"Ke apertemen aku, aku hanya ingin membersihkan tubuhmu dari sentuhan pria barusan. Tepatnya kita akan bercinta malam ini," ucap James Arthur yang merangkul pinggul Bella Saphira dengan mesra, Seolah mengatakan apa yang ia inginkan malam ini dengan harapan Bella Saphira tidak menolak ke inginnya untuk bercinta secara intim. Mendengar apa yang di katakan oleh James Arthur, perasaan Bella Saphira semakin tidak senang sama sekali. Tapi ia masih menjaga perasaan James Arthur yang merupakan pria yang ia cintai selama ini. "Tidak mau, sekarang sudah jam lima pagi. Aku harus tidur," tolak Bella Saphira secara halus dengan harapan James Arthur mengerti akan situasi yang ia hadapi saat ini. Mendapatkan penolakan Bella Saphira yang terasa menghina harga dirinya, James Arthur berusaha untuk tenang agar emosinya tidak meledak keluar. "Tidak apa, kamu tidur saja di sini. Nanti aku antar kamu pergi kerja bagaimana?" tawar James Arthur dengan bujuk rayuannya dan berusaha mendapatkan apa yang menj
Puas nenyiksa BellaSaphira dengan kenikmatan, James Arthurm menarik kedua jemarinya. Ia menjilati kedua jemari itu seperti menjilati ice cream. Kemudian membuka kedua kaki Bella Saphira secara lebar. "Menakjubkan," puji James Arthur yang melihat keindahan tersebut. Kemudian ia kembali melahap cairan perlepasan milik Bella Saphira dengan bibirnya. "Ahhh..." desah Bella Saphira yang tidak tahan akan kenikmatan tersebut. Ia semakin menekan kepala James Arthur dan bibirnya mengeluarkan suara merdu yang nakal. Sebenarnya James Arthur ingin memasuki tubuh Bella Saphira dengan satu kali hentakan. Tapi ia merasa sangat sayang untuk melakukannya. Karena akan kehilangan uang yang di nantikan selama ini. "Lebih baik aku main di lubang yang satunya lagi," batin James Arthur yang membalikkan tubuh Bella Saphira hingga menjadi posisi menungging. "Kau mau apa," tanya Bella Saphira di sela-sela nafas lelahnya. Ketika jemari James Arthur membuka sela bokongnya. "Menikmati tubuh mu baby," ucap Ja
"Kenapa baru pulang, Ini sudah jam berapa?" tanya ibu Bella Saphira dengan nada tidak senangnya. Ketika melihat Bella Saphira memasuki rumah tanpa menyapa dirinya yang merupakan ibu kandung. Bella Saphira melirik ke arah ibunya yang berdiri di depan pintu kamar. Ibu kandung yang berbagi kasih dengan Cintya. "Suka hati aku," balas Bella Saphira judes dan langsung berjalan melewati ibunya dengan sikap acuh tak acuhnya untuk masuk ke dalam kamarnya. Ella Saphira berdecak kesal dengan kelakuan Bella Saphira yang selalu menantang dirinya dan tidak mau menjadi anak penurut, Sejak ia menikah lagi dengan pria lain. Selesai berganti pakaian, Bella Saphira segera berjalan keluar dari dalam rumah dengan sikap dingin tanpa berpamitan dengan Ella Saphira yang kini duduk di kursi ruang tamu. Ella Saphira masih melototi Bella Saphira dengan tatapan mata penuh kebencian dan kemarahan kepada putri kandungnya. Seperti biasa, Bella Saphira berjalan keluar dari dalam rumah dengan santai. Seolah-olah
Kedua mata Bella Saphira menatapi pelayan tadi sudah pergi. Ia kembali sibuk melanjutkan makanan yang tertunda barusan. Termasuk menyantap roti yang selesai di panggang. "Enak," batin Bella Saphira yang sibuk menyantap roti satu persatu di hadapannya. Bella Saphira tidak tahu mana yang di jual dan mana untuk di makan. Semuanya ia makan sampai tidak tersisa sama sekali. "Kenyang," gumam Bella Saphira dengan wajah bodohnya sembari terkantuk-kantuk karena kekenyangan. Melihat jam masuk kerja masih lama, Bella Saphira memilih untuk duduk bodoh sembari melihat layar ponsel yang terdapat berapa pesan romantis dari James Arthur. *** Di luar klub malam. Pria itu segera menghubungi CEO Ricky untuk meminta bayaran atas jasanya yang mendapatkan nomor ponsel Bella Saphira. Ricky yang sedang bekerja. Ia menghentikan aktivitasnya, lalu segera meraih ponsel di dalam saku untuk di lihat siapa yang sedang menghubungi dirinya. "Siapa lagi sih," gerutu Ricky di dalam hati. Karena terusik akan pa
