"Loh Mas, kok berhenti? Memangnya kita sudah sampai? Mana rumah kita?"
Sedangkan Kezia melirik kanan kiri jalanan hanya terlihat toko dan tanah kosong di tepi jalan raya pada saat Satya menghentikan laju mobilnya."Sebentar lagi! Sekarang aku akan menutup matamu. Tutup mata kamu sekarang!""Eh, astaga, Mas! Kenapa harus tutup mata segala."Satya mengulurkan tangannya sambil membawa sebuah kain yang akan di gunakan untuk menutup mata istrinya.Mau tidak mau Kezia harus di tutup matanya oleh Satya sebelum mobil itu melaju kembali ke tempat tujuan.Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di sebuah rumah yang di beli Satya 2 hari yang lalu."Nah, sekarang sudah sampai! Ups, ayok kita turun! Pelan-pelan." ucap Satya memapah Kezia untuk turun dari mobil dan berdiri di depan rumah."Mana Mas, aku sudah nggak sabar lagi!""Dalam hitungan ke tiga, kamu boleh membuka mata! Satu, dua, tiga!"Kezia mem"Yah, Bu, ada hal penting yang mau Kezia bicara dengan kalian."Pak susanto, bu Marwah dan Kiara yang kebetulan sedang berkumpul saling pandang satu sama lain."Kamu mau bicara apa, Key? Bicara saja, kami pasti dengar kok!""Besok aku mau pindah ke rumah baru, Yah! Mas Satya sudah membeli rumah untuk kita! Tadi sore aku dan Mas Satya datang ke sana untuk melihat rumah itu."Degh!"Benarkah? Syukurlah kalau begitu, Ayah ikut senang mendengarnya. Jadi kamu tidak perlu tinggal bareng dengan Kakak ipar kamu itu!""Iya, Bu, dan besok Mamah dan Papahnya Mas Satya bakal datang kemari untuk menjemput kita ke sana! Jadi aku minta kalian siap-siap sebelum mereka datang.""Kenapa mendadak seperti itu sih Kak! Aku kan belum izin kantor! Pak Aland bakal marah lagi kalau aku terlambat, atau cuti tanpa izin!" ucap Kiara menambahi."Kakak juga nggak nyangka kalau Mas Satya ternyata ngajak pindah secepat itu, Ki! Tapi ya memang
"Hacim!"Suara bersin seseorang membuat Aland bangun dari tidurnya di pagi hari, sambil mengucek matanya tanpa sadar satu tangannya menyentuh seseorang yang terbaring dia sampingnya membuat dia melonjak kaget."Astaga! Hei siapa kamu?""Em, ganteng, kamu sudah bangun?" tanyanya dengan suara khas sambil memeluk selimut yang membungkus tubuh polosnya."Frisca? Ah sialan! Aku harus pergi sekarang!""Aland, mau kemana kamu?""Aland, tunggu aku! Kamu tidak bisa meninggalkanku sendiri di sini!"Tetapi Aland sama sekali tak menghiraukan ucapannya. Dia segera memunguti satu persatu pakaian yang tercecer di bawah lantai dan memakainya.Aland mengambil dompet di kantung celana dan mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompet tersebut.Plak!"Ini bayaran untuk kamu! Aku harap ini menjadi yang terakhir!""Aland, Aland tunggu! Bukan itu yang aku inginkan dari kamu! Aland tunggu!"Seker
"Aku harus izin dengan Pak Aland sekarang!"Sekitar pukul 11 siang Kiara berada di ruang kerjanya dan dia rasa kalau sekaranglah waktu yang tepat untuk meminta izin.Dia mengemasi semua pekerjaan dan memasukan barang bawaannya ke dalam tas.Tok!Tok!"Masuk!" jawab Aland singkat."Selamat siang, Pak."Namun begitu Kiara masuk ke dalam ruang kerja sang direktur, Aland terlihat sedang telepon dengan seseorang membuat Kiara terpaksa menunda bicara sampai Aland selesai."Ah, kebetulan sekali kamu datang. Kiara sekarang kamu ikut denganku! Kita ke kantor polisi sekarang!""Hah, tapi Pak..., ke kantor polisi?""Iya, Polisi mengatakan kalau Sean sudah berhasil di tangkap! Polisi memintaku untuk datang guna untuk di mintai keterangan."Pusing sudah kepala Kiara, apa yang harus dia lakukan sekarang, menolah Aland untuk ikut dengannya rasanya tidak mungkin tapi di sisi lain, dia sudah berjanji pada Kezia untuk datang melihat rumah barunya.Kiara hanya menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak ga
