Beranda / Romansa / Benih Rahasia Sang Pewaris / Bab 55. Kedatangan Belinda

Share

Bab 55. Kedatangan Belinda

Penulis: Vanilla_Nilla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-13 22:25:41

Aku memandangi sekeliling kamar dengan kebingungan. Mataku melirik ke arah tubuhku, dan aku melihat bahwa aku masih mengenakan pakaian. Syukurlah, itu artinya tidak terjadi apa-apa denganku semalam.

"Kenapa aku bisa tidur di sini? Perasaan tadi malam aku tidur di sofa?" gumamku dalam kebingungan.

Aku merenungkan kembali ingatanku semalam. Aku ingat bahwa aku sudah selesai menyelesaikan semua pekerjaanku dan menuju ke sofa untuk istirahat sejenak. Namun, rasanya seperti terdapat kekosongan dalam ingatanku. Aku tidak ingat bagaimana aku bisa sampai di kamar Keenan.

Aku mulai merasa sedikit gugup dan tidak nyaman berada di kamar Keenan. Selain itu, aku juga merasa was-was karena awalnya aku tidak ingat bagaimana aku bisa sampai ke kamar Keenan.

Aku mulai berpikir untuk segera meninggalkan kamarnya, namun ketika aku hendak keluar dari kamar Keenan, lelaki itu tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

"Kamu sudah bangun?" tanya Keenan setelah membuka pintu.

Aku hanya mengangguk. "Iya, aku … aku tida
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 56. Selalu Dihina

    "Tante Belinda." Aku merasa agak terkejut ketika melihat Tante Belinda sudah berdiri di hadapanku dengan tatapan tajam yang menyergap. Aku tidak begitu tahu sebenarnya mengapa dia datang ke apartemen ini. Apa mau mengunjungi Keenan atau ada urusan penting?"Tante, Keenan sudah berangkat bekerja," kataku dengan suara rendah, mencoba menjelaskan situasi."Siapa yang ingin bertemu dengan dia?" tanya Tante Belinda dengan nada sedikit ketus.Saat itu, Marissa, muncul tiba-tiba. Dia menghampiri kami dan tersenyum sinis ke arahku."Kami datang ke sini untuk bertemu denganmu," ujar Marissa dengan suara tegas, membuatku merasakan kebingungan dalam hanya sekejap.Aku hanya bisa menelan air liur karena terlalu khawatir dan cemas. Tante Belinda dan Marissa adalah dua orang yang sangat sulit diprediksi, dan aku merasa sedikit terancam dengan kehadiran mereka di sini.Tidak lama setelah itu, Tante Belinda dengan tergesa-gesa masuk ke dalam apartemen Keenan dan langsung memperhatikan ruangan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 57. Menemukan Titik Terang

    Pov. KeenanRapat siang mengenai tender proyek telah usai. Aku meninggalkan ruangan dengan perasaan yang cukup optimis. Aku menghabiskan waktu beberapa menit untuk mengucapkan terimakasih kepada para klien yang hadir dalam rapat tersebut sebelum meninggalkan ruangan.Hari ini merupakan hari yang cukup sibuk bagi diriku, sebagai pemilik perusahaan di bidang makanan dan minuman, aku harus memastikan keberhasilan perusahaan yang aku miliki dalam menerima tender proyek baru. Setelah rapat siang ini berakhir, aku keluar dari ruangan untuk menuju ruang kerjaku. Sesampainya di ruangan, aku langsung duduk di kursi kerjaku. Lantas, aku bertanya pada Bagas yang ada di hadapanku "Bagaimana menurutmu? Apa yang harus kita lakukan agar bisa memenangkan tender proyek ini?"Bagas memandangku dengan penuh perhatian, "Saat ini, banyak perusahaan makanan dan minuman yang bersaing untuk memenangkan tender kali ini. Kita harus memiliki strategi yang tepat dan unik agar dapat memenangkan proyek ini," jawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 58. Keadaan Kiara

