BERBAGI KEBAHAGIAAN Riana yang mendengar kabar dari sang putra itu sempat terdiam sejenak. Hingga akhirnya, dia mengalihkan tatapan pada dua orang yang masih berada tepat di hadapannya. Buliran bening di balik kelopak matanya itu mulai menggenang. Sungguh, sama sekali dia tidak pernah menyangka jika Tuhan akan mengabulkan setiap mimpi yang ia harapkan itu tercapai dengan begitu cepatnya. “Apa kau bilang? Mama akan punya cucu?” Tanya Riana lagi, masih dengan tatapan tak percayanya pada sang putra. Kemudian, dia mengalihkan tatapannya pada Danisa yang sejak tadi hanya diam tanpa sepatah kata. Wanita yang menjadi menantunya itu, hanya mengulas senyum tipis dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca. Seperti yang Daren minta, dia tidak boleh bicara apa pun. Karena, Daren sendiri lah yang berhak menyampaikan kabar bahagia itu kepada sang mama tercintanya. Daren menarik kedua ujung bibirnya, menatap teduh pada wanita yang begitu berjasa dalam hidupnya. Dan dia pun memberikan angguka
TAK TERIMA DISAMAKANSuasana di rumah utama menjadi semakin ramai, saat Riana memberi pengumuman Jika dia akan memiliki cucu. Tidak tanggung-tanggung bukan hanya satu cucu yang akan dimilikinya. Melainkan sekaligus dua yang saat ini Danisa kandung.Bahagia pasti, Mungkin anggapan sebagian orang atas kebahagiaan yang Riana rasakan saat ini terlalu berlebihan. Tidak bagi Riana, karena memang ini adalah momen yang ia tunggu-tunggu.Dengan Daren- putranya, memiliki keturunan dari hasil pernikahannya Itu adalah sebuah pembuktian besar baginya. Dengan begitu Riana akan bisa membungkam mulut-mulut teman sosialitanya itu yang selalu bersikap julit kepadanya. Tentu saja, sebentar lagi pun dia akan memamerkan cucu kepada mereka.Bukan hanya Riana yang antusias menunjukkan rasa bahagianya atas kabar yang disampaikan oleh Putra kesayangannya itu kepadanya. Melainkan, seluruh pelayan yang ada di rumah utama itu pun tak kalah hebohnya. Bagaimana tidak? Selain kabar bahagia yang disampaikan oleh Ny
TUNTUTAN BERHENTI KERJABukan hanya Daren yang penasaran dengan orang yang diceritakan oleh Riana-mamanya. Danisa yang sejak tadi menjadi pendengar yang baik dari dua orang yang saat ini menjadi bagian dari hidupnya itu pun dibuat penasaran. Dia merasa tertarik, ingin juga belajar untuk membuat kue-kue enak yang selalu disuguhkan oleh Mama mertuanya itu saat dia datang. Siapa tahu, Danisa bisa belajar untuk membuat kue bersama dengan mama mertuanya.Seandainya, dia harus membayar. Toh, uang yang Daren berikan untuknya cukup banyak. Dia yakin, sama sekali tidak akan membuat pria kulkas kaya raya yang menjadi suaminya itu akan menjadi rugi. Terlebih dia semakin yakin, jika hasil belajar membuat kue yang akan Danisa bikin nanti bisa Daren nikmati juga. “Wah, itu sangat menarik, Ma. Lain kali, Danisa harus ikut belajar buat. Dengan begitu, Danisa bisa selalu membuat cemilan yang enak untuk suami Danisa.”Danisa menyela percakapan antara ibu dan anak tersebut. Menunjukkan antusiasmenya
RASA INGIN TAHU DANISA Daren yang sejak tadi diam tentu saja mendengar perbincangan yang terjadi antara sang mama dan istrinya. Memilih tidak menanggapi, karena dia sedang melakukan pengecekan pada email yang masuk ke dalam ponselnya yang dikirimkan oleh sang asisten untuknya. Saat Danisa bertanya, dia mengalihkan perhatiannya dari benda pipih itu pada sang istri. “Hm. Tentu saja yang Danisa bilang itu benar,” kata Daren, memperjelas setiap kalimat yang Danisa sampaikan pada sang mama. Kesungguhan yang baru saja Daren berikan, tentu saja semakin membuat senyum pada kedua ujung bibir Riana semakin merekah. Wanita yang sudah melahirkan dan mempertahankan Darren itu semakin dibuat bangga oleh tindakan yang dilakukan oleh Putra semata wayang yang menjadi tumbuhan hidupnya selama ini. “Mama semakin bangga denganmu, Sayang. Melihat bentuk perhatianmu kepada istrimu semakin membuat mama bahagia. Karena mama semakin yakin, jika putra mama akan menjadi pria dan suami yang bertanggung j
