"Hai jagoan kecil, sedang apa kamu di sini sendirian?"
Kelas sekolah Reza di bubarkan karena semua gurunya ada kegiatan bersama. Pihak guru sudah memberitahu pada semua wali murid untuk menjemput anaknya.Namun kini tinggal Reza yang duduk sendirian di depan sekolahan menunggu siapa yang akan menjemputnya."Aku sedang menunggu Opa, Om ini siapa?"Semula wajah Reza terlihat takut pada orang yang tidak dia kenal."Kamu nggak perlu takut! Om ini bukan orang jahat! Om ini teman Ibu kamu, Kiara.""Teman, Ibu?""Iya, teman Ibu. Bagaimana kalau kita menunggu sambil makan Ice cream di kedai sana."Ice Cream merupakan makanan favorit untuk Reza yang tidak bisa dia tolak.*****"Yah, hari ini biar aku saja yang jemput Reza."Tepatnya hari Sabtu sekitar pukul 10 pagi Kiara mencegah ayahnya untuk menjemput Reza seperti biasanya.Dia sengaja memanfaatkan hari liburnya untuk menghabiskan"Sayang, sudah lama kita berumah tangga! Aku rasa benar apa yang di katakan oleh mereka, tidak ada salahnya kalau kita periksakan kesehatan kita di rumah sakit!"Kezia ragu saat Satya mengajaknya untuk periksa, tetapi apa yang sudah Satya berikan membuat dia tidak bisa untuk menolaknya."Periksa, Mas?""Iya, apa salahnya kita periksa, kalau memang tidak ada masalah, mungkin memang Tuhan menyuruh kita untuk lebih bersabar.""Ya-sudah, kapan kita ke rumah sakit?" tanya Kezia ragu."Sekarang! Mumpung aku tidak ada kerjaan hari ini"Mau tidak mau Kezia menuruti apa yang suaminya katakan.Serangkaian pemeriksaan telah dilakukan kini tinggal menunggu hasil cek dari dokter."Bagaimana Dokter, apa keadaan kami baik-baik saja?" Kezia terlihat gelisah menunggu hasil tes itu.Terlihat Satya yang jauh lebih santai karena sudah terbukti dia bukan laki-laki impoten.Dokter menarik nafas sebelum mengatakan ha
Tok! Tok!"Masuk!""Selamat siang, Pak! Pak Aland bilang hari ini ada yang mau di bicarakan. Apa, Pak?"Sebelum jam pulang Kiara menyempatkan ke ruang atasannya karena sedari tadi dia menunggu, Aland tidak kunjung memanggilnya."Kamu duduk!"Dengan ragu, Kiara duduk di sofa yang di tunjuk oleh Aland."Besok lusa, saya mau kamu yang temani ke Itali!""Aku?" Kiara terkejut."Iya kamu! Bukankah kamu itu sekretarisku? Jadi kamu harus ikut kemana pun aku pergi!"Kiara tersenyum kecut, dia sedikit tidak yakin apakah orang tuanya bakal mengizinkan? Pasalnya yang dia tau kalau ayahnya tidak suka dengan Aland."Kenapa? Kamu keberatan?""Oh, tidak, Pak! I-iya, Pak sa-saya bersedia!" pekik Kiara terbata."Bagus! Besok kamu free, lusa pagi sekali kita berangkat dari sini.""I-iya, Pak. Em, kalau begitu saya pulang dulu, Pak."Aland mengangguk, tetapi dia kembali memanggi
"Orang tuaku tinggal di Prancis, Iya, aku hanya tinggal dengan Bik Inah dan Pak Diki di sini." bu Marwah mengangguk."Apa yang sedang kalian bicarakan, kelihatannya seru sekali?" Kiara keluar setelah mandi.Dia terlihat begitu segar dengan rambut basahnya. Sesekali Aland mencuri pandang dan mengagumi dalam hati kalau sekretarisnya ini memang tidak buruk."Oh iya, Bapak, Ibu apa yang mau saya bicarakan dengan kalian!" Kiara mengerutkan alisnya.Mata mereka sempat saling pandang dengan hati Kiara yang bertanya-tanya apa yang mau di katakan oleh atasannya itu."Silahkan, Nak Aland apa yang mau di katakan?" Perlahan pak Susanto mulai beradaptasi dengan pengusaha muda yang semula dia anggap sombong ini."Lusa saya minta izin Kiara untuk menemani ke Itali! Ada perusahaan cabang yang harus aku datangi di sana."Bu Marwah dan pak Susanto saling pandang sesaat.Perasaan khawatir itu ada, tetapi mereka berusaha percaya me