Bella Saphira segera meraih ponselnya, ketika di lihat nama yang tertera di layar ponsel bukan nama James Arthur. "Sial, Ternyata bukan dari James. Padahal sudah aku pikir dari James," decak Bella Saphira hanya bisa mendengus kesal karena yang melakukan panggilan video call adalah CEO Ricky yang terkenal playboy itu. "Melihat foto profilmu yang menjijikkan itu sudah membuat aku mual," batin Bella Saphira yang tidak ada niat untuk mengangkat panggilan video call dari CEO Ricky yang sejak tadi meneror dirinya dengan banyak panggilan masuk secara bertubi-tubi. Kesal dan terganggu akan ulah Ricky, Bella Saphira memilih untuk menaruh ponselnya ke tempat semula. Kini ia sibuk menghapus kotoran wajahnya dengan toner untuk di pakaikan alas bedak. Ricky yang tidak mendapatkan respon dari Bella Saphira. Ia mendengus kesal berulang kali. "Dasar jalang yang sok jual mahal," umpat Ricky yang kembali menghubungi Bella Saphira untuk kesekian kalinya. Namun tidak di hiraukan oleh Bella Saphira y
Ricky mengerutkan dahinya. Ia tertawa pelan atas apa yang di lakukan Bella Saphira yang berusaha memancing emosi dengan mengatakan kata hallo dalam tempo yang panjang. "Percuma kau memanasi aku Bell," ucap Ricky dengan nada sensualnya yang sudah tidak sabar untuk memberikan pelajaran kepada Bella Saphira.Bella Saphira merasakan sekujur tubuhnya meremang atas apa yang di katakan oleh CEO Ricky di balik ponsel. "Dasar sinting," pekik Bella Saphira yang kesal. Ia memilih mematikan ponselnya. Karena sudah waktunya ia harus bekerja. Ricky tidak habis akal, Ia sudah mengoder tempat super VVIP dengan pelayan bernama Bella Saphira untuk melayani dirinya dan William Randolph. "Kali ini aku akan menikmati tubuhmu tanpa gangguan lagi," batin Ricky yang sudah bernafsu kuat dengan tatapan mata menuju ke layar ponsel yang sudah berwarna hitam. *** Bella Saphira yang kini sudah bekerja, Ia kaget mendapatkan ada yang memesan ruangan super VVIP. Karena setahu Bella Saphira, Jarang ada yang ma
"Percuma meronta-ronta manis," ucap Ricky yang meremas kedua dada Bella Saphira dengan kedua telapak tangannya yang besar. Merasakan tidak ada kelembutan dari remasan tersebut. Ricky mengerutkan dahinya. "Kau memakai bra yang cukup tebal," lanjut Ricky yang tidak merasakan kenikmatan dalam meremas kedua dada Bella Saphira berapa kali dengan remasan kuat. Bella Saphira masih memberontak untuk melepaskan diri. "Lepasin... Aku akan melaporkan kalian berdua atas tuduhan perlecehan," seru Bella Saphira dengan suara nyaring yang di tulikan oleh Ricky dan William Randolph yang tertawa nyaring. "Lepasin.... Lepasin..." pekik Bella Saphira yang masih merontah-rontah untuk melepaskan diri dari pelukan erat William Randolph. "Aku suka wanita kasar seperti mu," ucap Ricky yang berusaha membuka kancing kemeja Bella Saphira satu persatu. "Lepasin," seru Bella Saphira dengan suara nyaring yang masih di tulikan oleh Ricky maupun William Randolph. "Wow, ternyata kau memakai bra yang cukup tebal
"Kita lanjutkan lain waktu," saran William Randolph yang tidak ingin bermasalah dengan pemilik cafe Norm. Karena akan menyusahkan mereka kedepannya. Apalagi sampai di black list dari daftar buku tamu. "Kau benar," balas Ricky yang keluar dari ruangan dengan wajah hitam sedangkan William Randolph berapa kali melirik Bella Saphira dengan tatapan penuh kebencian. "Aku bersumpah akan membalaskan semua dendam ini," batin William Randolph yang menatapi Bella Saphira dengan tatapan kemarahan. Bella Saphira juga tidak takut dengan tatapan kemarahan dari William Randolph. Ia membalas menatapi William Randolph dengan tatapan penuh kebencian. Setelah William Randolph dan Ricky sudah keluar. Bella Saphira bergegas keluar dari dalam ruangan. Ia tidak mau berlama-lama di dalam ruangan tersebut. "Sial, Kenapa bisa seperti ini?" decak Bella Saphira di ruang ganti pakaian. Ia memakai pakaian seadanya untuk menutupi tubuh polosnya daripada tidak mengenakam apapun sama sekali yang akhirnya akan memb
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te