Share

Tersesat

Penulis: Ammi Poe YP
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-17 12:27:37

Langit senja tak lagi menjadi pemandangan yang sedap untuk di pandang mata. Dituntun oleh kekesalan yang membuncah di hati, akhirnya aku melangkah tanpa arah menyusuri jalan hingga tak menyadari bahwa kaki ini tak lagi berpijak di atas pasir pantai.

Keramaian manusia yang semula bisa terlihat dari setiap sudut mata entah sejak kapan telah lenyap. Berganti sepi yang hanya terisi embusan lembut angin.

Sejenak aku berhenti, mengedarkan pandangan untuk mengenali sekitar. Hanya ada beberapa bangunan villa dengan jarak berjauhan. Selebihnya pepohonan layaknya hutan. Jalan beraspal yang aku lalui juga bukanlah jalan raya yang besar.

Baru kusadari, kini aku tersesat. Tak tahu jalan arah menuju pulang ke hotel. Bahkan untuk tahu sekarang posisi di mana, dan sejauh mana lokasi ini dari hotel tempatku menginap pun aku tak bisa.

Pandanganku menoleh ke sana kemari, mencari hal familier yang mungkin saja akan menuntunku kembali ke hotel. Namun sial bagiku, sudah mengedar pandangan, memutar otak, b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Benih Satu Milyar   Perasaan Terhina

    "Peter, gue pinjam charger ponsel lo, ya? Gue mau hubungi Flora, biar besok dia ke sini untuk ambilin beberapa potong pakaian dan dompet gue," ujarku saat tiba di penginapan yang Peter sewa.Pria bule itu hanya mengangguk dan menyerahkan charger ponsel dari tas kecilnya, kemudian duduk di tepi ranjang. Beberapa kali mataku menangkap basah matanya yang terus saja melihatku. Beberapa kali pula dia meneguk saliva, layaknya pria yang menginginkan tubuh seorang wanita.Huff ... ternyata sama saja! gerutuku dalam hati.Pasalnya, aku pikir Peter adalah lelaki yang berbeda. Hampir saja aku lupa, dia adalah orang barat, tentu saja mainan seperti itu sudah biasa baginya. Ah, bodohnya aku. "Kenapa lo liatin gue kayak gitu?" Pertanyaanku mampu membuat Peter kelabakan dan salah tingkah."Tak apa-apa, hanya ....""Hanya apa? Lo tertarik ma tubuh gue?" Tanpa basa-basi aku sengaja berucap seperti itu."No, not like that.""Then?" tanyaku semakin sewot.Peter sejenak terdiam. Mungkin saja mencoba men

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Benih Satu Milyar   Salahkah Aku?

    "Rencana lo apa sih, Ra? Kenapa lo nggak balik aja ke hotel, terus tidur bareng ma si Azlan, biar lo cepat hamil," cerocos Flora tanpa jeda.Aku membenahi posisi dudukku, mencari posisi nyaman untuk bicara. "Dengarkan gue, Flo. Lo tau nggak rasanya dipandang rendah ma orang kaya?""Ya taulah ... gue kan pernah rasain juga. Waktu ketahuan jadi simpenannya Om Jony. Lo tau juga kejadiannya, gue dijambak. Dihajar habis-habisan di depan umum, hancur martabat gue waktu itu."Tampak wajah Flora berubah sedih karena ingat peristiwa yang sangat memalukan waktu itu. Walaupun kami hidup dari hasil morotin kekayaan om-om, tapi tetap saja sebagai manusia normal, kami punya perasaan dan tak suka jika direndahkan.Begitulah, terkadang mereka yang beruntung dari aku dan Flora justru hanya mencela. Pandangan mereka terhadap orang sepertiku jelas merendahkan. Padahal, kami begini juga karena terpaksa. Siapa, sih, yang ingin kehidupannya jadi parasit? Jika boleh memilih, aku pun akan memilih kehidupan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Benih Satu Milyar   Mencari Nara