"Den, ini Bibik buatkan kopi susu hangat untuk Aden!""Hem, terima kasih, Bik."Bik Inah menghampiri Aland di ruang kerjanya.Majikannya itu terlihat sedang memandangi vidio di laptopnya dengan wajah sumringah.Samar-samar suara wanita marah-marah terdengar dari vidio tersebut yang membuat Bik Inah penasaran."Sepertinya sekarang Aden sedang bahagia, ada apa? Boleh Bibik tau?""Apaan sih Bik!" Sarkas Aland malu-malu."Bibik bisa lihat kalau akhir-akhir ini Aden begitu bersemangat! Bibik senang kalau melihat Aden seperti ini!"Aland hanya melirik sesaat pada asisten rumah tangganya itu."Vidio siapa itu, Den? Sepertinya seorang wanita?""Bibik! Nggak usah kepo. Ini bukan siapa-siapa dan Bibik nggak perlu tau!""Ya sudah kalau Aden nggak mau cerita. Bibik akan kasih tau Tuan dan Nyonya kalau putranya kini sedang jatuh cinta.""Bibik!" bentak Aland sambil bercanda, mereka memang
"Apa maksud kembalikan anak'ku. Jawab?""Ma-maksud kamu? Satya pura-pura tak mengerti."Kamu mabuk dan mengigau! Mengatakan kembalikan anak'ku ku! Apa maksudnya itu, Mas?"Pertanyaan Kezia seperti sedang mengintimidasi. Terlihat Satya yang kesulitan mencari alasan."Astaga Key! Aku mabuk, jadi aku nggak sadar dengan apa yang aku ucapkan! Kamu tidak perlu memperpanjang masalah!""Oh gitu? Ok, aku akan selidiki apa maksud dari ucapan kamu itu! Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api, Mas!"Di rumah yang begitu besar tampak sepi penghuni, hanya terdengar keributan dari pasangan suami istri itu."Awas saja, kalau ternyata kamu menyembunyikan sesuatu dariku, Mas! Awas saja.""Ah, sialan! Kenapa aku harus mengatakan itu!" Satya bicara dalam hati sambil melirik Kezia tanpa sepengetahuannya."Terserah kamu saja Key! Aku sudah muak dengan kamu istri yang tidak bisa memberiku seorang anak!""Mas!" ter
"Mamah, Papah!"Bu Citra dan pak Hans menoleh ke belakang dimana Satya berlari begitu panik melihat kondisi mereka."Satya! Satya Kakakmu, Nak! Kakakmu mengusir kami dari sini!.Wajah Satya spontan memancarkan kemarahan pada kakaknya, masalah di rumah cukup membuat dia pusing, dan ketika dia menginjakkan kakinya di rumah orang tuanya.Satya harus melihat kejadian yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya."Brengsek!""Kak Nasya! Kak Nasya buka!"Brak!Brak!Brak!"Kak Nasya buka pintunya!"Tapi tidak ada jawaban sama sekali darinya. Sempat Satya berfikir untuk mendobrak pintu itu, tetapi pintu itu di buat sangat kokoh dan itu tidak mungkin dia lakukan."Kak Nasya buka pintunya!" Beberapa kali Satya menggedor-gedor pintu tidak juga Nasya buka.Dia yang kini sedang duduk dengan santainya sambil mengangkat kedua kakinya di atas meja, Nasya sebenarnya mendengar teriakan
