"Kamu di dalam sini dulu untuk sementara," nasehat Ella demi kebaikkan Cintya. Daripada Cintya mengagalkan semua rencana yang ada.Cintya mengangguk paham, Karena ia juga tahu maksud Ella yang meminta dirinya di dalam kamar untuk sementara waktu.Bella Saphira yang sudah selesai dengan make up. Ia berjalan keluar dari dalam kamar dan bersiap untuk pergi ke gereja untuk pemberkatan pernikahan dirinya dengan James Arthur.Joseph yang menjadi wali dari Bella Saphira, Ia menatapi Bella Saphira dengan tatapan rumit. Sedangkan Ella mendengus kesal dengan menunjukkan ketidak senangannya."Kau ini kenapa seperti itu?" tegur Joseph akan sikap Ella yang di anggap tidak sopan sama sekali di hari yang berbahagia.Ella melihat ke arah Joseph dengan tatapan kesal."Aku hanya sedang kesal saja, Apa dia tidak tahu utang keluarga kita sudah berapa banyak. Tapi main dengan nikah saja dan tidak mau menanggung utang bersama-sama," desis Ella dengen celotehannya.Hal inilah yang paling di benci oleh Bell
Joseph melihat sikap Cintya yang ragu untuk mengambil keputusan. Seketika emosinya kembali menaik mendadak. Ia lebih mementingkan harga diri daripada lapor ke polisi atas penculikkan yang menimpak Bella Saphira. "Tidak perlu berpikir lagi, Cepat gantikan Bella Saphira untuk menikah dengan James Arthur atau kita sekeluarga akan malu. Belum lagi sampai di rekam dan di sebarkan oleh para tamu bahwa pegantin pria di tinggalkan di hari pernikahan oleh Bella Saphira dan wajah ini mau taruh di mana?" seru Joseph dengan wajah marahnya untuk mendesak Cintya untuk menuruti apa yang ia katakan barusan. Cintya berpura-pura melihat ke arah ibu tiri dengan meminta bantuan agar bisa memainkan peran dengan baik. Seakan tahu apa yang di maksud oleh Cintya melalui tatapan mata, Ella bergegas untuk bersuara daripada semua kejahatan terbongkar. "Dengarkan apa kata ayahmu," pinta Ella berpura-pura memohon dan tidak berdaya. Cintya berpura-pura menampakkan wajah sedihnya. Di dalam hati ia tertawa terba
Seketika tepuk tangan semakin meriah terdengar dari semua tamu yang memberikan selamat kepada kedua memperbelai pegantin yang sedang berbahagia. Begitu juga dengan Joseph yang menghela nafas lega, Karena rasa malunya sudah tertutupi dengan pengorbanan Cintya yang merupakan putri kandung dan penurut. Sehingga ia tidak perlu menghadapi banyak pertanyaan atau ganti kerugian dari pihak pria yang menuntut kerugian."Dasar anak tidak tahu diri, Mau membuat aku malu di hari H. Kamu salah besar," batin Joseph yang mencibir Bella Saphira.Joseph merasa ia tidak ada tanggung jawab untuk melaporkan Bella Saphira yang di culik di depan rumahnya. Karena bagi Joseph apa yang di perbuat oleh Bella Saphira harus di pertanggung jawabkan sendiri daripada melibatkan dirinya dan keluarga kecilnya ke dalam masalah.Ella yang berdiri di samping Joseph. Ia melirik Joseph berapa kali dengan tatapan menyelidiknya. Sekian lama melihat rauk wajah Joseph. Ella sudah bisa menebak, Jika Joseph tidak memperdulikan
Kedua mata James Arthur melihat ke arah Cintya yang bersikap manja-manja padanya."Aku merasa kita ini keterlaluan kepada Bella," gumam James Arthur yang entah mengapa merasa bersalah kepada Bella Saphira dengan apa yang di lakukan selama ini dan sekaligus takut akan pembalasan di masa depan.Cintya memperlihatkan wajah tidak senangnya akan perkataan James Arthur."Kau ini pria lemah, Buat apa mikirin dia lagi?" seru Cintya yang tidak terima akan sikap James Arthur yang masih memikirkan jalang sialan itu.James Arthur tidak ingin pertengkaran dirinya dan Cintya menjadi tontonan orang. Ia hanya bisa mengalah dan membiarkan Cintya bersikap seenaknya.***Di tempat lain.Ruangan yang pengap, panas dan lembab menyadarkan Bella Saphira yang kesusahan untuk bernafas.Bella Saphira berusaha sadar dari kondisi dirinya yang masih dalam pengaruh obat tidur.KlikLampu bercaya terang di hidupkan oleh seseorang dan bersamaan dengan langkah kaki yang semakin dekat. Pria itu berdiri di hadapan Bel
