Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 93B. Pesan Singkat

Share

Bab 93B. Pesan Singkat

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 14:30:17

"Di laci lemari pakaian mamah. Tadinya aku gak berani baca tapi penasaran. Hehehe ...." Yuda mengusap kepala anaknya yang baru ditemukan.

"Pah, ternyata Papah cinta pertamanya mamah, ya? Mamah kayaknya cinta banget sama Papah."

Senyum yang sebelumnya merekah di bib1r Yuda. Mendadak sirna. Yuda tersenyum getir ketika mengingat perjalanan cintanya bersama Dania. Keindahan dan kebahagiaan yang sempat dirasakan Dania dan Yuda harus hilang dalam sekejap mata ketika Dania dicvlik orang.

"Iya, Nak. Bukan cuma mamahmu yang cinta sama Papah, Papah juga sangat mencintai Mamahmu. Tapi sayang, usia Mamahmu enggak panjang. Kebahagiaan yang sempat kami rasakan, hilang begitu saja hanya dalam hitungan hari." Pandangan Yuda lurus ke depan. Bayangan masa lalu bersama Dania kembali melintas. Meski Yuda sudah berusaha melupakan Dania, tapi dia tetap gagal. Tetap tidak bisa melupakan wanita yang telah melahirkan Nida itu.

"Hm ... Papah jangan sedih terus. Mamah pasti sekarang lagi di surga. Kata Bi Ru
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 94A. Sepakat

    Yuda duduk bersandar pada kursi kebesarannya. Pandangan mengabur karena air mata yang tertahan. Pantas saja, tadi pagi Yuda melihat Gita melakukan kebiasaan buruk lagi. Ternyata dia sudah membaca pesan singkat yang dikirim Nida. Hati Yuda langsung mencelos, benar-benar tak menyangka pada akhirnya Gita mengetahui sendiri kalau Nida sudah berada di tengah-tengah keluarga Bragastara. "Sekarang aku harus melakukan apa? Apa aku harus tetap pura-pura tak mengetahui kalau Gita sudah tahu ada Nida di rumah Pak Daniel? Atau aku lebih baik minta maaf dan menjelaskan kalau bukan aku yang mencari keberadaan Nida apalagi mengajak datang ke rumah Daniel?" gumam Yuda pada diri sendiri. Dia sangat bimbang harus mengambil keputusan apa. Satu sisi, ada baiknya Yuda pura-pura tidak tahu kalau Gita telah membaca pesan singkat Nida. Ada baiknya juga ia mengakui dan memberitahu Gita kalau Nida datang sendiri ke kantor Daniel. Sepanjang hari, Yuda berusaha keras memfokuskan pikiran pada pekerjaan. Tetapi,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 94B. Sepakat

    Sedari tadi, pandangan Gita selalu saja mengitari sekeliling. Bianca sendiri merasa aneh pada ibu kandung Evan itu. Sekarang saja, Gita sedang berjalan ke samping rumah Bianca seorang diri, dekat kolam renang."Van, Mamah kamu nyariin apa sih?" tanya Bianca pada Evan yang sedari tadi diam-diam memerhatikan gelagat Gita. Sedangkan Namira, hanya diam, tak ingin menduga-duga yang dilakukan Gita di rumahnya. "Enggak tau. Aku enggak tau. Mungkin Mamah mau liat lokasi yang cocok buat nanti kita nikah," jawab Evan asal. Tapi, jawaban Evan itu justru membuat kening Bianca mengkerut. Dia juga bingung kenapa dari tadi Gita seperti mencari sesuatu atau seseorang. Tingkahnya tidak seperti biasa. Sangat mencurigakan. Di dekat jendela yang menuju kolam renang, Namira tak tahan melihat tingkah Gita yang menurutnya sudah tidak sopan. Bahkan tadi Gita sempat membuka pintu kamar tamu di rumah ini. Menurut Namira sudah sangat keterlaluan. Akhirnya Namira datang menghampiri Gita yang berdiri di dekat k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 95A. Aku Mau