    "Kiara, ya ampun!" Aku merasa panik ketika menemukan Kiara pingsan di lantai. Segera aku merubah sikap menjadi lebih fokus. Aku segera berjongkok dan memeriksanya. Namun, ia tidak menunjukkan tanda-tanda gerakan. Tubuhnya terlihat lemas dan matanya tertutup. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ingin aku menjerit minta tolong!"Kiara, bangunlah! Apa yang terjadi padamu?" seruku sambil menepuk-nepuk pipinya dalam usaha membangunkannya. Kiara terlihat basah kuyup, dan wajahnya sangat pucat.Aku segera menggendong tubuhnya ala bridal style, dan berlari menuju kamar. Aku meletakkan tubuhnya di atas kasur yang empuk, dan mencoba membangunkannya kembali. "Kiara, Kiara bangunlah!" Aku mencoba menepuk wajah Kiara lagi. Namun, Kiara tetap tidak merespon.Aku tidak tahu harus berbuat apa. Ingin rasanya aku menangis. Namun, aku tidak dapat melakukannya. Tak lama kemudian, aku ingat bahwa aku harus menelpon dokter untuk meminta bantuan.Gegas aku meraih ponsel yang ada di atas meja untuk sege

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 59. Kiara Sadar

    Aku menatap wajah Kiara yang masih terlelap di atas tempat tidur. Sudah dari kemarin dia belum sadarkan diri dan kondisinya membuatku khawatir. Namun, pagi ini tampaknya ada sedikit perubahan setelah dokter memberikan infus padanya.Sebagai orang yang merawat Kiara, aku harus mempersiapkan sarapannya. Aku ingat bahwa Kiara suka bubur ayam, jadi aku memutuskan untuk membuatkan bubur untuknya hari ini. Aku berharap Kiara cepat bangun dan semangat seperti biasa.Aku pergi ke dapur untuk memulai proses memasak. Namun, aku harus mengakui bahwa aku bukan seorang chef yang ulung. Aku menyalakan api kompor, menuangkan air, lalu menunggu hingga airnya mendidih. Setelah itu, aku menambahkan beras dan ayam cincang ke dalam panci.Sambil menunggu bubur matang, aku menjernihkan pikiranku dan berdoa semoga Kiara menjalani hari yang lebih baik dari sehari yang lalu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan keluarganya bila mereka tahu tentang kondisi Kiara, meskipun aku sudah menghubungi Bu Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 60. Membeli Baju Dinas

    “Kenapa pipi kananmu merah? Seperti terkena tamparan. Apa ada yang menamparmu?” tanyaku dengan penuh kekhawatiran.Kiara hanya tersenyum ramah. Dia menyentuh pipi kanannya dan bertanya, “Apa merah?”“Iya, seperti bekas tamparan. Apa kamu kena tampar?”Kiara terdiam. Aku mulai khawatir dengan keheningannya, dan berspekulasi ada masalah yang dia sembunyikan dari aku.“Oh, ini … mungkin karena terkena ujung meja saat aku pingsan kemarin,” ujarnya dengan wajah polos.Aku mengulurkan tanganku dan menyentuh pipinya. Sama sekali benar, pipinya terasa panas dan agak membengkak.“Serius? Terkena ujung meja? Apa tidak sakit?” tanyaku sambil menyentuh dengan lembut pipinya.“Em … tidak, hanya kebas saja,” jawab Kiara dengan wajah risih.Aku merasa heran karena Kiara tak merasakan sakit apa pun, tapi sepertinya, dia tidak ingin membahas topik ini lebih dalam. Aku mencoba untuk menawarkan bantuan. “Mau aku olesin obat?”Kiara menggeleng dan menjawab, “Tidak perlu.”“Tapi kalau tidak diobati bisa i

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 61. Rekaman CCTV

    Kiara menatapku dengan tatapan heran. “Kenapa kamu membeli lingerie?”Aku coba mencari alasan. “Emm … tadi karyawan toko yang menawari aku baju dinas. Aku pikir baju dinas untuk bekerja, tapi ternyata baju dinas untuk di atas kasur.”Mendengar jawabanku, wajah Kiara terlihat semakin heran. “Kenapa kamu tidak menolaknya? Kenapa kamu malah membelinya?”Aku hanya bisa menggaruk tengkukku sambil merasa kesal. “Sudahlah, tadi aku bingung, jadi asal ambil saja.”Kiara yang kesal kemudian mengambil lingerie tersebut dan memasukkannya ke dalam paper bag kembali. “Ya sudah, aku tidak mau ambil yang ini,” ujarnya sambil menyodorkan paper bag tersebut kepadaku.Aku tidak tega dan mencoba meyakinkannya, “Tapi aku sudah membelinya untukmu.”Kiara merasa enggan dan berkata, “Aku tidak mau, kamu bisa memberikannya kepada Marissa.”Aku merasa terdiam dan hanya bisa mengusap kasar wajahku dan meraih paper bag tersebut dari tangannya.Aku lantas menaruh paper bag tersebut di atas meja dan menuju Kiara

