"Tolong keluarkan kedua alat ini," pinta Bella Saphira memohon pilu dengan kedua kaki terbuka dan tangan terikat di atas kelapa."Hmmmmm..." gumam William Randolph amigu. Ia tidak ada niat untuk melakukan sesuatu, apa lagi mengeluarkan alat tersebut dari celah inti Bella Saphira.Melihat William Randolph masih diam membisu, Bella Saphira berusaha mengeluarkan semua tenaga yang masih ada untuk berteriak."Cepat keluarkan, apa kau tuli?" seru Bella Saphira dengan suara nyaring.William Randolph melirik ke arah Bella Saphira, lalu memutar kedua bola matanya dengan malas. Kemudian mengeluarkan senyuman sinis dari bibirnya."Untuk apa di keluarkan, bukan kah kau menikmatinya?" balas William Randolph dengan tatapan mencemoh."Keparatt kau William Randolph," umpat Bella Saphira dengan suara kesal. Ketika tahu William Randolph tidak ada niat untuk melakukan apa yang ia minta.William Randolph masih memilih untuk menulikan kedua telinganya. Kemudian bersiur dengan nada yang mengejek Bella Saph
Dokter itu menaikkan sebelah alisnya sebagai sindiran terhadap William Randolph. Mendapatkan sindiran dari dokter yang lebih muda darinya. William Randolph hanya memasang wajah bodoh. Sebagai bukti uang lebih berkuasa. Tepatnya ia punya banyak uang sehingga bisa melakukan apa saja dan juga membuat orang menunduk untuk melakukan apa yang di inginkan. Melihat sikap William Randolph yang mengejek dirinya, tanpa kata-kata dokter itu berjalan menaiki anak tangga satu persatu. Sesampai di lantai dua, dokter itu berkeliling untuk mencari wanita yang di maksud oleh William Randolph. "Sungguh menjengkelkan mentang-mentang punya uang bisa seenaknya," batin dokter itu yang hanya bisa mengumpat di dalam hati. Langkah kaki dokter itu berhenti di kamar paling ujung. Perlahan-lahan jemarinya maju untuk menyentuh ganggang pintu kamar. Saat pintu kamar terbuka, wajah dokter itu menunjukkan expresi terkejut. Karena ia mengenal siapa wanita cantik yang berbaring lemah di atas ranjang besar. "Bella?
"Seksi dan menggairahkan," batin pria itu yang masih melihat tubuh Bella Saphira tercetak di kaca transparan dalam posisi di setubuhi dari arah belakang oleh seorang pria yang ia kenal."Habis ini giliran aku," ucap pria itu yang sibuk mengelus badan rudalnya secara naik turun.Di dalam kamar, Bella Saphira yang di setubuhi dari arah belakang. Ia berusaha menyeimbangkan tenaga William Randolph."Ahhhhh," desah Bella Saphira dengan kedua tangan menempel di kaca dan kedua dadanya berayun-ayun mengikuti hentakan William Randolph dari arah belakang."Suara desahanmu yang paling merdu," seru William Randolph yang menahan pinggul Bella Saphira dengan kedua tangan. "Hentikan... Tolong hentikan Ahhh," pinta Bella Saphira memohon pilu di sertai dengan desahan kecil.William Randolph tidak menangkapi perkataan Bella Saphira. Ia menundukkan tubuhnya, kemudian kedua tangan meremas kedua dada secara gemas. "Ahhhhh Ahhh," desah Bella Saphira semakin nyaring, karena puncak dadanya di jepit di sela
Melihat William Randolph tidak ada niat untuk mengeluarkan benda tumpul itu, dokter itu memilih untuk keluar dari dalam kamar dengan memasang wajah bodoh. "Aku yakin sebentar lagi pria bodoh itu akan menyari aku lagi," batin dokter itu yang tidak sabar untuk mendapatkan uang dari William Randolph. Daripada mencampuri apa yang di lakukan oleh William Randolph terhadap jalang tersebut, dokter itu memilih kembali ke rumah sakit untuk mencari uang tambahan. Sedangkan William Randolph yang berhasil menghilangkan ketakutan atas apa yang di katakan oleh dokter itu. Ia kembali bergoyang pinggang untuk kesekian kalinya dengan menarik kedua tangan Bella Saphira ke arah belakang. "Mendesahlah lebih merdu lagi jalang milikku!" seru William Randolph yang menghentakkan rudalnya untuk kesekian kalinya. Bahkan berpindah dari anal ke liang dan sebaliknya. Termasuk dengan dildo hitam berukuran besar itu juga ikut berpindah posisi. "Ahhh Ahhh Ahhh Ahhh Ahhh Ahhh," pekik Bella Saphira yang mengikuti