    Gita menyeringai penuturan yang diucapkan Namira. Wanita itu tak memungkiri kalau dirinya sempat terkejut mendengar perkataan Namira yang sudah mengetahui rahasia yang dia sembunyikan selama ini."Apa omongan kamu bisa dipercaya?" Tak serta-merta Gita menyetujui kesepakatan yang diucapkan Namira. Istri Daniel itu kedua alisnya bertaut. Dia pikir Gita akan langsung setuju, ternyata tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan."Terserah Tante, percaya atau enggak." Namira tak gentar, tak juga memaksa. Kartu AS ada di dirinya. Sedikit pun Namira tidak merasa takut Gita percaya atau tidak. "Oke. Anggap aja aku percaya pada omonganmu. Lalu, kalau sampai rahasia ini sampai di telinga Daniel atau Nida tanpa sepengetahuanmu justru memberitahu Daniel, apa yang akan kamu lakukan?""Enggak ada," jawab Namira cepat. Gita terkejut, heran bercampur tak mengerti jalan pikir Namira. "Kenapa begitu? Kamu gak membelaku nantinya?" Gita seperti tak terima jika Nida nantinya akan membongkar rahasiany

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 95B. Berkunjung

    "Nida, kamu udah yakin mau pindah sekolah?" tanya Daniel ketika mereka sedang berada di tengah perjalanan menuju kota Bogor. "Sangat yakin, Om. Aku pengen pindah sekolah soalnya ... hm ... di sekolah lamaku, aku sering di-bully. Sering dibilang anak haram-lah, anak yang gak diinginkan-lah." keluh Nida pada Daniel yang terkejut mendengarnya. "Benarkah? Kamu sering dibilang begitu sama teman-temanmu?" tanya Daniel tidak menyangka kalau keponakannya menjadi korban bully di sekolah."Iya. Bukan cuma sama teman-teman. Sama masyarakat di sekitarku juga sering dibilang gitu tapi enggak apa-apa kok, Om. Aku udah biasa dibilang kayak gitu lagipula kenyataannya enggak kayak gitu, kan? Aku bukan anak har4m, aku bukan anak yang enggak diinginkan atau aku bukan anak yang sengaja dibuang. Benar kan, Om?"Dalam hati, Daniel merasa sangat bersalah. Dia telah membiarkan Nida mengalami hal buruk seperti itu. Andai saja dari dulu Daniel berusaha lebih keras lagi mencari keberadaan Nida, pasti gadis ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 96. With You

    "Jadi, Pak Daniel bagian dari keluarga Nida?" suara parau itu bertanya. Bu Fatma sangat tak menyangka ternyata nama yang dulu sering diceritakan suaminya ada ikatan saudara dengan Nida. "Iya, Bu. Nida ini ... anak kandung almarhumah adik saya.""Astaghfirullah ... benarkah, Pak?" Bu Fatma sangat terkejut mendengar kenyataan itu. Andai saja dari dulu ia berikan alamat perusahaan Daniel, mungkin sudah sejak lama Nida hidup bahagia."Benar, Bu. Kedatangan saya ke sini juga mau mengurus surat-surat perpindahan sekolah Nida. Saya akan menyekolahkan dia di Jakarta."Pandangan Ibu Fatma beralih pada Nida yang menunjukkan raut wajah sedih. "Nida, alhamdulillah akhirnya kamu menemukan saudara kandungmu. Ibu sangat bersyukur, Nak."Nida pindah tempat duduk, duduk di sebelah Ibu Fatma, lalu memeluk tubuh wanita yang telah merawatnya dengan baik. "Iya, Bu ... maafin aku ya? Aku ... aku gak bisa temenin Ibu di sini lagi." Air mata Nida tak dapat dibendung. Mereka berpelukan sambil menangis. D