"Kamu kenapa? Aku lihat sedari tadi terlihat cemas?""Em Pak, boleh tidak kalau aku izin untuk turun di sini?"Aland memicingkan matanya heran.Sepulang dari kantor polisi, mereka kembali ke kantor, di tengah perjalanan Kiara ragu untuk bicara pada atasannya itu."Turun di sini? Memangnya kamu mau kemana?""Hari ini aku ada urusan keluarga, Pak! Kakakku pindah rumah, dan aku sudah di tunggu di sana."Aland menyeringai kecil saat Kiara mengatakan kakaknya yang tak lain adalah wanita gila yang malam itu dia antar pulang.Dengan laki-laki yang sempat bersitegang dengannya."Kalau begitu biar sekalian kita jalan!""Tapi, Pak! Apa tidak merepotkan Bapak?""Katakan saja di mana alamatnya sekarang!""Ini, Pak alamatnya."Kiara menunjukan denah lokasi yang Kezia kirimkan setelah ponselnya di aktifkan.Beberapa panggilan darinya terlihat dalam daftar panggilan di aplikasi pesa
"Hai jagoan kecil, sedang apa kamu di sini sendirian?"Kelas sekolah Reza di bubarkan karena semua gurunya ada kegiatan bersama. Pihak guru sudah memberitahu pada semua wali murid untuk menjemput anaknya.Namun kini tinggal Reza yang duduk sendirian di depan sekolahan menunggu siapa yang akan menjemputnya. "Aku sedang menunggu Opa, Om ini siapa?"Semula wajah Reza terlihat takut pada orang yang tidak dia kenal. "Kamu nggak perlu takut! Om ini bukan orang jahat! Om ini teman Ibu kamu, Kiara.""Teman, Ibu?""Iya, teman Ibu. Bagaimana kalau kita menunggu sambil makan Ice cream di kedai sana."Ice Cream merupakan makanan favorit untuk Reza yang tidak bisa dia tolak.*****"Yah, hari ini biar aku saja yang jemput Reza."Tepatnya hari Sabtu sekitar pukul 10 pagi Kiara mencegah ayahnya untuk menjemput Reza seperti biasanya.Dia sengaja memanfaatkan hari liburnya untuk menghabiskan
"Sayang, sudah lama kita berumah tangga! Aku rasa benar apa yang di katakan oleh mereka, tidak ada salahnya kalau kita periksakan kesehatan kita di rumah sakit!"Kezia ragu saat Satya mengajaknya untuk periksa, tetapi apa yang sudah Satya berikan membuat dia tidak bisa untuk menolaknya."Periksa, Mas?""Iya, apa salahnya kita periksa, kalau memang tidak ada masalah, mungkin memang Tuhan menyuruh kita untuk lebih bersabar.""Ya-sudah, kapan kita ke rumah sakit?" tanya Kezia ragu."Sekarang! Mumpung aku tidak ada kerjaan hari ini"Mau tidak mau Kezia menuruti apa yang suaminya katakan.Serangkaian pemeriksaan telah dilakukan kini tinggal menunggu hasil cek dari dokter."Bagaimana Dokter, apa keadaan kami baik-baik saja?" Kezia terlihat gelisah menunggu hasil tes itu.Terlihat Satya yang jauh lebih santai karena sudah terbukti dia bukan laki-laki impoten.Dokter menarik nafas sebelum mengatakan ha
Tok! Tok!"Masuk!""Selamat siang, Pak! Pak Aland bilang hari ini ada yang mau di bicarakan. Apa, Pak?"Sebelum jam pulang Kiara menyempatkan ke ruang atasannya karena sedari tadi dia menunggu, Aland tidak kunjung memanggilnya."Kamu duduk!"Dengan ragu, Kiara duduk di sofa yang di tunjuk oleh Aland."Besok lusa, saya mau kamu yang temani ke Itali!""Aku?" Kiara terkejut."Iya kamu! Bukankah kamu itu sekretarisku? Jadi kamu harus ikut kemana pun aku pergi!"Kiara tersenyum kecut, dia sedikit tidak yakin apakah orang tuanya bakal mengizinkan? Pasalnya yang dia tau kalau ayahnya tidak suka dengan Aland."Kenapa? Kamu keberatan?""Oh, tidak, Pak! I-iya, Pak sa-saya bersedia!" pekik Kiara terbata."Bagus! Besok kamu free, lusa pagi sekali kita berangkat dari sini.""I-iya, Pak. Em, kalau begitu saya pulang dulu, Pak."Aland mengangguk, tetapi dia kembali memanggi
"Orang tuaku tinggal di Prancis, Iya, aku hanya tinggal dengan Bik Inah dan Pak Diki di sini." bu Marwah mengangguk."Apa yang sedang kalian bicarakan, kelihatannya seru sekali?" Kiara keluar setelah mandi.Dia terlihat begitu segar dengan rambut basahnya. Sesekali Aland mencuri pandang dan mengagumi dalam hati kalau sekretarisnya ini memang tidak buruk."Oh iya, Bapak, Ibu apa yang mau saya bicarakan dengan kalian!" Kiara mengerutkan alisnya.Mata mereka sempat saling pandang dengan hati Kiara yang bertanya-tanya apa yang mau di katakan oleh atasannya itu."Silahkan, Nak Aland apa yang mau di katakan?" Perlahan pak Susanto mulai beradaptasi dengan pengusaha muda yang semula dia anggap sombong ini."Lusa saya minta izin Kiara untuk menemani ke Itali! Ada perusahaan cabang yang harus aku datangi di sana."Bu Marwah dan pak Susanto saling pandang sesaat.Perasaan khawatir itu ada, tetapi mereka berusaha percaya me