Lo itu candu yang selalu mengantar kan Rindu untuk segera bertemu
"Pulang nanti jadi main nggak?" Tanya Fano pada Naya yang sedang memainkan ponselnya itu.
"Nggak jadi!"
"Kok nggak jadi? Kenapa?"
"Malas."
"Loh kok malas Nay? Gimana sih lo. Tadi lo maksa-maksa buat main eh udah dituruti dengan seenaknya lo batalin sepihak. Mau lo apa sih sebenarnya hm? Gue perhatiin dari tadi pagi lo aneh tau nggak sih Nay,"
Naya mematikan ponsel nya dan kemudian beralih menatap Fano yang berada disampingnya.
"Bahkan gue juga malas buat berdekatan sama lo Fan. So, gue pulang sendirian aja ya. Thanks buat semuanya selama ini." Setelah mengucapkan itu Naya langsung pergi begitu saja meninggalkan Fano dengan pertanyaan yang belum sempat mendapatkan jawabannya itu.
"Apa yang terjadi? Kok gue merasa Naya aneh ya?"
Bahagia itu sederhana, sesederhana gue mencintai lo dengan cara gueSetelah hari dimana mereka saling bicara tentang rasa, kini hubungan kedua nya semakin membaik. Hari berlalu sebagaimana mestinya dan keduanya saling menikmati setiap detik yang berlalu itu. Walaupun terkadang Fano selalu membuat Naya kesal dengan ulahnya.Melihat keduanya seperti itu kembali sekolah dibuat heboh dengan berita mereka telah kembali balikan lagi. Berita itu tersebar begitu cepatnya tanpa mengkonfirmasi terlebih dahulu apakah benar mereka balikan atau tidak.Tania, Riko dan Aldi kaget saat membaca akun sosial media sekolah mereka yang berisi kabar bahwa Fano dan Naya telah balikkan."Serius mereka balikan?" Tanya Riko set
Beginilah siklus hidup, kita akan menerima apa yang kita perbuat. Sebut saja namanya itu Karma"Fan, gue mau ngomong." Ucap Syasa.Hari ini ia sengaja datang begitu awal untuk bisa bertemu dan mengobrol dengan Fano. Ia tahu bahwa Fano tak akan mau bicara dengannya saat sudah ada Naya nanti maka dari itu ia memilih untuk datang lebih awal saat ini hanya untuk bicara serius dengan Fano.Sekolah masih begitu sangat sepi karena jam masih menunjukkan enam lewat lima belas menit, masih terlalu pagi untuk anak sekolah datang ke sekolah. Akan lebih baik jika mereka masih bermalas-malasan diatas kasur empuknya bersama selimut tebal yang membungkus diri.Syasa tahu Fano sudah datang jam segini karena Fano mendapatkan laporan dari temannya bahwa hari ini Fano ada kegiatan Osis dan ada beberapa berkas yang harus ia pelajari dulu sebelum pergi ke sekolah tetangga mereka memenuhi
Permainan takdir sungguh begitu hebat hingga bisa bertindak di luar NalarHujan kembali menjatuhkan airnya sore ini membuat banyak aktivitas terpaksa untuk di hentikan sejenak. Langit begitu gelap nya hingga tampak seperti malam. Lampu diseluruh penjuru kelas tampak menyala semuanya. Suara dentuman gemuruh saling bersahutan bersama derasnya hujan turun. Kelas sudah usai 15 menit yang lalu tapi sekolah masih cukup ramai oleh siswa-siswa yang terjebak hujan. Berbagai keluhan keluar dari siswa akibat hujan yang jadi penghalang untuk segera pulang.Di antara ramainya orang yang mengeluh Naya duduk disebuah kursi panjang didepan labor komputer sambil memeluk dirinya sendiri akibat hawa dingin hujan Yang turun.Naya menatap air yang turun, pikirannya melayang mengingat kebersamaan nya dulu bersama Fano meski sekarang masih tetap bersama hanya status yang membedakan nya. Dan ditempat ini ju