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 97A. Perhatian Yuda

    Pekerjaan Yuda sudah selesai pukul sepuluh malam lewat lima belas menit. Ia membalikkan badan ke kanan dan ke kiri. Memutar kepala ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya sangat pegal. Yuda menyandarkan punggung, kedua matanya terpejam. Bayangan Gita sewaktu mer0kok tadi pagi, membuatnya semakin merasa bersalah. Wanita itu jarang sekali mengungkapkan luka dalam hatinya apalagi jika di depan Evan. Selalu tampil ceria dan bahagia. "Apa aku menjauhi Nida saja? Tapi, kasihan dia. Nida baru bertemu denganku. Baru menemukan sosok ayah. Kalau aku dekat dengan Nida, bagaimana dengan keadaan Gita? Sekarang hatinya pasti sedang terluka," gumam Yuda sebelum meninggalkan tempat yang selama ini menjadi ladang mata pencahariannya. Yuda merapikan beberapa dokumen dan berkas-berkas penting. Sebagian ia masukkan ke dalam tas kerja, sebagian lagi ia simpan di kantor. Kemudian, Yuda bergegas pulang. Dia sudah memutuskan tidak akan menemui Nida terlebih dulu. Yuda ingin segera sampai rumah. Di dalam mobil, ket

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 97B. Dibatalkan

    Gita tak membantah, ia menerima suapan demi suapan dari Yuda. Meski hatinya begitu terluka melihat kedatangan Nida di tengah keluarga Bragastara. Bukan hanya terluka, Gita juga sangat takut kalau rahasianya selama ini akan terbongkar dan DAniel serta Yuda akan membencinya. "Aku minta maaf, udah membuat hatimu terluka lagi," ucap Yuda datar, memandang wajah Gita penuh kesedihan. Gita tak menanggapi, ia hanya merunduk. Hatinya tak bisa berbohong, sikapnya tak bisa seperti biasa. "Gita, apa kamu marah?" Lagi, Yuda kembali bertanya tapi tenggorokan Gita seperti tercekat. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Usai menyantap makan malam bersama Gita. Yuda tidak ingin istrinya itu bersikap dingin seperti ini. Yuda meraih kedua telapak tangan Gita, menggenggamnya erat. Lalu, mengecvp punggung tangan Gita cukup lama. "Dulu, aku pernah melakukan kesalahan yang besar. Kesalahan yang sampai sekarang membuatku sangat menyesal. Aku pernah berjanji, enggak akan melukai hatimu lagi, Gita," uj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 98A. Memprioritaskan

    Yuda sangat terkejut mendengar permintaan istrinya. Satu hal yang membuat Yuda tak menyangka, Gita meminta membatalkan perjodohan antara Evan dan Bianca. Sekarang mereka sudah saling mencintai, mana mungkin Yuda tega memisahkan mereka?"Kenapa, Mas? Kamu ragu?" tanya Gita menarik kedua telapak tangannya dari genggaman Yuda. Lelaki itu tergagap, mengubah posisi duduk dan menarik napas, berusaha menetralisir kebimbangannya. "Sayang, jangan begitu. Kasihan Evan dan Bianca. Hubungan mereka jangan dilibatkan dalam masalah ini. Mereka udah saling mencintai, Sayang." Dengan lemah lembut, Yuda berusaha membujuk Gita. Dulu, Yuda pernah merasakan terpisah dari kekasih hati. Terpaksa dipisahkan dari seseorang yang dicintai. Kini, dia tidak mau Evan mengalaminya. Cukup dirinya saja yang dulu tersiksa karena cinta. Raut wajah Gita tampak tak suka dengan penolakan Yuda. Bibirnya mencebik, memutar kedua mata malas. Hatinya terus saja menduga kalau Yuda tidak setuju dengan sarannya karena dalam ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 221. Gara-gara Kamu!

