William Randolph berjalan menjauhi tubuh Bella Saphira. Ia kini menatapi tubuh Bella Saphira yang tidak mengenakan apapun di hadapannya dengan bagian bawah yang terlihat berkilap karena basah."Cantik dan mengairahkan," ucap William Randolph yang mengusap rahangnya berapa kali."Keparat kau," umpat Bella Saphira yang melihat William Randolph yang tersenyum bahagia di atas penderitaan.Mendapatkan umpatan dari Bella Saphira, William Randolph melepaskan kaos yang membungkus tubuhnya. Kemudian berjalan ke arah Bella Saphira dengan bertelanjang dada.Secara terang-terangan, William Randolph membuka sleting jeans dan di susul dengan celana dalamnya untuk memperlihatkan ukuran rudalnya yang sudah menegang sempurna."Apa yang akan kau lakukan padaku?" tanya Bella Saphira yang semakin ketakutan, ketika melihat benda tumpul yang berotot dan panjang tersembur keluar dari dalam celana dalam yang di lepaskan oleh William Randolph."Aku tahu kau menginginkan yang lebih besar dari jari yang aku m
"Tubuhmu sempit juga, Benar-benar terasa enak dan memuaskan sekali. Aku sungguh tidak menyangkah akan mendapatkan kenikmatan seperti ini?" desis William Randolph yang sibuk memompa tubuh bawah Bella Saphira secara kasar. Bella Saphira yang tidak bisa menahan rasa sakit lagi di bagian bawah dengan benda besar dan keras masuk berulang kali ke dalam bagian bawahnya. "Ah sakit," pekik Bella Saphira dengan air mata berlinang. "Sakit katamu, Jangan sok jadi wanita perawan. Kau hanya wanita jalang yang tidak berguna," cibir William Randolph dengan kata-kata sarkasnya. Tidak lupa ia mempercepat gerakkan pinggang yang semakin membuat Bella Saphira terpekik berapa kali dengan mengeluarkan suara desahan merdu. "Ah hentikan... kau menyakiti aku," pinta Bella Saphira memohon pilu atas kekerasan fisik yang ia terima dari William Randolph. "Aku tidak akan berhenti sebelum aku puas," balas William Randolph dengan kedua tangan meremas bokong Bella Saphira. Kemudian memaksa kedua bokong Bella Saphi
Bella Saphira terus mendesah sepanjang hentakkan kasar dari William Randolph di dalam celah inti tubuhnya. "Hentikan," pinta Bellah Saphira memohon pilu tapi masih tidak di hiraukan oleh William Randolph yang sudah terlena akan kenikmatan yang begitu ketat. Rasa ketat yang memberikan kenikmatan pada rudalnya yang sudah lama tidak terpuaskan. "Rasakan ini," seru William Randolph yang memberikan hentakan paling kuat untuk menyiksa Bella Saphira. "Ahhh..." pekik Bella Saphira dengan suara nyaring, ia merasakan sensasi pilu di bawah perutnya dan rasa perih yang luar biasa di bagian yang di masuki oleh benda tumpul tersebut. "Mendesahlah lebih nyaring lagi!" perintah William Randolph yang menghentakkan rudalnya berulang kali di celah inti Bella Saphira. Hingga suara perpaduan bagian bawah terdengar cukup nyaring. Bella Saphira menutup kedua matanya sesat, Ia merasa sudah tidak kuat lagi dan kembali memohon pilu kepada William Randolph untuk tidak melakukan hentakan kasar lagi di bagian
"Ahhh... Ahhh... Ahhhh..." desah Bella Saphira dengan suara paraunya. Ia sudah tidak sanggup lagi menerima benda tumpul berukuran besar itu yang masih bergerak liar di dalam tubuhnya."Aku senang mendengar suara desahan seksi mu," ucap William Randolph yang memberikan hentakan terbaiknya."Ahhh..." pekik Bella Saphira sampai tubuhnya bergetar hebat saat benda tumpul berukuran besar itu masuk seutuhnya ke dalam rahimnya.Puas menikmati penderita Bella Saphira yang ia setubuhi hari ini. William Randolph melepaskan kedua kaki Bella Saphira yang melingkar di pinggangnya. Kemudian menarik rudalnya keluar dari dalam tubuh Bella Saphira yang sudah basah dan masih berdenyut.Bella Saphira merasakan kelegaan, ketika William Randolph mengeluarkan benda tumpul itu dari celah inti tubuhnya yang sudah perih.Kedua mata William Randolph menatapi selangkangan Bella Saphira yang terlihat basah bercampur dengan darah dan cairan kental.Tidak ada rasa kasihan di mata William Randolph, sebaliknya ia se