    (PoV Flora)Sepulang dari menemui Nara, aku sengaja menghindar dari Azlan dan Elina. Bahkan memilih telat mengambil sarapan, dan setelahnya memilih menghabiskan waktu dengan mengunjungi beberapa destinasi wisata lainnya.Drrrrttt ... drrrttt ....Ponselku bergetar, sebuah panggilan dari Azlan."Flo, kamu di mana? Apa kamu sudah menemukan Nara?" tanya Azlan tanpa basa-basi, terdengar dari nada suaranya ada kekhawatiran."Belum. Gue nyari dari pagi kaga ketemu. Capek!" Sengaja aku berbohong, tak mungkin aku mengatakan hal yang sebenarnya, kan?Ah, Nara! Kau membuatku jadi pembohong hari ini, gerutuku dalam hati."Terus sekarang kamu di mana?""Gue masih istirahat, ntar kalau dah ilang capeknya, gue balik ke hotel!" ucapku untuk mengakhiri pembicaraan, segera kuputuskan panggilan.Kurasa saat ini Azlan dan Elina sedang kebingungan mencari Nara, apalagi mereka sangat membutuhkan bantuan Nara. Mau tidak mau ya harus mencarinya.Setelah selesai menikmati jalan-jalan ke berbagai destinasi, k

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Benih Satu Milyar   Flashback

    POV Flora"Nara! Ra! Lo di mana sih? Masa iya diseret Nyi Roro Kidul?!" keluhku setelah hampir dua jam menyusuri tepi pantai dan sekitarnya.Rasa lelah mulai mendera, hingga aku kesal dan berteriak pada lautan lepas. Tanpa peduli langit gelap dan angin malam yang menyapa kulit, aku susuri pantai demi menemukan Nara yang hilang entah ke mana. Hanya saja otakku mulai berpikir, mana mungkin Nara ada di pantai? Kalau hanya di pantai atau sekitar hotel, tidak mungkin juga dia sesulit ini untuk ditemukan. Sudah pasti dia pergi jauh dari tempat kami menginap."Dasar, kelakuan tuh bocah emang, ya. Awas aja sampai ketemu, gue suruh pijitin nih kaki!" gerutuku sangat kesal.Jam yang semakin bergerak menuju tengah malam, dan Nara yang belum kembali. Sudah lelah kaki ini berjalan kian kemari, menyerah dan berakhir dengan duduk di tepi jalan."Flora, gimana? Ketemu Nara-nya?" suara Azlan mengejutkan.Pertanyaan bodoh yang dia lontarkan. Sudah jelas aku sendirian di sini tapi masih bertanya."Lo l

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Benih Satu Milyar   Rahasia Kecil

    Setelah mandi dan makan, Nara mengajakku mengatur rencana. Ternyata benar yang dikatakan Azlan, Nara memang menuntut diperlakukan sebagai istri. Menurut Nara, dia berhak minta hal tersebut, mengingat pernikahan mereka yang memang sudah sah di mata Tuhan. Tapi tetap saja, itu termasuk hal konyol bagiku. Dia dikontrak untuk menyewakan Rahim, bukan sebagai istri kedua. Lucu saja ketika mendengar pengakuan keinginan Nara.Sumpah, nggak habis pikir dengan cara berpikir Nara. Sudah jelas dalam kontrak, dia disewa ... bukan dibayar sebagai istri. Kalaupun dia dinikahi, karena Elina dan Azlan menginginkan anak yang bernasab ke ayahnya, anak yang sah dalam hukum agama.Percuma juga jika aku mencoba menyadarkan posisi Nara, dia termasuk tipe keras kepala. Kalau sudah punya kemauan sulit sekali untuk mundur. Ah, apa mungkin Nara jatuh cinta pada Azlan?Otakku mulai bermain spekulasi, mencoba menerka dan menganalisa. Azlan memang keren, tampan, dan tajir. Aku saja sempat tergoda dengan ketampan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Benih Satu Milyar   Pura-Pura

