"Aku akan mencari cara lain, Daripada aku mati muntah di sini. Oopsss tepatnya langsung masuk rumah sakit dan sekarat di sana," balas William Randolph yang memilih untuk berjalan ke arah pintu keluar dengan langkah kaki tergesah-gesah. Ricky yang di tinggalkan dalam kesendirian, ia hanya bisa mengumpat kasar berulang kali akan tindakan William Randolph yang di luar perkiraan. "Kau serius?" seru Ricky yang mengejar langkah kaki William Randolph di lorong. "Tentu saja serius, aku tidak mau mati konyol di sini dengan aroma bau badan bercampur parfume. Setidaknya aku mati terhormat dengan keandaan bersih dan higienis," balas William Randolph yang langsung masuk ke dalam lift. Ricky segera menyusul William Randolph, ia tidak mau main sendirian di tempat penuh keramaian seperti ini. "Kau ceroboh kali ini," ucap William Randolph yang memijit-mijit dahinya berulang kali untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya. Ricky menaikkan kedua alisnya untuk meminta penjelasan dan tidak lupa me
William Randolph dan Ricky duduk saling berhadapan dengan segala ketakutan di dalam hati.Makanan yang mereka oder di hidangkan di atas meja dan rasa lapar untuk menyantap makanan tersebut juga tidak ada lagi."Lebih baik kita santap makannya daripada di tatapi terus," saran William Randolph yang menyantap makanan tersebut dan tidak terasa enak di dalam lidah. Karena hatinya masih gusar akan bayangan ketakutan.Tidak ada yang di takuti oleh William Randolph, kecuali keputusan ayahnya yang bisa membuat ia jatuh ke neraka kemiskinan. William Randolph sangat hafal akan sikap ayahnya yang keras kepala dan tidak sengan menyumbangkan semua kekayaan kepada negara saat sudah pensiun kerja.Sedangkan Ricky tidak mau semua saudaranya mengambil hal yang menjadi miliknya. Keduanya makan dengan hati tidak tenang, seolah tertangkap kamera karena mengutil sesuatu di pusat perbelanjaan."Selesai makan, kita langsung pulang dan..." ucap William Randolph yang membuat Ricky terheran."Dan apa?" tanya
"Apa yang kau kerjakan?" seru Robert Randolph dengan suara nyaringnya.William Randolph mendengus kesal akan suara ayahnya yang seperti speker."Mengerjakan berapa dokumen penting, memangnya salah?" balas William Randolph dengan dahi berkerutnya.Robert Randolph tidak begitu saja percaya, ia segera mengotak-atik dokumen penting di atas meja dan juga melihat isi laptop William Randolph tanpa permisi.Melihat setengah dokumen penting sudah selesai, wajah Robert Randolph menunjukkan sebuah kebanggaan kepada William Randolph. Ia salut dengan anaknya yang lebih memilih mengerjakan dokumen penting sampai lupa mandi."Maaf aku mencurigai kamu," balas Robert Randolph menepuk-nepuk bahu William Randolph dengan wajah bahagia."Dad, kau ini kenapa sih hari ini. Sungguh aneh banget," ucap William Randolph dengan memasang wajah heran yang di buat-buat untuk menutupi apa yang ia lakukan barusan dengan Ricky."T-tidak ada, Kamu kembali bekerja dengan santai. Abaikan saja sikap aku tadi," balas Rober
"Baik bos," ucap kedua satpam secara serentak.Adam Leonard menjalankan mobilnya ke luar pakiran dengan berapa pikiran di dalam benaknya. Salah satunya adalah mengirim Ricky ke luar negeri untuk kuliah daripada mendapatkan ilmu yang sedikit di sini."Ricky adalah pewaris aku, seharusnya dia mendapatkan pendidikan lebih baik lagi. Aku tidak ingin perusahaan aku hancur dengan pengetahuan dia yang sedikit," batin Adam Leonard yang telah memutuskan keputusan itu demi kebaikan Ricky dan juga menjauhkan Ricky dari pergaulan bebas yang di anggap dapat merusak masa depan.Sebenarnya Adam Leonard tidak suka Ricky berteman baik dengan William Randolph yang terkenal playboy dan hobi menidurin wanita secara bergantian tiap malam.Ujung mata Adam Leonard melirik Ricky yang masih tertidur pulas di samping kursi pengemudi."Lebih baik kau jauh dari dia yang tidak punya masa depan, aku tidak ingin karir dan masa depan mu hancur. Karena berteman dengan anak Robert Randolph," seru Adam Leonard yang kin