Di dalam kamar, kedua mata William Randolph melirik tubuh Bella Saphira yang bermandikan keringat dan lendir di mana-mana dengan memperlihatkan tatapan jijik. "Malas sekali membersihkan diri," batin William Randolph yang mencemooh Bella Saphira. William Randolph yang kehabisan kesabaran. Ia melangkahkan kedua kakinya mendekati Bella Saphira yang terbaring lemas di atas ranjang yang sudah tidak berbentuk lagi. "Hei jalang," seru William Randolph dengan suara keras. Tapi tidak di balas oleh Bella Saphira. Merasakan firasat buruk, William Randolph kembali menghubungi dokter tersebut untuk meminta bantuan untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi saat ini. Dokter itu bernama Adam Levine yang mendapatkan panggilan dari William Randolph. Ia segera meluncur ke villa yang di maksud oleh William Randolph dengan hati bahagia. Karena sudah tahu akan mendapatkan uang dalam jumlah banyak hari ini. Adam Levine sudah menduga, cepat atau lambat William Randolph pasti menghubungi dirinya untuk m
William Randolph mendengus kesal untuk waktu yang lama akan nasehat Ricky yang di anggap tidak ada solusi terbaik untuk memecahkan masalah yang sedang ia hadapi saat ini. Padahal Ricky sudah memberikan solusi terbaik untuk lepas dari masalah yang ada. Tapi William Randolph yang tetap keras kepala dan merasa dirinya yang paling benar dengan pendapatnya. Sehingga menganggap saran Ricky bukan yang terbaik sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalh yang kini melenguh dirinya. "Saran aku lebih baik kau akhiri deh," ucap Ricky yang masih tidak bosan menasehati William Randolph yang keras kepala dengan dendam membara di dalam hati. Mendengar saran Ricky yang masih sama seperti tadi. Emosi William Randolph kembali mendidih. Ia sungguh heran dengan Ricky yang tetiba memihak pada Bella Saphira dari pada berpihak padanya yang merupakan sahabat kecil hingga sekarang. Walau mereka berdua selalu beda sekolah sampai perguruan tinggi. "Apa kau tertarik pada jalang itu?" seru William Randolph
Mendapatkan jawaban yang sama. William Randolph memilih untuk pergi dari hadapan Ricky daripada ujungnya bertengkar dengan Ricky lagi atau mungkin lebih parah dari sekedar bersikap kasar."Aku yakin kau berpihak pada jalang itu," batin William Randolph yang masih dendam membara kepada Bella Saphira yang di anggap sudah merebut Ricky darinya dan menjadikan Ricky sebagai alat untuk bisa lepas dari cengkeramanya."Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.... Tidak akan pernah," pekik William Randolph mendadak gila, ketika melewati lorong perkantoran perusahaan Leonard.Berapa staff melihat William Randolph dengan tatapan kaget dan juga terheran-heran akan sikap William Randolph yang tidak seperti biasanya."Apa yang terjadi pada tuan Randolph?" batin para staff bertanya-tanya dalam hati."Apakah kedua tuan muda bertengkar soal asmara?" bisik staff wanita yang kepo akan hubungan percintaan kedua tuan muda yang berbeda keluarga."Siapa wanita yang beruntung itu?" timpal salah satu staff y
"Apakah Ricky telah menceritakan semua apa yang aku lakukan kepada jalang bernama Bella Saphira kepada pak tua itu?" batin William Randolph yang menuduh sahabat baiknya tanpa bukti sama sekali. Karena perintah penangkapan yang di minta oleh ayahnya secara mendadak untuk pertama kalinya.Melihat William Randolph akan melakukan perlawanan, Para bodyguard melihat satu sama lain untuk menemukan solusi terbaik agar tidak melukai fisik William Randolph.Salah satu bodyguard yang merupakan ketua, Ia berjalan maju ke hadapan William Randolph dengan sikap hormat."Tuan muda, tolong jangan melakukan perlawanan. Kami tidak ingin melukai anda!" ucap bodyguard itu dengan perintahnya. Tapi di tulikan oleh William Randolph yang tidak sudih di tangkap dengan cara seperti ini. Bagi William Randolph ini cara yang paling hina dalam sejarah hidupnya saat berurusan dengan ayahnya.“Pak tua sialan itu,” umpat William Randolph kepada ayahnya yang di anggap lebih memihak kepada Ricky daripada anaknya sendiri
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te