    "Dari tadi aku teleponin enggak aktif nomornya, Bang."Alea semakin mencemaskan keadaan kakaknya. Dia tidak tahu lagi kemana mencari keberadaan Axel. "Lea, coba kamu tanya ke temen-temennya. Barang kali aja mereka ada yang tau. Sekarang Abang enggak bisa bantu nyariin Axel. Kamu lihat sendiri, pengunjung lagi banyak.""Iya, Bang. Enggak apa-apa. Ya udah deh, aku pamit dulu."Alea membalikkan badan, menghampiri Nida yang duduk di salah satu kursi cafe. "Tante, Kak Axel enggak ada di sini," ujar Alea menunjukkan raut wajah lesu. "Kemana?""Enggak tau. Handphone-nya juga enggak aktif.""Coba kamu tanyain ke teman-temannya. Kali aja ada yang tau."Nida memberi saran sebab ia juga tidak tahu tempat yang biasa Axel kunjungi. Tempat tongkrongannya. "Aku enggak punya nomor teman-teman Axel," jawab Alea cemberut. Pikirannya mengingat tempat yang biasa Axel kunjungi selain cafe. "Alea, mungkin enggak, kalau Axel udah kembali pulang ke rumah?"Alea mendongak, menatap lekat Nida. "Benar jug

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 220. Kemana Perginya?

    Ibu Ros sangat geram mendengar jawaban anak sulungnya. Tidak menyangka jika Hanif membantah perintahnya. Selama ini, Hanif selalu mengabulkan segala perintah ibu Ros. Tapi sekarang, dengan berani Hanif menolak?"Berani sekali kamu nolak perintah Mama, Hanif?" sentak ibu Ros masih tak terima dengan jawaban Hanif. "Ma, kalau Mama minta uang, minta ini dan itu, aku pasti kabulin. Tapi kalau minta aku nikah lagi atau ceraikan Nida, aku minta maaf, Ma. Aku enggak akan pernah mengabulkannya!" Hanif masih dalam pendiriannya. Tidak akan pernah menceraikan Nida walau ibu Ros sendiri yang mendesak. "Hanif, Nida udah izinin kamu. Dia izinin kamu nikah tapi---""Tapi, aku harus menceraikannya dulu 'kan?" sela Hanif sebelum ibu Ros menyelesaikan ucapannya. "Enggak, Ma. Aku enggak akan menceraikannya."Tanpa berkata apa-apa lagi, Hanif beranjak, meninggalkan wanita yang telah melahirkannya. Ia tak mau berdebat lebih lama lagi. Hanif takut semakin tersulut emosi. Walau bagaimana pun, ibu Ros adal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 219. Menolak

    "Maaf, Tante. Teleponnya nanti lagi, ya? Guruku udah datang. Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam."Untung saja guru Kimia datang ke kelas Alea. Kalau tidak? Alea bingung menjawab pertanyaan Nida. Usai menelepon Alea, Nida bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Setelah menemani Shella bertemu dengan klien, Nida berencana akan ke sekolah si kembar. Ingin memastikan apakah Axel masuk sekolah atau tidak? Biar bagaimana pun, Nida lah yang memberitahu tentang kebenaran kedua orang tua Axel dan Alea. Hingga akhirnya sekarang Axel kabur dari rumah. Tiba-tiba Nida teringat Bianca. Apa Bianca akan marah padanya? Tadi sewaktu melewati ruangan Bianca, tampak sepi. Apa mungkin Bianca tidak masuk kantor?*** "Hanif, kamu udah pulang, Nak?" tanya ibu Ros ketika anak kandungnya berdiri di depan pintu rumah. Ia mencium punggung tangan ibu Ros meski sempat kecewa dengan wanita yang telah melahirkannya itu. "Udah, Ma. Aku mau ke kamar dulu," seloroh Hanif yang berusaha menghindar ibu Ros. Ia takut kala

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 218. Tinggal Di Mana?