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 62. keputusan Keenan

    Aku datang ke rumah Mama dengan hati yang berat. Aku tak habis pikir mengapa Mama bisa menampar Kiara begitu saja. Aku mencoba mencari jawaban yang tepat. Setelah berpikir beberapa saat, aku segera menepikan mobilku ketika sudah berada di depan rumah Mama.Tanpa membuang waktu, aku langsung turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, aku melihat Mama yang tengah duduk di sofa dengan majalah yang ada di pangkuannya. “Mama.” Aku memanggil Mama dan Mama langsung menoleh sambil tersenyum begitu sangat manis.“Kenapa kamu tidak memberitahu Mama bila kamu akan ke sini?” tanya Mama sambil berdiri menghampiriku.“Aku ingin bertemu dengan Mama. Maaf bila aku tidak menghubungi Mama terlebih dahulu,” kataku dengan nada yang datar.“Tidak apa-apa, ada apa kamu ingin bertemu dengan mama?” tanya Mama.“Mama, kemarin Mama bersama Marissa pernah ke apartemenku, bukan?” tanyaku kepada Mama. Tapi ia hanya terdiam dengan apa yang sudah aku katakan kepadanya.Beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 63. Diantara Bahagia & Kecewa

    Aku memasuki kamar dengan hati yang berat, sepasang mataku melihat Kiara sedang tertidur pulas. Tanpa suara, aku menghampiri tempat tidur Kiara. Tidurnya begitu nyenyak. Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi damai yang hanya bisa aku lihat ketika ia sedang terlelap. Aku segera menutupi tubuhnya dengan selimut yang sudah terjatuh dari tubuhnya dengan pelan.“Selamat malam, Ara. Maafkan semua perbuatan Mama yang menyakitimu,” bisikku lirih di telinganya.Saat ini, aku teringat pada keputusanku untuk menyetujui tawaran Mama. Aku mengorbankan perasaanku untuk Kiara demi menyelamatkan hubunganku dengan Mama, dan terutama untuk menghindari Kiara dari cobaan yang lebih sulit. Meskipun hatiku hancur karena harus memilih antara dua orang yang sangat aku sayangi, aku tahu bahwa aku harus memilih yang terbaik untuk semuanya.Aku meraih tangannya perlahan, mengelusnya begitu lembut. “Maafkan aku karena segala sikap burukku padamu,” gumamku pelan. “Aku akan selalu mendampingi dan melindungimu. Apa pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03

Bab terbaru

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 105. Harapan Baru

    "Kiara, kamu baik-baik saja?" tanya Ibu yang sudah ada di dekatku.Aku mencoba tersenyum untuk meyakinkan Ibu, tetapi rasanya sulit. "Aku merasa mual, Bu. Mungkin kecapekan," kataku sambil mengelap wajah dengan handuk.Ibu mengerutkan kening. "Mungkin kamu perlu istirahat lebih. Kalau mual terus, kita periksa ke dokter, ya."Aku mengangguk pelan, merasa bersyukur memiliki Ibu yang begitu perhatian. "Iya, Bu. Aku istirahat dulu sebentar."Kembali ke kamar, aku berbaring di tempat tidur, berharap rasa mual ini segera hilang. Tapi di tengah kegelisahanku, pikiranku melayang ke satu kemungkinan yang tak pernah terpikir sebelumnya. Dengan hati-hati, aku mencoba mengingat kapan terakhir kali aku haid. Benar saja, sudah beberapa minggu terlambat.Jantungku berdebar lebih cepat. Apakah mungkin …?Aku memutuskan untuk menunggu hingga Keenan pulang dan membicarakan ini dengannya. Aku begitu cemas memikirkan semua ini. Aku mencoba memejamkan mata sebentar.Beberapa saat kemudian, aku terkesiap k

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 104. Kembali ke Butik

    Aku tak bisa menggambarkan betapa bahagianya hatiku ketika Keenan, lelaki yang sudah menjadi suamiku kini, memberiku kunci butik yang telah lama kutinggalkan. Keenan memintaku untuk kembali mengurus butik yang dulu aku bangun dengan susah payah. Dengan perasaan yang begitu haru dan sekaligus bahagia, aku mengingat mimpi lamaku menjadi seorang desainer. Mimpi yang tak mudah kugapai, namun penuh perjuangan dan kerja keras. Enam tahun lalu, aku berangkat ke Singapura, dan menghabiskan waktu selama lima tahun untuk belajar dengan para desainer terkenal di sana. Keputusan itu diambil dengan penuh keberanian, meninggalkan semua yang kucintai di Indonesia, termasuk Keenan, lelaki yang sangat aku cintai. Aku membawa Ayah yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Meski berat, aku yakin bahwa kesempatan ini akan membuka pintu yang lebih besar di masa depan, dan Ayah pasti akan sembuh. Namun, rencana Tuhan berbeda dengan harapanku. Satu tahun setelah berada di Singapura, aku menerima kabar d