Selain menatap datar ke arah Danisa, pria kaku itu menautkan kedua alisnya.“Kenapa?” Tanya Daren dengan nada datarnya.Danisa terdiam, dia mengulas senyum kakunya atas pertanyaan yang sudah Ia berikan kepada Deren - suaminya. “Hm. Tidak, Aku hanya ingin tahu saja. Sebab tadi saat aku keluar dari toilet, Aku sudah tak mendapati dirimu di kamar. Jadi aku pikir kau kembali ke kantor,” kata Danisa berterus terang. Tidak ada satupun yang ditutupi atas rasa ingin tahu yang mengganjal dalam benaknya sejak tadi dia keluar dari kamar dan tidak mendapati pemilik kamar yang sudah ia gunakan untuk beristirahat siang ini.“Tidak. Aku pergi ke ruang kerja. Ada beberapa email masuk yang harus aku periksa langsung. Dan Leo akan mengantarkan berkasnya nanti,” terang Daren pada sang istri. Danisa mengangguk canggung, “Baiklah. Kalau gitu aku akan membersihkan diri dulu,” katanya, dia pun segera berlalu menuju ke pintu penghubung toilet yang ada di kamar tersebut. Meninggalkan Daren yang masih menat
Daren keluar begitu saja setelah memberikan peringatan kepada Danisa. Mengabaikan keterkejutan wajah Danisa yang sama sekali tidak tahu menahu sebab Daren memperingatinya. Dia keluar dari kamar dan turun lebih dulu menuju ruang makan. Tak lupa membawa ponsel yang sudah ia ambil setelah memberikan peringatan kepada sang istri.Tiba di ruang makan, sambutan berupa tatapan tajam dari sang mama yang Daren dapatkan. Daren yang merasa tidak melakukan kesalahan apa pun, tentu saja dia masih bersikap tenang seperti tidak pernah terjadi apa pun juga.“Kau ini benar-benar keterlaluan ya!” Protes Riana, tatapannya pun sudah tidak bersahabat. Gerakan tangan yang semula hendak merapikan piring ke atas meja makan itu pun terhenti.Tetapi, pria yang mendapat protes dari mamanya itu masih mampu bersikap biasa saja. Dia merasa jika sama sekali tidak melakukan kesalahan, melainkan hanya sebuah tautan pada keningnya yang bingung menatap mamanya yang terlihat kesal kepadanya. “Mama kenapa?” Tanya Dar
PERHATIAN YANG BERLEBIHANMakan malam di rumah utama itu didominasi oleh suara Riana. Wanita yang sudah tak lagi muda itu terus memecah keheningan yang terjadi antara Putra dan menantunya.Dia tak segan, untuk menawari segala jenis masakan yang sengaja ia masak untuk Danisa. Alih-alih memasak banyak makanan, demi memastikan agar kecukupan gizi Danisa terpenuhi. Tentu saja, sebagai seorang ibu yang akan menjadi calon nenek. Riana tidak akan membiarkan jika terjadi sesuatu buruk pada janin yang dikandung Danisa.“Kau harus makan yang banyak. Mulai sekarang bukan hanya dirimu saja yang butuh nutrisi yang baik. Melainkan ada dua janin yang ada di dalam rahimmu, jadi kau harus memberikan asupan gizi yang baik untuk mereka. Mama tak mau, jika calon cucu mama sampai kekurangan gizi.” Entah sudah berapa kali Riana mengingatkan Danisa untuk menyantap makanan yang ada di hadapannya. Tidak hanya makanan tinggi protein, kalori, dan gizi terhidang di atas meja. Riana sengaja memasak daging sega
PERINGATAN KE SEKIAN KALINYADaren menuruti keinginan mamanya yang meminta untuk mengantar Danisa terlebih dahulu menuju ke kamar mereka. Barulah dia kembali melangkah untuk turun dan membuat susu hamil yang diminta oleh wanita yang sejak tadi terus menghakiminya. Ingin rasanya dia melakukan protes, tapi Daren sungguh tak mampu menolak setiap kata yang terucap dari mamanya tersebut.Daren menuruti, dia kembali turun ke lantai satu untuk membuatkan susu yang diminta oleh mamanya tadi untuk sang istri. “Tuan mau buat apa? Biar saya bantu,” kaga Pelayan. Dia mendekat ke arah kehadiran Daren saat merapikan dapur seusai acara makan malam majikannya. “Hm. Mana susu Danisa. Biar saya yang buatkan,” kata Daren pada pelayan yang berniat membantu Darren ke dapur.“Saya ambilkan dulu, Tuan. Susu Nona Danisa ada di sini,” jawab si Pelayan. Dengan sigap pelayan itu membantu Daren. Diambilnya satu gelas dan bubuk susu yang dikhususkan untuk wanita hamil.“Biar saya saja. Nanti saya yang akan m