya karena pria itu sedang memeluknya erat seolah mengungkapkan rindu yang terpendam.Andra bahkan mengusel di leher Rena untuk menyesap harum tubuh istrinya.Dikecupnya kening Rena setelah pelukan itu terurai dan tidak lupa Andra menyapa si cantik dengan memberikan usapan lembut disertai kecupan di perut Rena dimana janin berjenis kelamin perempuan itu sedang tumbuh dan menanti untuk lahir ke dunia bertemu keluarganya.“Kamu jangan masuk dulu ya, tunggu sebentar disini karena ada yang harus Mas bicarakan sama dokter...” pinta Andra seraya menutup benda di belakangnya dan tanpa sempat Rena menjawab, pria itu sudah melangkah
“Mas...Jangan cemberut gitu donk di depan Tya, nanti dia curiga kalau Mas terpaksa nikahin dia...” tegur Rena ketika keduanya sudah pulang dari rumah Cinthya dan berada di atas ranjang di kamar mereka yang dulu, rumah peninggalan orang tua Andra.Malam ini mereka sudah bisa menempati rumah itu kembali dan semua milik Andra sebelumnya sedang dalam proses pemindahan kepemilikan oleh pengacara Cinthya.Andra tidak berniat mengomentari ucapan istrinya saat ini dan malah menggerakkan tangan kekar itu menelusup masuk ke dalam dress rumahan milik Rena untuk mengusap lembut perut buncit dari dalam.“Maaasss....Aku serius ini...” Rena memekik menjauhkan kepala ketika Andra sudah menyesap lehernya, menggoda dirinya dan ia tau betul apa yang diinginkan sang suami saat ini.“Kamu bentar lagi melahirkan sayang, kata dokter... Mas harus sering-sering jenguk...” bisik pria itu dengan nafas memburu sambil bergerak ke atas tubuh istrinya.Lelaki itu mengalihkan pembicaraan, malas membicarakan Cinthya
“Pak Rizal?” tanya gadis yang berpakaian seragam rapih berupa blazer dan rok span kepada seorang pria ojeg online. “Betul, Kak!” Pria itu menyahut membuat sang gadis naik ke kursi belakang di motornya dengan posisi duduk menyamping. Gadis cantik dengan bulu mata lebat nan lentik itu bernama Shareena Azmi Zaina atau kerap disapa Rena. Senin hingga jum'at keseharian Rena hanya berkisar antara kossan dan tempat kerjanya di kantor Cabang sebuah Bank BUMN. Rena yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara adalah tulang punggung keluarga, dia mengorbankan masa mudanya untuk bekerja keras di kota besar menopang perekonomian keluarga. Jam di pergelangan tangan Rena telah menunjukan pukul tujuh pagi, Rena yang sedang dalam masa penilaian agar bisa menjalani tes promosi kenaikan level di kantornya itu tidak ingin datang terlambat. Dia harus tiba di kantor sebelum Kepala Cabangnya sampai. Bapak ojol mengemudikan motornya cukup kencang sampai Rena berulang kali meremat sisi jaket pria