Kata mu aku ini candu, lantas apa kabar dengan mu yang kini hilang membiarkan rindu terus menggebu karena tak bertemu?Naya menghempaskan tas nya diatas meja, dan langsung duduk dengan kedua tangannya ia silang didepan dada. Sekilas ia melirik ke sebelah tempat duduk Fano dan rasa kesal itu semakin memanas di dalam hatinya. Tania, Riko dan Aldi yang melihat itu hanya menggeleng kan kepala setelah itu mereka kembali ke aktivitas mereka yaitu menyalin jawaban.Bukannya mereka tidak peduli hanya saja mereka sudah terbiasa dengan Naya yang tiba-tiba seperti itu yang tak lain dan tak bukan adalah Fano si penyebab nya."Daripada kesal gitu baik Lo nyalin jawaban nih, gue tau Lo pasti belum buat pr kan Nay?" Ucap Tania"Iya Nay, Fano jangan dipikirin biar aja nanti gue marahin." Timpal Aldi"Berisik Lo semua!" Balas Naya yang masih sangat kesal itu.Sontak semua nya langsung terdiam, Riko
Dari banyak nya permintaan mengapa meminta mu untuk ada itu sulit?Hari ini hari Minggu, Naya sudah tampak siap-siap dengan tas selempang nya. Sesekali saat menghiasi wajahnya dengan bedak bubuk Naya tersenyum di depan kaca melihat pantulan dirinya itu. Dari ujung ekornya Naya melihat ponsel di sampingnya seperti sedang menunggu sebuah pesan atau telpon dari seseorang.Dengan masih mengembangkan senyumnya, Naya keluar dari kamar langsung menuju ruang keluarga untuk menghampiri bunda nya yang sedang menonton tv."Udah rapi aja Nay, mau kemana?" Tanya bunda saat Naya sudah duduk disampingnya.Tak ada jawaban, Naya mengambil cemilan diatas meja lalu memakannya tanpa berniat menjawab pertanyaan bundanya."Nay, kalau ditanyain itu dijawab sayang. Mau kemana ha? Pergi sama mantan lagi?"Naya tersenyum sambil terus memakan cemilan di dalam toples."Nay, kalau bunda kasi sa
Pegangan ku mungkin terlalu erat hingga tanpa sadar tangan ku berdarah dengan sendirinya, karena ternyata yang aku pegang bukan pundak melainkan pisau.Sejak pulang dari taman Naya langsung masuk ke dalam kamar dan tak keluar sampai malam tiba. Naya masih setia memandangi kota dari balkon kamarnya. Entah lah, ucapan Galih tadi masih terngiang-ngiang dengan jelas di telinga nya. Beberapa asumsi tentang Fano terus memenuhi otaknya. Dan beberapa kali juga semua itu ditepis nya kuat-kuat.Entah sudah beberapa kali Naya mencoba untuk menghubungi Fano namun sama saja masih nihil. Nomor nya, wa, ig, line semua media sosial nya tidak ada yang aktif sejak seminggu ini."Gue tau, Lo nggak akan Setega ini untuk ninggalin gue kan Fan." Ucap Naya mematahkan semua asumsi nya sendiri.Entah apa yang ia pikirkan tiba-tiba saja Naya menggeleng kepalanya kuat, "Tidak Fan, kisah kita nggak boleh berakhir seperti ini."