"Kiara, kamu sudah siap, Nak?" Pagi-pagi sekali pak Susanto membantu Kiara menyiapkan segala sesuatunya.Sebuah koper berukuran sedang dia siapkan berisi barang-barang penting di dalamnya. "Aku sudah siap, Ayah.""Kiara pamit, Ayah, Ibu. Tolong kalian baik-baik di sini. Jaga Reza juga untuk'ku.""Kamu tidak perlu khawatirkan soal itu. Yang terpenting jaga dirimu baik-baik selama di itali. Ingat pesan Ayah, jangan sampai kamu mengulang kesalahan yang sama!"Pak Susanto mengantar Kiara sampai di sebuah taksi langganan yang sudah menunggunya.Tanpa menunggu waktu lama taksi itu berjalan menuju tempat tujuan di mana Aland meminta Kiara untuk menunggu di kantor. Hari ini mereka terbang ke Itali seperti yang sudah di bicarakan dengan pak Susanto kemaren."Terima kasih, Pak. Ini bayaran untukmu." Kiara melihat ke arah parkiran dimana mobil Aland belum terlihat maka sudah bisa di pastikan kalau atasannya itu belum datang."Lebih
"Huzh! Reza kamu jangan dengarkan apa kata Opa kamu! Belum tentu, dan kamu tidak boleh berharap terlalu banyak. Bukankah berteman dengan Om tampan sudah cukup membuat kamu senang?"Reza mengangguk lemah berharap bisa lebih dari sekedar berteman dengan Om tampannya."Kita berdoa saja semoga Tuhan memberi jodoh yang baik untuk Ibumu! Ya sudah, kita berangkat sekarang."Di saat pak Susanto keluar menggandeng Reza hendak ke sekolah, terlihat mobil Satya yang berhenti di depan rumah.Entah dari mana laki-laki itu, pagi-pagi dia sudah di luar rumah."Reza!""Pakde Satya..." Reza berlari menghampiri Satya yang menunduk sambil merentangkan tangannya."Selamat pagi, Yah.""Pagi, Satya. Kamu sendirian? Mana Kezia?" Pak Susanto menoleh ke kanan dan kiri namun tidak ada putri sulungnya."Oh iya, aku sendirian, kebetulan mampir ke sini. Kezia ada di rumah! Dia bersama Papan dan Papaku di sana." Pak Susanto mengira k
Keesokkan harinya Kiara benar-benar tak menyangka kalau Aland benar-benar datang untuk menemui ke dua orang tuanya.Bahkan dengan beraninya Aland memanggil bu Marwah dan pak Susanto untuk duduk dalam satu meja di ruang tamu tanpa menunggu dua yang memanggil.Bu Marwah dan pak Susanto seketika menghampiri mereka di depan."Ada apa ya, Nak Aland memanggil kami? Apa ada yang bisa kami bantu?""Oh, tidak Om, Tante. Saya cuma mau mengatakan sesuatu pada kalian." Kedua orang tua itu duduk siap mendengarkan apa yang akan Aland sampaikan."Em, jadi begini, Om, Tante. Sebelumnya saya minta maaf kalau saya terlalu lancang memanggil kalian kesini. Kedatangan saya kemari untuk meminta restu dari kalian untuk memperistri Kiara menjadi milik'ku." Kedua orang tua itu tampak begitu bahagia mendengarnya."Semenjak aku mengenal Kiara, aku merasakan hal yang berbeda, aku memantapkan diri dan sekarang aku yakin kalau Kiara-lah yang cocok untuk menjadi pendamping hidupku.""Apa Nak Aland yakin? Nak Aland p
"Loh, Kakak mau kemana?" Malam itu Kezia begitu cantik mengenakan dress panjang berwarna coklat muda."Aku di minta Pak Sean untuk menemani di acara undangan klien bisnisnya. Kamu sendiri mau kemana Dek?" Sama halnya dengan Kiara yang tak kalah cantik dari kakaknya."Jangan bilang klien itu, Pak Dimas?""Loh, kok kamu tau, Dek? Jangan-jangan kamu mau ke tempat yang sama?""Astaga, Mas Aland juga mengajak'ku ke sana. Kebetulan sekali kita bisa pergi bersama." Tapi tidak menjamin pada diri Aland, apakah dia mau dekat kembali dengan Sean setelah apa yang dia lakukan padanya?Mereka terkekeh karena sama-sama tidak mengatakan sebelumnya. Kalau begitu Kakak pergi dulu, Dek. Pak Sean mengatakan aku jangan sampai terlambat sampai ke sana." Sementara Kiara masih menunggu kekasihnya datang menjemput. Tak berapa lama kemudian mobil Aland terlihat berhenti di depan rumah, dengan gagahnya pemuda itu turun."Kiara, apa kamu sudah sia