    (Pov Flora)Sinar mentari menyorot hangat, masuk melalui kaca bening. Kicauan burung turut menghiasi awal indah hari ini. Kembali aku menggeliat. "Aaauuw ... masih sakit banget ni tubuh. Gila tuh perempuan, keliatannya aja yang kalem. Nyatanya melebihi nenek lampir!" gerutuku pagi ini.Perlahan aku bangkit dari posisi tidurku, duduk di tepi ranjang untuk sejenak mengatur pernapasan. Ya, aku memang sudah terbiasa dengan aktivitas satu ini. Teknik yoga Pranayama kugunakan untuk belajar mengatur pernapasan. Cukup efektif mengurangi rasa stres yang selama ini sering menyerangku.Ya ... meskipun aku memiliki cukup banyak uang, apa yang kuinginkan juga tinggal minta sugar daddy-ku. Namun, itu semua tidak dapat membeli ketenangan batinku.Ibuku, ia masih berada di rumah sakit jiwa hingga sekarang. Dia mengalami depresi akibat perlakuan suami keduanya. Tekanan batin yang harus ia tanggung selama kurang lebih lima tahun berumah tangga dengan lelaki pemabuk dan penjudi itu.Keadaan ibu semakin

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Benih Satu Milyar   Elina Kepergok

    (Pov Flora)Pagi ini aku keluar dari kamar hanya untuk mendatangi Elina, dia terlihat sibuk mondar-mandir di lobi hotel. Wanita itu memegang ponsel di tangannya."Percuma aja. Nara nggak akan mau balik sebelum lo berhenti main play victim. Coba kalau lo dari kemarin relain suami lo untuk menikmati bulan madu yang sesungguhnya sama dia. Nggak begini kan jadinya?" dengan santai aku berceloteh.Tak peduli ucapanku akan membuat telinga Elina memerah, ataupun hatinya semakin panas. Sontak dia menoleh ke arahku, masih dengan sikap santai aku berdiri sambil melipat tangan di depan dada dan memandang sinis ke arahnya."Apa maksudmu? Tentu aku nggak akan merelakan suamiku menyentuh wanita lain. Terlebih wanita murahan seperti kalian ini!"Aku hanya tersenyum kecut. Hampir tertawa karena kalimat yang Elina ucapkan terdengar lucu bagiku."Lo bercanda, ya? Eh, inget nggak sih, kalau suami lo yang datang dan meminta bantuan gue dan Nara? Atas permintaan lo, suami lo yang bayar kami juga. Nara tuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Benih Satu Milyar   Kembali ke Jakarta

    (PoV Nara)Kututup panggilan dari Flora. Kabar baik belum juga aku terima darinya. Hanya sedikit rahasia mengenai tujuan Elina. Rasanya mulai muak juga aku dengan wanita satu itu. Dia yang meminta, tapi dia pula yang bikin semua menjadi sulit.Ternyata membuat Elina merelakan suaminya untuk berbagi waktu denganku, itu adalah hal tersulit. Ini sama saja membuang waktuku, sedangkan tekanan dari ibu biadab itu terus saja datang. Tiap waktu ponselku berdering, jika tidak kuangkat maka belasan chat dia kirim. Sudah macam hidupku kena teror debt collector.Aku mulai berpikir keras, jika Elina masih saja bersikeras untuk membatasi hubunganku dengan Azlan, maka aku harus segera ambil tindakan tegas. Ya, aku memang dibayar untuk melahirkan keturunan Azlan. Namun, aku hanya ingin selama hamil tidak ingin merasakan beratnya masa kehamilan seorang diri.Lagi pula, bukankah janin ketika dalam kandungan juga membutuhkan kasih sayang dari ayahnya? Tidak ada salahnya jika Azlan ada di sampingku, buka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19