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 103. Kunci Butik

    Marissa hanya tertawa sinis mendengar perkataanku. "Haha, kembali seperti dulu?" katanya dengan nada sinis. "Apakah kamu tidak melihat bagaimana aku sekarang, Kiara? Aku berada di tempat yang kotor dan hina. Aku kehilangan segalanya. Tapi kamu, kamu malah hidup enak dan memiliki segalanya yang seharusnya menjadi milikku!" Aku terkejut dan sedih mendengar kata-kata Marissa. Aku bisa merasakan kekesalan dan kebencian yang terpendam di balik kata-katanya. Namun, aku mencoba untuk tetap tenang dan memahami perasaannya. "Marissa, aku sangat menyesal melihat kondisimu sekarang," ujarku dengan suara lembut. "Sebagai teman, aku ingin membantumu agar bisa bangkit dan memulai kembali. Aku ingin membuka lembaran baru bagi kita semua." Marissa memandangku dengan tatapan tajam. "Bukankah kamu bisa memahami betapa sulitnya posisiku?" katanya dengan emosi yang masih terasa dalam suaranya. "Kehidupan ini tidak adil, tidak adil bahwa aku harus berada di tempat seperti ini sementara kamu hidup dalam

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 102. Menemui Marissa

    Kesempatan untuk bertemu dengan Marissa akhirnya terbuka bagiku, dan hatiku bergetar dengan rasa bahagia dan cemas. Meskipun Marissa telah melakukan kesalahan yang besar terhadap kami, aku tidak bisa melupakan masa-masa indah yang kami lewati bersama saat kami masih sekolah dulu. Kami adalah teman baik, berbagi tawa, cerita, dan impian bersama. Sekarang, dengan keputusanku untuk menemui Marissa, aku berharap kami bisa memulihkan hubungan yang ada di antara kita.Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Aku bersiap untuk pergi menemui Marissa, memilih pakaian dengan hati-hati, mencoba tampak tenang dan berbicara dengan hati yang terbuka. Aku berdoa agar pertemuan ini bisa membawa kedamaian dan kesembuhan baik bagi diriku maupun Marissa.Sepasang tangan kekar tiba-tiba merangkulku dari belakang, menyapu rasa kantukku dengan kehangatan yang akrab. Aku tersenyum dan berbalik memandang Keenan yang sudah bangun tidur, selalu ada dalam pelukannya."Kenapa kamu tidak membangunkanku?" tanya Keenan de

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 101. Malam Hangat

    Aku melepaskan sedikit rasa kantukku saat melihat seorang lelaki dengan tangan kekar yang memeluk perutku. Senyuman terukir di wajahku ketika aku menyadari bahwa itu adalah Keenan, suamiku yang tidur di sampingku. Matanya yang tertutup oleh bulu alis yang tebal begitu indah, hidungnya yang mancung memberikan pesona tersendiri.Dalam keadaan itu, aku tertegun sejenak, mengamati wajahnya yang damai saat terlelap. Rasa cinta yang mendalam muncul dalam hatiku, melihat Keenan sebagai sosok yang melengkapi hidupku.Teringat akan janji pernikahan kami yang baru terucap beberapa hari yang lalu, saat kami bersatu menjadi suami istri. Hanya Tuhan yang tahu betapa aku bahagia bisa berbagi hidup dengan Keenan, orang yang telah berada di sampingku sejak lama.Aku mencium udara pagi dengan perasaan yang penuh syukur. Aku merasakan kehangatan dan keamanan dalam pelukan Keenan. Rasa terima kasih terucap dalam hatiku, untuk kami berdua dan keberuntungan yang telah Tuhan anugerahkan kepadaku.Sejenak a