    Semenjak kejadian kemarin, rumah Bragastara terasa sepi. Tidak ada lagi keributan antara Axel dan Alea. Bianca tak sanggup jika di rumah terus, mengingat kemarahan Axel padanya. Axel yang selama ini dianggap adik sendiri, kini amat sangat kecewa padanya. "Kamu mau ke kantor?" tanya Evan setelah mengenakan jas. Evan pun sudah memutuskan berangkat ke kantor meski kondisi kesehatannya belum terlalu pulih. "Iya. Aku mau ke kantor saja. Di rumah sepi. Enggak ada anak-anak." Jawaban Bianca membuat kedua pundak Evan menurun. "Bi, berhentilah menganggap mereka anakmu. Axel dan Alea itu adik-adikmu," tandas Evan, sangat kesal setiap kali Bianca ingin dianggap orang tua oleh mereka. "Apa salahnya kalau aku ingin dianggap mamanya? Apa ada yang salah?" tuntut Bianca menatap penuh emosi suaminya. "Enggak salah kalau dari awal kamu bilang yang sebenarnya, Bi ... sekarang lihat mereka. Akibat keputusanmu, Axel membencimu. Apa kamu enggak sadar juga?"Emosi dalam diri Evan sudah tidak dapat dik

  • Benih Papa Sahabatku   Bbab 217. Cuma Kamu

    "Udah gila ibunya si Hanif. Enak bener dia bilang gitu. Terus kamu bilang apa? Ngizinin Hanif nikah lagi? Mau kamu dipoligami?"Shella tersulut emosi. Sejak dulu, Shella sudah sangat geram melihat tingkah laku keluarga Hanif. Mereka semua benalu dan penjilat. Sering kali meminta uang pada Nida. "Enggaklah, Ma. Aku minta diceraikan kalau Mas Hanif mau poligami. Aku sadar diri, bukan wanita yang ikhlas dan penyabar. Enggak sanggup kalau harus berbagi suami dengan wanita lain." Masih dengan sikap santai, Nida menjawab pertanyaan ibu sambungnya. Shella begitu miris mendengar cerita yang disampaikan Nida. Kasihan Nida. Semasa hidupnya selalu saja ada masalah yang dihadapi."Tapi, Nida ... Kayaknya Hanif enggak mungkin menceraikanmu. Dia sangat mencintaimu. Mama yakin itu."Sebisa mungkin, Shella menghibur Nida. Dibalik sikap tenang dan santainya, Shella yakin sebetulnya Nida pun bersedih. Nida tersenyum miring mendengar tanggapan Shella. "Kalau mamanya yang minta, ada kemungkinan Mas H

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 216. Izin Nikah Lagi

    "Sudahlah, Ma. Jangan ngomong macam-macam. Aku enggak mungkin menceraikan dia!"Senyum yang sebelumnya terlihat di wajah ibu Ros, seketika lenyap. "Hanif, mau sampai kapan kamu enggak punya anak? Dia itu mandul! Keturunan mandul, Hanif!"Ibu Ros tersulut emosi. Tak menyangka jika anak sulungnya berani melawan perintah padahal sebelumnya tidak pernah."Aku enggak peduli, Ma. Nida mandul atau tidak, aku enggak akan ceraikan dia. Aku sayang Nida, Maaaa ... aku cinta dia ...."Memang, Hanif begitu mencintai Nida. Sejak dulu hingga sekarang cintanya tak pernah berubah. "Halah, cinta, sayang! Kamu itu buta, Hanif! Umurmu udah tua. Tapi, sampai sekarang belum juga punya anak. Kalau kamu udah tua nanti, udah enggak bisa beraktivitas lagi, siapa yang akan menyayangimu? Kamu lihat, Nida. Dia masih muda. Mama yakin, kalau kamu udah sakit-sakitan pasti dia ninggalin kamu! Kalau dia ninggalin kamu, kamu mau sama siapa? Anak enggak punya!"Hanif memejamkan kedua mata, memijat pelipis. Tidak perna

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 215. Ceraikan Dia!