Melihat kedua orang di hadapannya mulai tergiur akan uang. Pria jelek itu semakin menambah jumlah uang di atas atas meja sebagai pancingan untuk membalas dendam atas apa yang di lakukan oleh Cintya dan James Arthur kepada para rekannya.James Arthur yang tergoda akan jumlah uang tersebut ia langsung menerima tawaran pria jelek tersebut tanpa memikirkan perasaan Cintya."James," pekik Cintya dengan suara tidak percaya atas sikap James Arthur yang lebih memilih uang daripada dirinya.James Arthur berusaha menenangkan Cintya dan juga mengatakan ia hanya mengambil 20% dari hasil tersebut. Sisanya terserah Cintya mau di apakah.Cintya terlihat berpikir sejenak atas apa yang di katakan oleh James Arthur. Karena selama ini ia selalu di hina oleh Bella Saphira. Jadi tidak ada salahnya mempunyai banyak uang dan untuk sekedar pamer kepada Bella Saphira."Baiklah," balas Cintya yang akhirnya setuju dengan ide James Arthur tanpa menyadari senyuman pria jelek itu semakin lebar.Pria tua itu langsu
Sedangkan pria jelek dan gemuk itu memasukkan miliknya ke dalam celah inti Cintya secara mendadak. Cintya yang tidak bisa melarikan diri ataupun melakukan perlawanan. Ia hanya bisa pasrah di lecehkan oleh empat pria secara bersamaan. Dua pria itu menghisap kedua dadanya secara bersamaan. Sedangkan keduanya bermain di bagian atas dan bawah. "Lihatlah bagaimana wanita mu di gilir malam ini," ucap dua pria kekar yang menahan tubuh James Arthur untuk tidak melakukan perlawanan. James Arthur berusaha melepaskan diri dan juga berteriak keras untuk meminta ke empat pria itu untuk tidak menyetubuhi Cintya lagi. Namun teriakan James Arthur di anggap angin lalu oleh keempatnya yang kini sibuk mencicipi kemolekan tubuh Cintya di atas meja judi. "Lihatlah bagaimana wanita mu di permainan kan oleh kami berempat," seru salah satu pria yang mengejek James Arthur yang kini di tekan oleh dua pria kekar. James Arthur berteriak berulang kali dan juga melakukan perlawanan. Namun hasilnya sia-sia. Ia
"Pasti ibunya lagi yang nyari drama hingga membuat James Arthur sulit untuk menghubungi aku," batin Bella Saphira yang menebak-nebak akan kondisi James Arthur saat ini yang di anggap sulit untuk menghubungi dirinya karena wanita tua itu banyak tingkah mBella Saphira yang tidak banyak curiga dengan James Arthur. Ia memilih pekerja seperti biasanya di klub malam Norm. Di sela-sela kesibukannya melayani tamu, Bella Saphira juga berapa kali melihat ke layar ponsel untuk memastikan ada pesan James Arthur atau tidak.Melihat tidak ada pesan masuk, Bella Saphira hanya bisa menghela nafas panjang dengan wajah kecewa. Kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku dress.Ricky yang sejak semula melihat kegelisahan Bella Saphira. Ia mendekati Bella dari arah belakang secara diam-diam."Sepertinya sedang menunggu seseorang?" goda Ricky yang sengaja memeluk tubuh Bella Saphira dari arah belakang. Lalu kedua tangannya meremas kedua dada Bella Saphira yang di balut oleh kemeja putih ketat."Dasar wan
"Siapapun yang duluan juga tidak masalah," balas William Randolph yang menarik puncak dada Bella Saphira dengan sebelah tangan."Hmmmppp," pekik Bella Saphira dengan suara nyaring hingga tubuhnya melengkung karena gairah yang mengalir di dalam tubuhnya."Kalau begitu aku duluan," balas Ricky yang sudah tidak sabaran mencicipi tubuh Bella Saphira yang kini tidak berdaya sama sekali.Ricky menundukkan kepalanya, ia mengeluarkan lidahnya untuk mengoda bagian kecil dan lembut itu."Hmmmppp," Bella Saphira masih berjuang untuk berteriak dan tanpa sengaja mengoyangkan bokongnya yang ternyata memancing gairah William Randolph.Ricky menahan kedua kaki Bella Saphira yang berusaha menutup. Ia membuka lipatan demi lipatan dengan lidahnya. Kemudian menjulurkan lidahnya di dalam celah inti Bella Saphira yang sudah lembab."Hmmmppp," Bella Saphira mengoyakkan bokongnya semakin cepat, ia tidak tahan dengan lidah Ricky yang kini bermain di wilayah sensitif.Tidak hanya jilatan vdan hisapan yang di l
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te