“Tante mau aku foto-in disini?” Monica bertanya memecah kecanggungan yang terjadi semenjak Edward meninggalkan mereka berdua.“Boleh…!” Balas Mama Reta kemudian menegakan tubuhnya mulai berpose.Dengan penuh kesabaran Monica mengambil beberapa gaya Mama Reta dengan kamera ponselnya, tidak lupa ia mengarahkan gaya Mama Reta seperti tadi.Keduanya tertawa ketika melihat hasil foto Mama Reta diponsel Monica.“Ini bagus, Tante…Naah yang ini juga…Tapi ini juga bagus, yang masuk ke social medianya yang ini aja!” “Tapi Mama ga tau gimana cara masukinnya, kamu bantu Mama ya!” Kalimat yang Mama Reta ungkapkan tadi membuat Monica tercengang, bukan karena kalimatnya karena kalimat itu biasa saja tapi panggilan Mama yang tadi Mama Reta sebutkan untuk memanggil dirinya sendiri.Apa Mama Reta sudah membuka hati dan menerima Monica semudah itu?“Oh iya, sini Monica bantuin…Ponsel Mama, mana?” Monica bertanya dengan mengikuti Mama Reta memanggil dirinya dengan sebutan Mama.Kini giliran Mama Reta
Andra memijat keningnya seraya menghembuskan nafas kasar ketika dengan terpaksa harus mengijinkan Ricko mengambil cuti yang sangat jarang dilakukan sahabatnya itu.Untuk pertama kalinya Ricko mengambil cuti ketika melakukan bulan madu bersama Lia dan sebetulnya itu cukup merepotkan Andra padahal cuti tersebut diambilnya hanya seminggu.Dan sekarang sang sahabat mengambil cuti hampir satu bulan lamanya, akan jadi apa dirinya tanpa kinerja sahabatnya itu.Disaat Ricko mengambil cuti untuk perjalanan bulan madu keduanya bersama Lia, Monica malah sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dan hal itu yang membuat Andra berat mengijinkan Ricko terlalu lama mengambil cuti.“Ko, ga bisa ya lo pergi ke paris aja, kota cinta loh itu! Ga usah Euro trip karena akan memakan waktu lama trus duit lo juga entar kekuras…Lo sendiri yang bilang kalau Lia doyan belanja!” sang Presdir tampan mencoba bernegosiasi.Pasalnya bila hanya ke Paris, cukup hanya dalam satu minggu dan perusahaan tidak perlu kehila
Siang ini Andra dan Monica mengunjungi salah satu hotel mewah di tengah kota Jakarta.Keduanya akan bertemu dengan klien besar mereka untuk membicarakan proposal akhir dan mendengar keputusan dari klien tersebut.Sungguh kebetulan yang tidak terduga, keduanya datang lebih awal dan kamar yang memiliki luas lima ratus lima puluh lima meter persegi itu masih terlihat sepi tanpa seorang pun di dalamnya.Terdapat ruang makan dengan meja panjang dan sepuluh kursi yang bisa dijadikan ruang meeting juga terdapat satu set sofa di ruang tamu ketika pertama kali mereka membuka pintu kamar.Ponsel Andra berdering lalu pria itu merogoh saku celananya untuk mengambil benda pipih yang terdengar nyaring dan langsung menyauti panggilan tersebut.Beberapa saat Monica melihat ekspresi Andra yang tampak kesal kemudian bertanya setelah Andra mengakhiri sambungan teleponnya.“Kenapa?” Monica bertanya.“Mereka terlambat satu jam, kejebak macet!” balas Andra yang sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa.Dengan an
Ibu dan Rena saling melempar pandang di atas ranjang di dalam kamar Lia, dimana si tengah sedang menangis tersedu karena mendapati dirinya telah hamil empat minggu.Pagi tadi, Ricko membelikannya lima test pack sekaligus dan hasil keduanya menunjukan dua garis berwarna merah yang mampu membuat dirinya merasakan langit seolah akan runtuh.Bagaimana tidak, menghadapi Nafeesa saja dirinya masih belajar menjadi ibu yang baik dan kini di tambah lagi ada titipan Tuhan didalam perutnya yang sedang tumbuh dan menanti untuk meramaikan hidupnya.“De, udah laaah….Disyukuri aja berarti ade itu dipercaya sama Tuhan!” sang Ibu membujuk Lia sambil mengusap kepala anak tengahnya yang membenamkan wajah diatas bantal.“Lagian kamu pake acara lupa pake KB segala!” timpal si sulung dengan nada ketus karena terlalu kesal kepada sang adik yang tidak memperhatikan hal penting tersebut yang seharusnya mendapat perhatian lebih.Bila sudah begini kan tidak mungkin janin yang ada didalam perut Lia diundo atau d
