Entah apa yang dikatakan sang istri kemarin kepada Cinthya karena hari ini gadis itu begitu semangat mendengar penjelasannya mengenai cara membedah laporan kinerja perusahaan bahkan ekspresi wajah cantik sang adik terlihat begitu antusias.Sesekali Cinthya menanggapi dengan melontarkan pertanyaan tanda dirinya menangkap semua penjelasan Andra dengan baik dan cepat.Tidak ada gadis manja dan rengekan yang memekakan telinga, yang ada adalah ketekunan Cinthya untuk menjadi seperti Andra.Cinthya banyak berpikir setelah berdebat dengan Rena kemarin pagi, ia harus merubah dirinya menjadi seperti Rena yang mandiri, anggun dan pintar juga harus menjadi gadis penurut agar disukai Andra.Ditambah nanti Cinthya akan setara dengan Andra karena menjadi pemimpin di perusahaan sang Papa bukan Ibu rumah tangga seperti Rena saat ini.Ia yakin bila Andra akan tertarik kepadanya nanti setelah menjadi CEO termuda, cantik, sukses dan masih lajang.Cinthya tidak akan menjalankan rencana yang sudah dibuat
“Loh ko jadi rugi gini? Aku salah donk?” setelah berucap demikian Cinthya tergelak.Entah apa yang sedang didiskusikan Andra dan Cinthya di ruang televisi sambil bercanda tertawa lepas hingga membuat Rendra berkali-kali menatap sebal kearah sang Papa yang sedang duduk bersebelahan di sofa dengan wanita genit yang hampir seminggu ini tinggal di rumahnya.“Tuuh Kan Mas Andra curang!” terdengar lagi suara manja Cinthya memenuhi ruangan besar tersebut.Rena yang berada didapur sedang meracik salad buah kesukaan anak dan suaminya hingga harus menegaskan indera pendengarannya untuk mencuri dengar apa yang tengah dibahas oleh kedua lawan jenis itu.“Dasar genit!” umpat Lisna yang sedang mencuci buah-buahan dan masih bisa terdengar oleh Rena membuat sang majikan menoleh dan langsung mendapat balasan berupa cengiran dari Lisna.“Kamu sama Hadi suka ghibahin Cinthya ya?” Rena bertanya dengan tangan yang masih sibuk memotong buah seolah pertanyaan tersebut hanya basa-basi tidak terlalu menar
“Kalau Mas ga bisa tepatin seharusnya ga usah bikin janji, kasian dari tadi Rendra nungguin Mas sampe ketiduran…” omel Rena dengan nada rendah namun bersungut-sungut, jangan lupakan Andra adalah Rajanya di dunia sehingga Rena sangat menghormati pria itu diatas segalanya.Andra melepas dasi dan kemejanya sendirian karena sang istri sedang sibuk mengomel.Dirinya sering melupakan janji namun entah kenapa baru kali ini Rena mengomel hingga panjang kali lebar seperti ini bahkan enggan melakukan kebiasaan romantis yang tidak pernah absen ia lakukan.Wanita dengan senyum gigi kelinci yang kini hilang ditelan kekesalan berbalut kecewa sedang pura-pura sibuk mengaplikasikan skin care ke wajahnya.Ah…mungkin sang istri sedang dalam masa pra periode-nya, begitu pikir Andra.Pagi tadi Andra berjanji akan membawa Rendra dan Rena makan malam di resto fovarit mereka untuk merayakan keberhasilan Rendra dalam lomba pidato bahasa Inggris yang diadakan sekolah TK Swasta sekota Jakarta.Namun sayang, h
“Jadi Mas mau jadiin Cinthya istri kedua?” Pertanyaan itu Rena ajukan kepada Andra setelah hampir dua jam sang suami bercerita mengenai awal hubungannya dengan Cinthya hingga pengungkapan perasaan gadis itu di pinggir pantai sore tadi.“Ga mungkin lah Ren….” Jawab Andra seraya mengusap wajahnya frustasi.Andra tau akan kemana masalah ini bermuara dan dirinya berharap Tuhan menunjukan jalan mana yang harus ia tempuh.“Perasaan aku udah ga enak dari awal…Mas terlalu mesra sama Cinthya untuk ukuran Adik dan Kakak!” Rena berucap setelah memalingkan wajahnya karena terlampau kecewa.“Ren…Mas minta maaf, Mas akui Mas salah…!” ucap Andra bersungguh-sungguh.Andra menggerakan sedikit tubuhnya kemudian menarik dagu Rena dengan kedua jari agar sang istri bisa menatap kedalam bola matanya.“Bila Cinthya wanita lain, Mas akan segera menjauh dari dia saat ini juga tapi Cinthya bukan orang lain…Dia udah menjadi bagian dari keluarga Gunadhya dan Mas udah berjanji untuk menjaganya tapi Mas juga ga