Dari banyak hal, semoga bisa untuk tanpa kamu disini seperti biasanyaNaya melenggang menyusuri koridor sekolah dengan mata semua siswa seperti mengintimidasi nya dalam tatapan, namun Naya tak peduli ia melanjutkan jalannya tanpa sedikitpun merasa terusik. Bukan ada sesuatu yang aneh dari penampilan Naya hari ini melainkan seseorang yang berjalan disamping nya itu, Dia adalah Gara Pratama cowok kasar yang mengejar Naya menguna kan cara apapun namun tetap saja yang ia dapat adalah penolakan mutlak berkali-kali.Setelah seminggu uring-uringan karena tak ada Fano menemani. Akhirnya hari ini Naya kembali seperti semula. Ada atau tidaknya Fano kehidupan akan tetap berjalan bukan? Lalu, dimana sekarang keberadaan si mantannya itu? Entahlah, yang jelas Naya sudah tak ingin berada disana lagi sebagai seorang yang berharap tanpa kepastian."Oke, sampai tuan putri." Ucap Gara sambil mengelus pelan rambut Na
Entah kenapa aku merasa semua seperti mempermainkan ku dalam diam tentang muGerbang berwarna hijau menjulang tinggi, dari celah-celah nya nampak bangunan berwarna putih bertingkat dua. Rumah yang masuk dalam kategori megah itu adalah rumah yang sangat Naya kenal. Belom sempat Naya membuka mulutnya untuk bertanya pada Galih, gerbang pun dibuka oleh kedua satpam sambil mempersilahkan pada keduanya untuk masuk.Baru saja menjejakkan kaki turun dari motor, lagi-lagi Naya dikejutkan dengan pemandangan yang mirip seperti sinetron itu."Assalamualaikum bu." Ucap Galih pada wanita separuh baya yang menyambut kedatangan mereka sambil mencium tangannya."Wa'alaikum salam." Jawab wanita itu dengan senyum tak pernah pudar dari bibirnya. Naya sangat menyukai wanita didepannya ini. Kenal? Sudah pasti. Dia itu adalah ibu dari Fano Arga Tara dan Naya tak pernah lupa meski baru beberapa kali bertemu.Ma
"Kalian." Gumam Fano."Ih seriusan ini Fano Loh." Ucap Tania yang mulai mendekati Fano diikuti dengan Aldi dan juga Riko dibelakangnya.Mereka bertiga benar-benar terkejut saat melihat sosok Fano yang sudah sangat lama tak pernah terlihat sama sekali sejak hari itu."Apa kabar Fan?" Tanya Riko, terasa sedikit canggung namun tetap ia sapa sosok yang dulu selalu ia susahkan itu."Baik, kalian apa kabar?" Tanya Fano dengan sangat hati-hati sekali.Ia takut jika ia masih seperti dulu lagi maka teman-teman nya itu akan berpikir aneh. Toh mereka sudah lulus begitu lama dan juga ia yakin bahwa saat ini mereka semua sudah bergelut pada dunia kerja yang menuntut keseriusan.Tania menulis nama mereka bertiga di daftar tamu yang hadir dan kemudian langsung menyerahkan undangan biru muda itu kepada petugas."Woi, ayo masuk. Ngapain sih lama bnget dis
Fano sampai pada parkiran mobil, di hadapannya saat ini berdiri sebuah bangunan dimana ia pernah menimba ilmu dulunya.Ia masih bingung antara masuk atau tidak, entahlah terasa begitu gugup sekali saat ini.Pikirannya saat ini hanya satu saja, bagaimana ia akan menjawab pertanyaan demi pertanyaan semua orang nantinya.Jika nnati orang bertanya tentang Syasa, apa yang harus ia jawab?Sudahkah dirinya ini siap untuk masuk dan bertemu dengan banyak orang dari masa lalu nya itu?Beberapa pertanyaan terus memenuhi isi kepalanya saat ini hingga membuat ia tak tahu harus bagaimana.Apakah ia harus pulang saja? Jika iya, maka kedatangan nya kesini itu untuk apa? Hanya untuk melihat bangunan yang pernah ia tempati dulu yang mempunyai banyak sekali kenangan antara dirinya dan juga Naya?Lama sekali Fano terdiam di dalam mobil, matanya terus saja me
Gerbang yang menjulang tinggi itu dihiasi lampu warna-warni disana. Tak lupa juga balon warna warni juga ikut turut serta meramaikan keindahan dekorasi yang dibuat oleh sekolah melalui anak-anak OSIS yang bergerak sesuai bidangnya.Sekolah sudah begitu ramai sekali yang datang, reunian kali ini benar-benar terasa begitu berbeda dari reunian yang dilakukan setiap tahunnya.Jika tiap-tiap tahun yang datang mengisi acara hanya sedikit maka kali ini para alumni yang datang benar-benar di luar dugaan sehingga bagian konsumsi harus bergerak cepat untuk menambah makanan dan jamuan untuk para hadirin yang datang.Benar-benar merupakan reunian yang paling berbeda dari biasanya. Seluruh anak OSIS kesana sini menyiapkan banyak kekurangan itu. Tak Mereka sangka bahwa alumni yang hadir akan benar-benar ramai melewati batas target mereka."Buset dah, tumben banget reunian kali ini Ramai. Biasanya tiap tahun sepi,