"Keparat kau William Randolph," umpat Bella Saphira dengan suara kemarahan yang sudah tidak dapat di bendung lagi.William Randolph tertawa nyaring akan kemarahan Bella Saphira yang kini menjadi sumber kebahagiannya.Bella Saphira mendesis kesal berapa kali. Ia menatapi William Randolph dengan tatapan penuh kemarahan dan kebencian.Sadar akan tatapan mata Bella Saphira yang ke arah dirinya. William Randolph mendekati Bella Saphira. Ia menaikkan dagu wanita itu dengan jemari."Jangan mengeluarkan tatapan mata seperti itu kepada aku," ucap William Randolph dengan senyuman miringnya."Kau itu menjijikan," balas Bella Saphira yang tidak takut dengan William Randolph.William Randolph menaikkan ke dua alis matanya."Aku tidak menjijikan seperti yang kamu katakan," ucap William Randolph yang bangga akan berat badannya yang sudah turun dan wajahnya sudah tidak sejelek dulu lagi."Cuihh..." Bella Saphira meludahi wajah William Randolph.Kali ini ludah Bella Saphira mengenai wajah William Ran
"Ahhh...." pekik Bella Saphira semakin kesakitan, Ketika kedua tangannya di tarik sedikit terik oleh William Randolph. William Randolph tertawa kecil mendengar suara desahan Bella Saphira yang cukup nakal, Ketika ia menarik rantai besi yang terhubung ke dua pergelangan tangan Bella Saphira. Hingga kedua kaki BellaSaphira berjinjit dengan jemari kaki. "Aku suka melihatmu terikat seperti ini, seksi dan mengairahkan. Sungguh pemandangan yang menarik," ucap William Randolph dengan tawa bahagianya melihat penderitaan Bella Saphira yang di hadapan matanya. Bella Saphira yang tidak terima akan perbuatan William Randolph, ia melototi wajah William Randolph dengan tatapan mata penuh kemarahan. "Bajingan kau William Randolph," seru Bella Saphira dengan makiannya dan berusaha menarik kedua tangannya yang kini tertarik oleh rantai di kanan dan kiri. William Randolph tidak memperlihatkan sikap marah kepada Bella Saphira. Sebaliknya ia mengangkat sebelah tangan untuk merobek gaun putih yang mem
"Aku akan melihat kau bisa bertahan sampai mana," balas William Randolph dengan tawa sinisnya.Bella Saphira mengerutkan dahinya akan perkataan William Randolph yang terkesan amigu dan susah di pahami. Tapi ia sangat yakin William Randolph pasti akan melakukan sesuatu padanya.Melihat wajah Bella Saphira yang kebingungan, William Randolph semakin tertawa bahagia. Ia berjalan ke belakang tubun Bella Saphira. Kemudian memeluknya dari arah belakang secara sensual dengan kedua tangan meremas kedua gundukan besar itu. Lalu menariknya dengan jemari."Sudah berapa pria yang sudah memainkan kedua dadamu itu," ucap William Randolph yang masih meremas kedua dada Bella Saphira. Tidak lupa melayangkan kecupan di leher serta meninggalkan gigitan kecil di sana."Ah..." desah Bella Saphira secara mendadak, Ketika puncak dadanya di mainkan oleh jemari William Randolph secara kasar di tambah dengan gigitan yang di sekitar leher."Ternyata kau wanita yang nakal juga," ucap William Randolph yang menarik
William Randolph berjalan menjauhi tubuh Bella Saphira. Ia kini menatapi tubuh Bella Saphira yang tidak mengenakan apapun di hadapannya dengan bagian bawah yang terlihat berkilap karena basah."Cantik dan mengairahkan," ucap William Randolph yang mengusap rahangnya berapa kali."Keparat kau," umpat Bella Saphira yang melihat William Randolph yang tersenyum bahagia di atas penderitaan.Mendapatkan umpatan dari Bella Saphira, William Randolph melepaskan kaos yang membungkus tubuhnya. Kemudian berjalan ke arah Bella Saphira dengan bertelanjang dada.Secara terang-terangan, William Randolph membuka sleting jeans dan di susul dengan celana dalamnya untuk memperlihatkan ukuran rudalnya yang sudah menegang sempurna."Apa yang akan kau lakukan padaku?" tanya Bella Saphira yang semakin ketakutan, ketika melihat benda tumpul yang berotot dan panjang tersembur keluar dari dalam celana dalam yang di lepaskan oleh William Randolph."Aku tahu kau menginginkan yang lebih besar dari jari yang aku m
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te