Diberi janji-janji dan ancaman membuat Kayla dilema. Kedua kakak laki-lakinya sama-sama memintanya mencari barang seserahan untuk Tari. Arbian menjanjikan satu set perhiasan keluaran terbaru jika hasil kerjanya memuaskan. Berbeda dengan Yudha yang mengancam akan memastikan Kayla akan menerima seserahan yang sama persis atau mungkin lebih buruk dari pilihannya untuk Tari.Yudha seakan mampu menebak niatnya. Lebih tepatnya perintah mamanya yang tidak rela memberi barang seserahan yang mahal dan bermerek untuk calon menantunya. Akan tetapi, membayangkan dirinya diolok teman-temannya karena mendapat barang seserahan yang biasa saja dan murah, membuat Kayla terpaksa menghianati mamanya.“Terserah deh kalau nanti mama marah. Kan, yang bayar semua juga Mas Yudha,” gumam Kayla menggesek kartu debit kakaknya.Seingat Kayla, ini pertama kalinya ia berbelanja hingga belasan juta dalam sehari. “Lagi borong banyak nih?” sapa salah satu karyawan toko yang merupakan teman Kayla.Kayla menggeleng lal
Seakan tak bernyali menghadapi keras kepala putranya. Lusiana hanya bisa pasrah dan memendam amarah. Senyum palsu sudah berkali-kali ia berikan pada tamu-tamunya. Rasanya lelah sekali bersandiwara sebagai orang yang bahagia atas pernikahan putranya.Berbeda dengan suaminya, Rudi Giriandra tampak begitu bahagia. Bukan hanya karena salah satu buah hatinya kini telah menikah, tapi juga karena memiliki menantu yang santun. Bagi pemilik Perusahaan AG Tekstil itu, lebih sulit menemukan gadis yang memiliki kepribadian baik dibandingkan yang cantik rupa dan bergelimang materi.Jika ada yang menduga Arbian bersedih karena dilangkahi oleh adiknya, mereka salah besar. Arbian justru lega karena keputusan Yudha itu justru meringankan bebannya. Orang tuanya sudah mendapatkan menantu. Mungkin tahun depan akan mendapat cucu, karena Yudha mengaku tak akan menunda untuk punya anak.Namun, sedikit berbeda dengan Kayla. Gadis itu merasa gamang. Ayah dan kedua kakaknya terlihat baha
Di antara meja tamu, ada hati yang meradang karena terbakar api cemburu. Menatap Tari dan Yudha penuh kemarahan. Dialah Ayana, gadis yang hingga detik ini belum juga rela akan keputusan mendadak Yudha.Pulang dari kegiatan seminar di Singapura, tiba-tiba saja mendapati undangan pernikahan Yudha dan Tari di atas mejanya. Padahal, ia hanya pergi selama sepekan. Ia benar-benar merasa hancur saat tahu Yudha dan Tari ternyata sudah melangsungkan ijab qabul dua hari setelah nikah kantor."Kok Yudha nikahnya mendadak sih? Nggak mungkin kecelakaan sama Tari, 'kan?" tanya salah seorang teman SMA Yudha.Lima orang yang duduk di lingkaran meja itu saling lirik. Tak ada satu pun yang tahu alasannya. Bahkan sahabat Yudha yang baru pulang dari luar kota pun merasa terkejut. Sejak dulu Yudha memang sulit ditebak."Beberapa minggu lalu Yudha emang sempat bilang mau nikah. Gue tanya sama siapa? Dia bilang masih rahasia, karena hubungan sama doinya juga m
Ini bukan hari pertama Tari menjadi istri Yudha. Beberapa hari lalu karena kekeraskepalaan pria itu, mereka menikah secara agama lebih dulu. Tak ingin menimbulkan fitnah dan persepsi buruk, Tari memilih tetap berada di panti sebelum resepsi mereka digelar. Namun, hari inilah ia resmi menyandang gelar sebagai Nyonya Yudha Giriandra dan memiliki buku nikah. Menjalani prosesi sejak pagi, akhirnya perlehatan panjang itu berakhir sore ini. Rudi dan Lusiana memboyong menantu mereka pulang. Di mata banyak orang, Tari tentu menjadi gadis beruntung. “Malam ini, kita menginap di rumah papa. Besok siang atau sore, baru kita batalion. Rumah dinasku belum siap,” ucap Yudha menyandarkan tubuh lelahnya. “Siapa suruh nikah dadakan!” batin Tari menggerutu. Tari hanya mengangguk dan merasa cukup lega karena tidak harus seatap dengan mertuanya. Setidaknya Yudha cukup mengerti situasi. Bukannya Tari tidak ingin tinggal bersama dan merawat mereka. Hanya saja, Tari tidak yakin bisa bernapas di rumah meg