Bab terbaru

  • Benih Satu Milyar   Peristirahatan Terakhir

    Akhirnya aku bisa bernapas lega, Azlan mampu mengatasi kecurigaan istrinya Om Fadli. Hampir saja bertambah masalah baru, dan aku yakin kalau sampai wanita tahu, mungkin akan terjadi hal lain juga.Azlan kembali melajukan mobil menuju ke rumah kediaman keluarga Wijaya Pratama. Sepanjang jalan aku merasa seperti seekor belut yang mengantar diri untuk dijadikan sate. Namun, aku sudah mempersiapkan diri. Apapun yang terjadi, aku siap menghadapi.Mobil memasuki area parkir depan istana mewah, jantungku semakin berdetak kencang. Umpatan dan caci maki sudah memenuhi pikiran, bahkan saat ini kedua tanganku telah menjadi dingin karena pikiran-pikiran itu.Azlan yang melihatku dilanda kecemasan, dia segera menggenggam jemariku dan memberikan penguatan. Perlahan aku turun dari mobil, kemudian melangkah menuju teras rumah. Genggaman tangan Azlan kurasakan semakin erat saat kaki kami menginjak lantai depan pintu.Baru saja hendak menekan bel, terdengar sebuah teriakan. "Aku sudah bilang, sampai ma

  • Benih Satu Milyar   Repetan Panjang

    Azlan membuntutiku hingga ke kamar. Setelah dia membersihkan diri, dia pun duduk di tepi ranjang. Tatapannya penuh tanda tanya, tetapi tak ada sirat kemarahan atas sikapku. Aku tahu, Azlan pasti paham akan kekhawatiranku."Nara, apa kamu sudah pikirkan matang-matang tindakan kamu ini?" tanya Azlan sembari menyingkirkan anak rambutku ke belakang telinga."Aku sudah pertimbangkan semuanya, Azlan. Aku tahu, Mama akan mengusirku. Aku tahu Mama akan memisahkan aku dari kamu dan anak-anak. Jika aku tidak mengantisipasi dari sekarang, justru akan semakin sulit menyelamatkan rumah tangga kita." Suaraku terdengar bergetar, menahan perihnya batin yang terhempas oleh badai kenyataan."Maafkan aku ya, Ra. Aku gagal menjaga rahasia siapa diri kamu," ucap Azlan dengan tampang sedih.Aku pun tersenyum, kemudian meraih tangannya. "Azlan ... suamiku yang paling aku cintai. Jangan pernah menyalahkan dirimu. Aku tahu, selama ini kamu telah melakukan banyak hal untukku. Kamu adalah anugerah dari Tuhan, k

  • Benih Satu Milyar   Az Khai

    Entah karena apa, pikiranku berubah. Rasanya aku belum siap untuk bicara dengan wanita yang saat ini tergolek lemah di atas brankar."Azlan, kita pergi aja!" ujarku seraya berusaha memutar kursi roda.Azlan segera mendorong kursi roda, mengikuti permintaanku.Baru saja hendak keluar, muncul gadis muda dari kamar mandi."Mas Azlan ... kamu ngapain ke sini? A ... apa ... apa ini Mbak Nara?" tanya gadis muda yang aku sendiri tak tahu siapa."Iya, ini Nara." Aku menoleh ke arah Azlan, mencoba meminta penjelasan. "Dia siapa, Azlan?""Dia Della, Ra. Sepupu kamu juga, dia yang selama ini merawat Bu Rosmala."Sejenak aku mencoba mengingat. "Apa kamu Della keponakan Ibu?""Iya, Mbak Nara.""Ooh ... iya, aku ingat. Waktu itu kamu masih kecil. Tidak menyangka bisa ketemu. Bagaimana keluarga di kampung?" tanyaku untuk basa-basi, karena sebenarnya mereka tak pernah peduli padaku."Semua baik, Mbak. Hanya saja, keadaan Budhe Ros ....""Iya, tadi aku sudah melihat. Hanya saja Ibu tidur, besok saja