"Mau apa lagi kau ke sini? Udah nggak ada hubungan lagi kamu dengan keluarga ini, Mas!""Kiara, Kiara tunggu!" Kiara berhenti sejenak memberi sedikit Satya waktu untuk bicara."Aku ..., aku ke sini untuk minta maaf. Tolong maafkan semua kesalahanku! Mana Kakakmu? Aku mau minta maaf pada Kezia." Laki-laki itu sudah seperti memohon untuk ketemu dengan kakaknya."Nggak ada! Kak Kezia lagi pergi. Dia sudah tidak mau melihat kamu lagi," jawab Kiara ketus, dia melanjutkan langkahnya kembali, tetapi Satya kembali mengejarnya."Kiara, kamu tidak bisa seperti ini! Izinkan aku bicara dulu dengan Kezia!""Sudahlah Mas. Lebih baik kamu lupakan Kak Kezia. Biarkan dia bahagia dalam kesendiriannya!" Namun sepertinya laki-laki itu kekeh ingin bertemu mantan istrinya.Dia menerobos masuk walau Kiara sudah melarangnya."Kezia, Kezia dimana kamu. Kezia, Sayang dimana kamu?" "Mas, apa yang kamu lakukan? Tolong jangan buat keributa
"Syukurlah kamu sudah boleh pulang, Sayang. Ibu senang mendengarnya. Sebentar lagi Om tampan datang menjemput kita.""Benarkah Om tampan akan menjemput kita, Ibu? Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."Setelah di rawat dua hari di rumah sakit kini dokter menyatakan kalau Reza sudah di perbolehkan untuk pulang."Iya, Sayang. Om Aland mengatakan hari ini akan mengantar kita pulang.""Hore, pulang dengan Om tampan." Reza begitu antusiasnya.Dadi tempat yang berbeda Aland berjalan begitu cepat berjalan sambil mengangkat teleponnya, dia begitu buru-buru keluar dari kantor untuk menepati janjinya bahwa hari ini dia yang akan mengantar pulang.Aland tidak mau sampai Kiara dan Reza kecewa karena menunggu dia yang tak kunjung datang.*****"Lebih baik Ibu berkemas sambil menunggu Om Aland datang. Sayang, kamu duduk saja di sini, jangan kemana-mana.""Baik, Ibu."Reza menurut untuk duduk di atas
"Hari ini aku mulai bekerja, aku harus semangat." Kezia duduk di ruang kerjanya yang beru dengan penuh semangat. Pengalam kerja yang dulu dia peroleh menjadi bekal untuk di perusahaan barunya.Beberapa dokumen penting tertumpuk di atas meja. Walau tumpukan itu serasa bikin pusing kepalanya namun dia harus mengerjakannya dengan semangat.Satu persatu tugas itu dia kerjakan sampai siang hari namun belum sepenuhnya selesai. Masih banyak lagi tugas yang harus dia kerjakan selanjutnya."File ini sudah selesai dari setengahnya. Lebih baik aku bawa ke Pak Sean untuk di tanda tangani."Sesaat sebelum beranjak ke ruang direktur, Kezia membereskan sisa pekerjaannya terlebih dahulu.Tok!Tok!"Permisi, Pak.""Iya masuk," jawab Sean dari dalam ruangannya.Begitu pintu di buka, Kezia mendapati Sean sedang menelepon seseorang, samar-samar dia mendengar seseorang mengatakan kalau ada perusahaan yang akan di lelang sua