“Hai Cantik…Bundanya mana?” sapa Rena kepada Nafeesa yang sedang duduk di teras rumah Tante Mery bersama boneka Hello Kity berada diatas pangkuannya.Tadi malam Tante Mery memintanya datang setelah menjemput Rendra untuk membicarakan banyak hal.“Ada di dalam, Tan…Masuk aja!” balas Nafeesa disertai senyum.“Abang Rendra, kita main yu!” “Ogah ah, kamu mainannya perempuan…” anak lelaki yang memasukan kedua tangannya kedalam saku celana sekolahnya itu menolak mentah-mentah membuat Nafeesa memberengut kesal. “Abang ko gitu sama Nafeesa, ayo donk ajak main Nafeesa-nyaaaa” bujuk Mama Rena dan sang anak merasa sungguh berat tugas yang harus diembannya.Mendengar sebutan Abang yang disematkan di depan namanya menjadikan dirinya harus mengasuh adik-adiknya yang masih kecil setiap mereka bertemu, sudah seperti tempat penitipan anak saja dirinya, pikir Rendra.Demi rasa sayang kepada sang Mama, Rendra tidak bisa membantah dan dengan sangat terpaksa ia pun menarik tangan Nafeesa kedalam mengab
“Ibu? Bapak? Kapan dateng?” Rena berseru gembira ketika mendapati kedua orang tuanya sudah berada di ruang keluarga.Ketika mobilnya memasuki halaman rumah setelah menjemput Rendra tadi, Rena sudah melihat mobil Bapak terparkir disana.Namun dirinya tidak menyangka kalau kedua orang tuanya yang datang, pasalnya terkadang Aras sering mengunjunginya dengan alasan ingin bertemu keponakan padahal untuk bertemu kekasihnya yang tinggal di Jakarta.“Baru beberapa jam yang lalu!” balas Bapak setelah Rena mencium punggung tangannya.Rena pun memeluk Ibu setelah mencium punggung tangan wanita hebat yang telah melahirkannya itu.“Mana cucu Engking?” tanya Bapak Rony dengan binar bahagia di wajahnya. Sudah cukup lama Kakek tua itu tidak bertemu dengan sang cucu kesayangan.(Engking : Sebutan Kakek dalam bahasa Sunda)“Engkiiiiing!!!” Rendra yang baru saja masuk kedalam rumah langsung berhamburan memeluk sang Kakek yang juga langsung diburu oleh Neneknya.Ketiganya saling berpelukan erat di atas
Waktu tempuh Indonesia - Paris hanya memakan waktu empat belas Jam saja menggunakan Privat Jet milik Andra.Selama empat belas jam itu, Rena habiskan untuk tidur dengan tubuh pasrah yang menyandar pada pundak suaminya.Hari ini Rena benar-benar lelah, setelah seharian berada diluar bersama Mama-mama dari temannya Rendra untuk membicarakan mengenai acara pentas sekolah lalu ketika pulang ke rumah dirinya harus memasak dan tiba-tiba saja sang suami mengajaknya berlibur yang sudah tentu Rena harus menyiapkan semua keperluan selama mereka berlibur.Waktu yang sudah ditentukan keesokan harinya pun harus dimajukan karena berkaitan dengan ijin landing di Paris Le Bourget Airport yang mengharuskan Andra dan Rena berangkat malam itu juga.Liburan kali ini Rena harus rela tanpa kehadiran sang anak yang selalu menamaninya.Rena sempat menitikan air mata ketika mobil yang membawanya meninggalkan rumah diiringi lambaian tangan Rendra yang terlihat bahagia.Beruntung ia mempunyai kedua orang tua ya
Di meja makan bergaya klasik yang berada di bagian lain kamar tersebut sudah tersaji croissant, creme brulee dan confit de Canard juga beberapa minuman jus buah berwarna warni selang seling terlihat indah di dalam gelas kaca tinggi."Ayo makan... " perintah Andra karena ia melihat istrinya hanya diam memandangi makanan di depannya.Bukan apa-apa, Rena sedang mengingat Rendra.Sedang apa anak itu sekarang? Apa dia sudah makan? Rena belum menghubunginya semenj ak sampai disini.Tante Mery dan Ibu Susi yang melarang mereka untuk sering-sering menghubungi menanyakan keadaan Rendra agar keduanya fokus dengan liburan dalam rangka memproduksi seorang adik bagi Rendra."Mau Mas suapin?" tambahnya lagi dengan menaikan satu alisnya."Ga usaaaah... " jawab Rena memanjangkan kata, lalu memulainya dengan menggigit croissant.Keduanya menikmati makan siang dengan pemandangan menara eiffel dari balik kaca besar, siang hari yang menjelang sore dengan udara dingin dan sinar matahari yang malu-malu men