  • Benih Satu Milyar   Akhir Kesombongan

    Tatapan sinis kedua lelaki itu, menandakan bahwa permusuhan belum usai. Azlan yang melihat kehadiran Ryan di ruanganku, seketika murka. Dia menarik kerah baju Ryan."Masih berani kamu ke sini? Hah?! Dasar bedebah! Tak punya malu!!!" teriak Azlan dan hampir saja melayangkan pukulan ke wajah Ryan."Azlan, cukup!" teriakku menghentikan aksi barbar Azlan.Azlan pun berhenti dan menatapku tajam, sorot penuh kemarahan."Biarkan dia pergi, Azlan. Dia ke sini hanya berpamitan. Setelah ini dia tak akan lagi mengganggu hidup kita!" ujarku agar membuat Azlan lebih tenang.Azlan menatap sejenak pada rivalnya, setelah itu mendorong keras tubuh itu hingga jatuh ke lantai."Menghilanglah dari kehidupan aku dan Nara, menjauh sejauh mungkin. Karena sekali saja aku melihatmu, tak akan ada ampun lagi bagi manusia bedebah sepertimu!"Mendengar ucapan Azlan, Ryan pun bergegas pergi dengan tatapan penuh amarah yang dia tahan. Setelah kepergian lelaki dari masa laluku itu, Azlan pun mendekat. "Jangan perna

  • Benih Satu Milyar   Cinta Tanpa Batas

    POV NaraSudah dua malam aku menginap di ruang VVIP rumah sakit ini. Ada kelegaan karena melihat anak ketiga lahir dengan selamat. Namun, di sisi lain ada pula kekhawatiran mengenai ucapan Ryan.Ya, aku takut jika sampai Azlan termakan oleh ucapan Ryan. Bahkan jika sampai test DNA itu dilakukan, aku pun benar-benar tak siap. Takut jika hasilnya tak sesuai harapanku.Itu sebabnya kenapa aku menangis saat Azlan datang menemuiku. Ada perasaan bersalah telah me menyembunyikan peristiwa malam itu dari Azlan.Hari ini, Azlan pamit untuk mengurus beberapa pekerjaan di kantor. Aku tidak bisa mencegahnya, apalagi menuntut waktunya. Kata Bu Wijaya, aku harus mandiri ketika suami pergi mencari nafkah. Bagiku, ucapan itu benar.Bu Wijaya sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Mungkin cukup ironis, ibu kandung tak bisa menyayangiku. Namun, Bu Wijaya sebagai ibu mertua justru mampu memberikan kasih sayangnya padaku.Hal tersebut yang membuat aku memilih menuruti kemauannya. Anggap saja sebagai bal

  • Benih Satu Milyar   Permohonan

    Melihat perjuangan Om Fadli, sungguh mengharukan. Siapa sangka, lelaki yang dulu sering bikin masalah justru punya hati nurani yang begitu tulus.Aku yang sedari tadi hanya berdiri di belakang Mama, akhirnya turut maju ke depan dan bicara."Ma, Om Fadli ada benarnya. Mama tidak bisa bertindak semena-mena pada Nara, hanya karena sakit hati Mama pada Bu Rosmala."Mama yang mendengar ucapanku langsung menatap tajam ke arahku. "Jangan pernah lagi kamu sebut nama itu! Kamu harus ingat, Azlan ... seberapa banyak air mata yang jatuh gara-gara wanita bedebah itu?""Aku paham, Ma. Tapi tidak seharusnya Mama menghukum Nara atas perbuatan ibunya! Dia tidak tahu apa-apa, bahkan selama ini dia dibuat menderita oleh ibunya sendiri. Itu sudah lebih dari cukup, Ma!""Kalian ini kenapa sih? Kenapa kalian sulit sekali memahami perasaan ini? Kalian pikir mudah melalui semua itu?""Ma ....""Cukup, Azlan! Mama mau istirahat, Mama tidak ingin bicara apapun!" ucap Mama dengan nada kesal, kemudian berlalu d