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 100. Lingerie Merah

    Keenan mengangkat kepalanya dan tiba-tiba mencium bibirku dengan lembut. Suasana di apartemen Keenan menjadi hening, hingga hanya terdengar detak jarum jam yang mengisi ruangan. Aku terbuai dalam kelembutan ciumannya, merasakan kenyamanan yang timbul dan melupakan segala sesuatu di sekitar kami.Namun, aku segera menyadari situasi kami dan mendorong tubuh Keenan agar menjauh dariku. "Apa kita akan melakukannya di sini?" tanyaku, hatiku berdebar ketika mengingat keberadaan kamera CCTV di ruangan ini.Keenan bangun dari posisi tidurnya dan duduk di sampingku. "Memangnya kenapa kalau di sini? Di apartemen ini hanya ada kita," ucapnya dengan senyuman.Aku menunjuk ke arah CCTV yang terpasang di sudut ruangan. "Lihatlah, ada CCTV di sini. Aku tidak ingin kegiatan kita terekam dan diketahui oleh orang lain."Keenan hanya tersenyum dan mengangguk mengerti. "Baiklah, aku akan membawa tuan putriku ini ke kamar. Di sana kita bisa bebas dan tenang," ucapnya sambil mengangkat tubuhku dengan lembu

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 99. Kembali ke Apartement

    Keenan terlihat kesal karena Kenzie belum tidur hingga malam tiba. Sudah berbagai cara Keenan lakukan agar Kenzie bisa tidur, tetapi nyatanya semua usahanya tak berhasil membuat anak kami tertidur. Aku hanya tersenyum melihat wajah kesalnya. Mulai dari saat kami meninggalkan kamar hotel hingga sekarang, ketika kami sudah berada di apartemenku, Keenan masih terlihat murung. Ya, setelah hari pernikahanku dengan Keenan selesai, kami memutuskan untuk kembali tinggal di apartemen yang pernah aku beli dulu. Kenzie begitu sangat bahagia ketika kami memutuskan untuk kembali lagi ke apartemen ini. "Terima kasih, Tante Sissi, sudah mau memberi tumpangan kepada kami," kata Kenzie, berlari ke arah Sissi dan memeluknya erat. "Sama-sama, Ken. Tante Sissi juga senang bisa membantu kalian bertiga. Apalagi rumah tante Sissi jadi ramai. Oh iya, lain kali kamu juga bisa main ke rumah tante Sissi." Kenzie melepaskan pelukannya. "Terima kasih, Tante. Aku sangat sayang pada Tante. Maafkan aku yang sela

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 98. Malam Kedua

    "Kenapa? Apa yang kamu bicarakan dengan Om Beni?" tanyaku pada Keenan setelah ia mengakhiri sambungan teleponnya dengan ekspresi yang terlihat agak cemas."Tidak apa-apa, Om Beni hanya mengucapkan selamat kepada kita," jawab Keenan sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana."Para tamu sudah pulang semua?" tanyanya sambil memandang sekeliling ruangan yang sudah kosong.Aku mengangguk. "Sudah pada pulang. Kenzie juga sudah pergi bersama Sissi dan Bagas.""Pergi ke mana?" tanyanya penasaran."Kenzie bilang dia ingin beli es krim.""Malam-malam begini?" tanyanya terlihat agak cemas.Aku mengangguk. "Ya, Kenzie selalu menginginkan sesuatu dan Sissi akhirnya merasa kasihan padanya, jadi dia membawa Kenzie untuk membeli es krim.""Tapi nanti giginya sakit lagi," ujar Keenan sambil menggeleng."Aku juga sudah melarangnya, tapi kamu tahu sendiri Kenzie pasti akan merengek terus."Keenan mengangguk setuju, tapi ekspresinya terlihat agak khawatir. "Ya, itu masalahnya. Tetapi, sepertinya m

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 97. Hari Pernikahan

    "Iya, itu memang cincin yang aku dapatkan dari pelelangan," jawab Keenan sambil tersenyum menatapku.Aku merasa bingung mengapa Keenan memberikan cincin itu kepadaku. "Tapi … kenapa kamu memberikannya untukku?" tanyaku yang masih bingung."Kiara, cincin itu adalah turun-temurun dari nenek moyang kami dulu, dan sekarang cincin itu memang sepantasnya untukmu," terang Tante Belinda."Tapi … kenapa harus untukku, Tante?""Mommy, kenapa Mommy terlihat bingung? Mommy sudah melahirkan aku, jadi cincin itu sekarang Mommy yang simpan. Kalau nanti aku udah besar, Daddy bilang nanti cincin itu aku yang simpan, iya, 'kan, Daddy?" ujar Kenzie dengan polos."Lihat, anakmu saja mengerti, kenapa kamu tidak mengerti," terang Keenan."Jadi … maksudnya, kamu ….""Iya, malam ini, aku ingin melamarmu, Kiara. Di depan keluarga kita," ucap Keenan yang membuatku tersipu malu. "Kamu mau 'kan menikah denganku, kita membesarkan Kenzie bersama?"Aku melihat ke arah Ibu, Ibu mengangguk tanda setuju, lalu aku meli

DMCA.com Protection Status