Ketika pagi hari Aland terlihat sampai di kantor dia mendapati pak Bandi yang tengah sibuk mengurus sesuatu.Dia melepas pekerjaannya sebentar untuk menyapa bos-nya datang."Selamat pagi, Pak Aland.""Pagi. Apa yang sedang Pak Bandi lakukan?""Ini, Pak menyiapkan berkas Pak Aland untuk meeting nanti siang." Aland memicingkan matanya."Kemana Kiara? Kenapa Pak Bandi yang menyiapkan semuanya?" Padahal Aland berharap sesampainya dia di kantor, orang yang pertama dia lihat adalah Kiara. Namun pada kenyataannya wanita itu justru kini tidak ada di tempat."Saya tidak tau, Pak. Mungkin Nona Kiara cuti hari ini.""Cuti?" Aland rasa sepertinya tidak mungkin karena kemaren dia tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan.Untuk menjawab rasa penasarannya maka Aland mengambil ponsel dan menghubungi Kiara yang kini masih di rumahnya.Ponsel Kiara yang tergeletak di atas meja, mendadak berdering. Sudah Kiara
Di samping kolam renang rumahnya Aland berjalan pelan sambil senyum-senyum sendiri.Betapa senangnya dia bisa membuat Kiara dan Reza begitu bahagia. Bayangan ketika dia membopong tubuh sintal itu masih kian terasa berat di pundaknya, lucunya saat Reza berlari mengejar seolah tidak terima ibunya di culik pun membuat Aland ingin sekali tertawa lepas.Tapi dia tahan sebisa mungkin. Apa kata mereka jika melihat dia tertawa sendiri. Mungkin bik Inah dan teman-teman seperti pak sopir mengira kalau Aland sudah tidak waras lagi."Kalian memang lucu. Kalian bisa membuat aku senang, membuat aku bahagia dan membuat hidupku lebih berwarna.""Kiara. Aku tidak salah memilihmu untuk jadi pendamping hidupku. Akan aku pertahankan sebisa mungkin apapun rintangannya, karena aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu.""Cie, yang sedang jatuh cinta." Tiba-tiba bik Inah bersuara dari belakang yang membuat Aland kaget. Rupanya dia mendengar semua yang dia katakan
Puas berwisata, sore hari mereka pulang membawa lelah tapi juga bahagia.Reza yang begitu antusias kini tidur di dekapan ibunya saat di dalam perjalanan. Menyusuri jalan yang sama saat mereka berangkat, Kiara menoleh kembali pada apa yang dia lihat tadi."Ah, sudah tidak ada. Semoga aja apa yang aku lihat itu salah," gumamnya dalam hati.Sampai tiba di rumah, Aland turun lebih dulu yang menggantikan posisi Kiara untuk membawa Reza masuk.Tindakannya itu seperti ayah yang membopong anaknya sendiri. Tidak ada ragu dalam diri Aland sedikit pun pada Reza."Ya ampun, Reza tidur?" Aland hanya tersenyum saat bu Marwah menyapanya.Namun Kiara yang menjawab dengan lirih sengaja agar putranya itu tidak bangun.Aland membaringkan tubuh mungil itu di atas tempat tidur susun yang bermotif Doraemon.Tak lupa dia mencium pipi chubby si anak kecil."Sepertinya dia lelah sekali, dan kamu juga pasti lelah, isti
"Nggak, nggak ada apa-apa." Merasa belum yakin dengan apa yang dia lihat maka Kiara lebih baik mengatakan tidak ada apa-apa.Aland hanya menjawab singkat. "Oh."Mobil terus melaju ke tempat tujuan dan berhenti di sebuah wisata alam bernuansa pantai."Kita sudah sampai." Begitu riangnya Reza meloncat turun dari mobil dan berlari ke pinggiran pantai."Reza hati-hati, Sayang." teriak Kiara khawatir.Dan yang membuat Kiara bangga terhadap Aland, dia menghampiri Reza untuk memastikan kalau dia aman."Mas Aland begitu perhatian pada Reza, aku berharap dia sosok yang selama ini aku cari."Dari kejauhan terlihat Meraka berbisik sambil menunjuk ke arahnya. Tak lama setelah itu Reza berlari menghampiri ibunya da menarik tangan Kiara."Ibu, ayok kita ke sana. Kita ke pinggir pantai di sana, Ibu!""Eh, nggak. Ibu tunggu di sini aja, kamu mainlah sama Om tampan." Tapi Reza terus saja menarik tangannya.Mau