“Benapas, Tari,” bisik Yudha yang melihat wajah istrinya berubah pucat. Bisikan itu mengembalikan kesadaran Tari sepenuhnya. Spontan gadis bersurai panjang itu meraup napas serakah. Seakan-akan ini adalah kesempatan terakhir dirinya bernapas. “Mau lagi?” tawar Yudha sudut bibirnya yang berkedut. Tari melotot tajam lalu mencengkram kerah kemeja Yudha. “Kamu beneran Kapten AD atau … vampir?” “Suamimu. Ini baru CST praktik pertama. Berikutnya kamu harus lebih peka dengan keadaan sekitar. Jangan sampai kamu diintai atau dimata-matai orang, tapi kamunya tidak sadar,” ujar Yudha. “Ya atuh ... pengantin baru harus peka keadaan. Laen kali, jangan lupa konci pintunya baru buat serangan, Aden,” komentar salah satu ART yang tadi diminta Yudha membuat jus. “Bibi sejak kapan ada di situ?” tanya Yudha menahan malu. Bi Darmi benar-benar memergokinya. Kenyataannya, ia sendiri tidak peka dengan keadaan sekitar. Sejak berdiri di belakang
Tari dengan cekatan membantu Bi Darmi menata berbagai menu makanan di meja makan. Karena kegiatan sore tadi, Tari sampai menghabiskan waktu cukup lama di kamar mandi. Ia sampai takut Yudha kembali menjahilinya. belum lagi bibirnya terasa kebas karena dilumat tanpa ampun.Dengan alasan takut kehabisan waktu, Tari salat Magrib lebih dulu. Yudha sama sekali tidak marah dan mereka sepakat untuk shalat berjamaah bersama saat shalat Isya nanti. Sejauh ini Tari bisa menyimpulkan jika suaminya adalah tipe orang yang cukup mudah berkompromi dengan kondisinya. Tanpa Tari sadari jika Yudha tahu dirinya sengaja menghindar.Seluruh anggota keluarga sudah duduk bersama di meja makan. Tersisa Yudha yang masih menerima telpon dari atasannya. Beliau ingin mengonfirmasi kapan Yudha siap kembali batalion dan menempati rumah dinasnya.“Tolong ambilkan sup ayam kampung buat menantu saya,” bisik Lusiana pada Indah, putri Bi Darmi yang juga merupakan ART-nya. Gadis 21 tahu
Arbian menggeleng pelan mengira adiknya kembali ingin pamer kemesraan sebagai pengantin baru. Rudi turut bersuara dengan mendukung Tari. Takut jika istrinya kembali tersinggung karena sudah menyiapkan sup itu khusus untuk menantu mereka. Berbeda dengan Kayla yang merasa ada yang tidak beres setelah melihat Indah sejak tadi mengintip dengan resah.“Apa di sup itu mama menambahkan sesuatu?” batin Kayla menebak jika mungkin saja sup itu keasinan.Drama memperebutkan mangkuk itu masih berlanjut. Akan tetapi, Yudha tak kehabisan akal. Dengan gerakan cepat ia menyolek pinggang Tari sehingga istrinya terkesiap. Mangkuk sup itu kini berhasil diambil alih oleh Yudha.“Patuh sama suami,” bisik Yudha yang menambah lauk ikan fillet ke piring makannya sebelum disodorkan ke hadapan istrinya.Tari akhirnya pasrah melihat Yudha makan supnya dengan tenang. Di bawah meja, tangan kiri Yudha terkepal kuat. Ingin rasanya ia menggebrak meja mel
Yudha tidak bisa membayangkan jika kondisi Tari sakit dan mengalami penyakit serius. Rencananya untuk secepatnya melakukan proses bayi tabung akan tertunda. Lebih dari itu, mungkin saja bisa membuat nyawa Tari melayang. “Yudha, mama min-” “Mama tidak perlu minta maaf karena Yudha rasa, Mama tidak menyesalinya,” potong Yudha menahan geram. Rasanya ingin sekali meninju tiang rumah ini sampai roboh. “Aku menyesal mengikuti keinginan kalian membawa istriku pulang ke rumah ini. Mama tenang saja, Tari tidak akan membalas Mama. Apa Mama tahu alasannya?” tanya Yudha tanpa menoleh. “Pasti takut tidak kebagian warisan. Iya, ‘kan?” tebak Lusiana yang juga sudah lelah bersandiwara. Belum sampai 24 jam seatap dengan menantunya, sandiwara Lusiana sudah berakhir. Yudha menoleh lalu berkata, “Bukan, sama sekali bukan karena itu, Ma.” “Terus apa?” tantang Lusiana. Seperti biasa, dagunya sudah terangkat naik seperti menantang lawan bicaranya. “Tari bukan wanita picik. Dia tidak mata duitan sepert