Mendapati Bella Saphira tidak sadarkan diri. William Randolph mengakhiri permainan, lalu menarik alat tersebut yang menancap di celah inti Bella Saphira."Lemah," cibir William Randolph yang memilih untuk meninggalkan kamar tamu dengan membiarkan tubuh Bella Saphira terbaring polos di atas ranjang.Untuk mencegah Bella Saphira kabur dari dalam kamar tamu, William Randolph sengaja mengunci pintu kamar. Lalu kembali ke dalam kamarnya untuk membersihkan tubuh yang bercampur dengan keringat dan sisa persetubuhan barusan."Seperti akan menarik kedepannya," gumam William Randolph dengan memikirkan rencana jahat selanjutnya untuk hari besok.***Keesokan paginya, Bella Saphira terbangun dengan tubuh yang lemah dan rasa sakit juga terasa di sekujur tubuhnya. Terutama bagian bawah yang terasa perih dan basah.Menagis, itulah yang di lakukan oleh Bella Saphira. Ia menangis sampai kedua matanya sakit."Percuma menagis, tidak seorang pun yang akan menolong mu untuk bisa keluar dari rumah ini. Kau
Cintya memejamkan kedua matanya untuk merasakan sensasi panas di dalam rahimnya. "Ahh... Kau memang hebat," puji Cintya akan kehebatan James Arthur di atas ranjang yang mampu bergerak berapa ronde dalam semalam dengan gerakan yang memuaskan. James Arthur yang sudah kehabisan tenaga. Ia terjatuh ke atas tubuh Cintya tanpa mengeluarkan benda tumpul yang masih menancap di dalam celah inti Cintya. "Akhirnya kau menjadi milikku secara sah," batin Cintya yang tertawa bahagia di atas penderita Bella Saphira. "Aku tidak sabar melihat wajahmu yang penuh penderita dan di hianati oleh James Arthur," lanjut batin Cintya yang masih tertawa bahagia dan tidak sabar melihat wajahmu expresi kesedihan dan putus asa dari Bella Saphira. Cintya merasa lega dan bahagia di malam pertama dan kesuksesan dirinya mendapatkan James Arthur. Maka kini ia tidak perlu takut lagi untuk berhadapan dengan Bella Saphira. Karena James Arthur sudah menjadi miliknya seutuhnya. *** Bella Saphira yang selesai mandi. Ia
Mendengar suara desahan Bella Saphira yang merdu, gairah William Randolph semakin meninggi dan ia merasakan bagian bawahnya langsung mengeras mendadak. "Teruslah mendesah lebih nyaring lagi!" perintah William Randolph yang terus memacu gerakan jemarinya di dalam celah inti Bella Saphira dan bagian kecil itu tidak luput dari siksaan. "Ahhhh Ahhh Ahhh," pekik Bella Saphira dengan suara merdu dan kedua puncak dadanya menegang dengan gairah yang sudah membakar sekujur tubuhnya. William Randolph menundukkan kepalanya untuk mengulum dan menghisap puncak dada Bella Saphira secara bergantian di sertai dengan gigitan kecil di sana untuk kembali meninggalkan jejak persetubuhan. "Ahhh Ahhh tolong hentikan," pinta Bella Saphira memohon dengan kedua tangan menarik rambut William Randolph yang berwarna hitam pekat. Merasakan sensasi di kulit kepala, William Randolph semakin menjadi-jadi. Ia tidak membiarkan Bella Saphira mendapatkan perlepasan pertama. Bella Saphira s
Sadar dirinya di tatapi oleh tuannya. Anton Bachrul segera bersuara."Mungkin tuan muda sedang berjuang untuk menurunkan berat badan, karena selalu di bully oleh tuan Ricky belakangan ini dengan kata-kata menusuk hati."Robert Randolph kembali mengusap rahangnya. Ia merasakan apa yang di katakan oleh Anton Bachrul ada benarnya. Ricky adalah sahabat lama William Randolph dan terkenal dengan mulut pedasnya tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Jadi tidak heran apa yang di katakan oleh Ricky di masukkan ke dalam hati oleh William Randolph."Yang penting tuan muda tidak bermalas-malasan dan berpesta setiap malam," ucap Anton Bachrul yang berusaha mencairkan kecurigaan Robert Randolph kepada tuan muda William Randolph."Kau benar, aku yang terlalu banyak berpikir belakangan ini. Maklum sudah tua," balas Robert Randolph yang menghela nafas panjang tanpa mencurigai kegiatan William Randolph di luar sana.***William Randolph yang selesai gym, ia menyempatkan diri untuk mendatangi villa. T
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te