  • Benih Satu Milyar   Keras Hati

    POV AzlanKeesokan hari ....Aku berpamitan pada Nara untuk ke kantor sebentar, dengan alasan ada dokumen yang harus aku tanda tangani dan ketemu dengan klien penting. Seperti biasa, Nara tak banyak menuntut waktuku. Dia sangat memahamiku.Sebenarnya aku tidak benar-benar ke kantor. Itu hanyalah alasan yang aku buat-buat agar bisa ke rumah Mama bareng Om Fadli.Hari ini masalah harus segera tuntas. Aku tidak ingin saat Nara pulang, dia harus menghadapi sikap dingin dan ketus Mama. Sesuai kesepakatan, aku dan Om Fadli mendatangi rumah Mama. Tampak Om Fadli membawa sebuah amplop panjang di tangannya. Aku yakin, itu adalah bukti test DNA Nara.Saat kami datang, Mama yang tengah duduk di belakang rumah, menikmati secangkir teh sembari melihat seluruh tanaman kesukaannya. Om Fadli segera melempar amplop panjang itu ke atas meja, tepat di hadapan Mama. Hal tersebut membuat Mama terkejut dan mendongakkan kepala. "Kamu ini, Mas. Kalau datang nggak usah bikin kaget, bisa kan?""Ratih, aku ng

  • Benih Satu Milyar   Fakta yang Tertukar

    Tampak wajah Della menunjukkan rasa tidak percaya. Dia menggeleng, menampik semua kenyataan yang aku sampaikan."Kalian pasti hanya ingin memfitnah Budhe Ros! Kalian jahat! Orang sebaik Budhe Ros tidak akan melakukan hal sehina itu!" teriak Della tidak terima."Sekarang ikut aku, akan aku tunjukkan di mana Nara. Kamu bisa tanya dia, dan di sana juga ada ayahnya Nara!" tantangku seraya menarik lengan Della.Gadis muda itu masih menolak ajakanku. Dia berusaha menepis tangan dengan sangat kasar. Della benar-benar tidak terima dengan apa yang aku jelaskan."Kalian itu sama saja! Buat apa aku percaya kalian yang baru saja aku kenal? Aku ... aku yang sekian lama mengenal Budhe Ros! Dia orang yang baik!" Della masih bersikukuh dengan pendapatnya."Baiklah kalau kamu tidak percaya. Kamu tidak mau juga aku ajak ketemu Nara untuk mengetahui kebenaran. Lebih baik, tanyakan pada Budhe-mu itu saja!" ujarku seraya tersenyum sinis.Gadis lugu itu terdiam sesaat. Ada keraguan di sorot matanya. "Kena

  • Benih Satu Milyar   Kamuflase

    POV AzlanAku melangkah kembali ke ruang operasi. Menunggu Nara selesai pemulihan dan diantar ke ruang rawat inap.Tepat saat kaki berdiri di depan ruang itu, dua petugas keluar membawa Nara menggunakan brankar. Aku membuntuti dari belakang. Wajah Nara begitu sayu, aku tak tahu hal apa yang sudah dia lewati di dalam sana. Yang aku tahu hanya satu, perutnya terluka demi melahirkan anak keturunanku.Ingin sekali kupeluk dia, memberikan tempat ternyaman dari segala kelelahan. Namun, saat ini mata Nara hanya terpejam. Ada bulir bening yang diam-diam menetes dari sudut matanya.Aku harap, itu adalah air mata bahagia karena anak ketiga telah lahir dengan selamat. Sesampainya di ruang VVIP, Nara dipindahkan ke tempat yang tersedia. Mama memang baik, memberikan fasilitas terbaik untuk menantunya.Setelah selesai, petugas pun berpamitan. Tak lupa aku ucapkan pada dua petugas itu.Suasana begitu tenang, tak ada hiruk pikuk suara berisik mengganggu. Aku mendekat ke Nara, kemudian duduk di kursi

DMCA.com Protection Status