Andra memang tidak bohong, ada pekerjaan yang harus diselesaikannya di Bali dan akhirnya untuk menebus rasa bersalah kepada sang istri karena telah ketahuan membicarakannya dibelakang maka ia pun mengabulkan keinginan Rena untuk hadir dalam pesta Edward dan Monica.Tidak lupa Andra membawa kedua mertua dan adik iparnya itu ke pulau dewata Bali.Tentunya Lisna dan Hadi akan ikut kemana pun ia dan istrinya pergi karena keduanya sudah di kukuhnya sebagai bodyguard Rendra.Sayangnya personil mereka tidak komplit karena Ricko dan Lia juga Nafeesa tidak turut serta karena morning sickness yang mendera Lia yang akan berlangsung selama trimester pertama.Setelah privat jet berlogo AG Group mendarat dengan mulus di bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Andra langsung berpisah karena harus menemui klien sedangkan Rena dan yang lainnya langsung menuju resort milik Andra dimana pesta Monica dan Edward juga dirayakan disana.Malam harinya, hanya Andra dan Rena yang menghadiri pesta tersebut karena Ibu
“Anak Bapak kembar!”Dokter obgyn yang sedang menggerakan alat USG diperut Lia berujar dan sontak membuat Ricko membulatkan matanya dengan ekspresi terkejut.“Coba di cek lagi, Dok! Mungkin ada kesalahan…” Dokter wanita itu tersenyum sambil menggelengkan kepala samar, “Saya yakin anak Bapak kembar, Bapak bisa liat di layar monitor…” ucapnya sambil menggerakan layar monitor sedikit kearah Ricko.Walau Ricko bukan dokter tapi dirinya tau kalau dua bulatan yang nampak di layar monitor tersebut menandakan janin yang ada di dalam perut istrinya itu ada dua.Entahlah ia harus bahagia atau sedih, dan apakah kehamilan sang istri akan lebih parah dari ketika mengandung hanya satu janin saja?Lia mencengkram tangan Ricko membuat pria itu menoleh dan senyum hangat sang istri tunjukan seketika bisa mengusir rasa takut berlumur khawatir yang mengotori pikiran Ricko.Semenjak keluar dari ruangan dokter hingga berada di dalam mobil, keduanya masih diam.Walau sesekali Ricko merangkul pundak Lia dan
Menjadi pemimpin perusahaan dengan banyak cabang bukan hal yang mudah untuk dilakukan, terkesan memiliki kelebihan materi yang diinginkan banyak orang namun waktu berharga bersama keluarga tercinta begitu kekurangan Andra rasakan.Terkadang Andra berharap kalau dalam satu hari terdiri dari empat puluh delapan jam, bukan dua puluh empat jam karena dia tidak memiliki banyak waktu bersama keluarganya.Seperti malam ini, dirinya sudah berjanji kepada Rendra untuk membangun lego bersama yang dengan sangat terpaksa harus ia batalkan karena dirinya tidak bisa meninggalkan rapat yang diajukan klien secara mendadak.Andra merasa menjadi Papa paling jahat sedunia karena sudah mengecewakan sang anak, terlihat jelas wajah Rendra yang kini sudah berusia empat tahun memajukan bibir disertai delikan tajam yang anak lelaki berwajah mirip dengannya itu tunjukan melalui sambungan video call bersama sang istri sesaat sebelum meeting dimulai.Setelah mobil yang dikemudikan Hadi karena menggantikan Pak Sy
“Lo pada liat ya! Anak gue yang bakal menang!” Andra yang sedang duduk dibangku taman diantara Edo dan Ricko, berujar.Ketiganya memperhatikan anak-anak mereka yang sedang main di taman depan rumah Edo sementara istri-istri mereka sibuk menyiapkan pesta barbeque.“Anak lo masih kecil tapi gayanya udah jadi pemimpin gitu! Liat aja dari tadi dia ngatur anak-anak disini buat ngikutin perintahnya…Malah anak yang badannya besar itu juga nurut sama Rendra!” cetus Edo seraya menggelengkan kepalanya takjub.“Samperin tuh anak lo, Ndra! Bentar lagi anak tetangganya si Edo nangis tuh…Entar kita ga boleh ngumpul-ngumpul lagi disini!” Ricko berujar hendak beranjak dari tempat duduknya.“Biarin aja, Rendra juga kan ga main fisik…” sergah Andra menahan Ricko agar kembali duduk.“Iya tapi mental tuh anak yang diserangnya! Lo ga liat itu anak udah berkaca-kaca!” timpal Ricko yang tidak kalah takjub, entah belajar dari mana anak seumur Rendra bisa membuat anak lainnya hampir menangis hanya dengan tat