    "Apa hubungannya?" Bukannya menjawab, Axel justru balik tanya. Alea manyun, memukul bahu kakaknya. "Pulang ke rumah lagi, Kak. Kasihan mama tau! Nangis terus." Alea mengingat kembali kesedihan yang dialami Bianca. Axel bersikap santai, pandangannya lurus ke depan. "Aku masuk kelas dulu!" Tanpa menanggapi ucapan adiknya, Axel masuk ke dalam kelas. Alea benar-benar dibuat kesal. Rencana mengajak Axel kembali ke rumah gagal lagi. *** "Jam segini baru bangun! Pantas saja asam lambung Hanif sering kumat! Istrinya saja malas menyiapkan sarapan," celetuk ibu Ros saat Nida baru datang ke ruang meja makan. Ibu Ros yang tengah sarapan roti tawar, melirik Nida yang mengacuhkan. "Kamu dengar Mama enggak, Nida?" Sentak ibu Ros. Kedua mata seperti hendak melompat. Amarah terlihat jelas dari raut wajah. "Denger," sahut Nida cuek. Melihat sikap menantunya seperti itu, Ibu Ros semakin marah dan membenci. "Kalau kamu denger, harusnya bangun pagi! Siapin sarapan!" Lagi, Nida te

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 214. Mau Pulang Enggak?

    "Enggak. Mami enggak melakukan kesalahan apapun, Lea. Mami orang yang baik. Namira sahabatku, ibu sambungku yang paling baik bahkan kebaikannya melebihi ibuku sendiri." Bianca langsung menyanggah pertanyaan Alea. Gadis itu tertunduk sesaat, menghela napas berat. "Lalu, kenapa Mama merahasiakan mereka adalah orang tua kandungku?" Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Alea membuat Bianca tersentak. Kedua matanya membeliak lalu sikap berubah salah tingkah. "Bu-bukan maksud ingin merahasiakan ta-tapi ...."Tak sanggup, Bianca meneruskan kalimat. Teringat kekurangan dalam diri bahwa sebetulnya Bianca tak bisa memberikan keturunan untuk Evan karena ia telah divonis mandul oleh dokter. "Ya udah, Ma. Enggak usah diucapkan kalau memang alasannya akan menyakitiku atau menyakiti hati Mama lagi."Alea mencoba berpikir bijak. Tak ingin wanita yang telah merawatnya penuh kasih sayang itu bersedih dan menangis lagi. "Bukan begitu, Lea. Ma-Mama ....""Kenapa kamu masih saja menyebut diri

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 213. Kesalahan

    Alea terdiam, tidak langsung menanggapi rintihan wanita yang selama ini telah dianggap ibu kandungnya sendiri. "Ma, sudah, Ma ... jangan nangis ya? Seharian ini Mama nangis terus. Nanti Mama sakit ...." ucap Alea berusaha menenangkan Bianca. Istri Evan itu menggelengkan kepala berulang kali. Sekarang Bianca telah menyesal karena telah membohongi kedua adiknya belasan tahun lamanya. Selama ini, Bianca dan Evan selalu menanamkan sifat jujur pada si kembar. Namun, dia sendiri yang tidak jujur pada mereka. Bianca merasa sangat jahat pada Axel dan Alea. Bianca meraih salah satu telapak tangan Alea, menggenggamnya erat. "Alea, maafkan Mama, Nak ... maafin Mama ... Mama udah jahat sama kamu. Udah bohongi kamu dan Axel. Maafin Mama, Lea ...." Sangat sungguh-sungguh Bianca mengucapkan kata maaf. Tampaknya Bianca sangat menyesal dan bersedih karena telah merahasiakan kedua orang tua kandung Axel dan Alea. "Jangan minta maaf terus, Ma ... Aku dan Kak Axel udah maafin Mama. Udah ya, Ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status