Beberapa hal datang tanpa kita tahu maksud sebenarnya tapi kita tahu ada sesuatu yang harus kita temukan dari semua itu.Fano berada dalam ruangannya, sejak tadi ia mencoba untuk fokus pada kerjaannya itu melupakan semuanya, namun entah kenapa bayangan wajah Naina terus saja menghantui nya.Anak nya itu seperti sedang melakukan pemberontak dengan cara sangat halus sekali.Tapi ia juga tidak tahu apa sebabnya, seingatnya ia dan Naina tidak terlibat dalam perdebatan apapun itu. Jika pun mereka terlibat perdebatan, Naina akan mengunci diri di dalam kamar dan tak akan bicara apapun padanya.Tapi tadi, Naina masih memanggil nya dengan panggilan papa dan masih menggenggam tangan Fano dengan begitu erat. Tak ada tanda-tanda Naina marah padanya tapi kenapa rasanya itu ada yang berbeda dengan anak yang sudah ia besarkan bertahun-tahun lamanya?Fano mengingat apa saja kegiatan yang telah m
Dari banyak hal, membenci mu setelah menoreh luka adalah hal yang tak bisa gue lakukan sampai saat ini.Naina terdiam menatap sarapan yang ada di atas meja. Kata-kata yang diucapkan oleh nenek nya tadi malam begitu memukul dirinya sampai ke dasar hati yang paling terdalam.Rasanya ia sungguh ingin tertawa saja sekarang, menertawakan kebodohan nya selama ini."Sayang kamu kenapa? Sakit ya?" Ucap Fano yang langsung membawa Naina kembali pada kesadaran nya semula.Naina menatap papanya di hadapannya itu, ia juga tidak tahu harus menunjukkan ekspresi dan bersikap seperti apa di hadapan papa nya saat ini.Tak mendapat kan jawaban apapun dari Naina, Fano bergerak menghampiri Naina yang duduk tak jauh
"Kemari sayang," ucap ibu Fano pada Naina sambil menepuk kasur empuk disampingnya itu.Naina melangkah untuk mendekat ke arah nenek nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Mimik wajah dari sang nenek yang terasa beda dari biasanya membuat Naina merasa bingung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dan tak ia ketahui sama sekali.Senyum wanita yang sudah tua itu begitu manis. Jarang sekali ia melihat neneknya bisa tersenyum seperti saat ini. Bukan jarang malah lebih tepatnya tidak pernah. Namun saat hanya dengan menyebut nama wanita itu, sisi lain nenek nya dan sang papa yang tak pernah ia ketahui muncul begitu saja."Berapa umurmu sekarang sayang?" Tanya ibu Fano saat Naina sudah duduk disampingnya."Hampir delapan tahun nek." Jawab Naina.Kembali wanita itu mengembang senyumnya hingga menampakkan bentuk keriput di matanya."Kau sudah sangat besar ternyata, tap
Rasa penasaran dan teka-teki entah kenapa berjalan beriringan dalam hidup gue saat ini. Tentang kamu, dia dan kita yang telah berlalu.Sejak pulang ke rumahnya Naya tak sedikitpun Bergerak dari tempat tidurnya. Ia terus saja memikirkan pertemuan nya bersama dengan Fano tadi.Beberapa pertanyaan terus saja berputar di otaknya saat ini mengingat dengan jelas ucapan gadis kecil yang memanggil Fano dengan panggilan papa."Apakah itu anak Syasa? Apakah mereka sudah menikah dan dikaruniai seorang anak? Ah, pasti nya hidup mereka telah bahagia selama beberapa tahun ini."Naya menggeleng kan kepalanya cepat menghapus setiap dugaan yang muncul. Bagaimanapun ia tak ingin terlalu cepat menyimpulkan semua yang terjadi hari ini. Tapi bayangan wajah Naina yang begitu mirip dengan Syasa begitu menghantui dirinya sendiri."Ck! Mengapa gue harus repot-repot memikirkan semua itu? Ast
Ketika takdir dan waktu berkerja sama dalam menghancurkan diriku, disaat itulah kamu harus tahu bahwa hancurnya diriku itu karena kamuSesampainya dirumah, Fano langsung menuju lantai dua dimana kamarnya berada tanpa mengucapkan apapun pada Naina. Naina menaikkan alisnya karena merasa bingung dengan keadaan papa nya itu yang tiba-tiba saja berubah. Padahal tadi saat mereka pergi dan belanja di mall papanya itu masih baik-baik saja. Lalu apa yang sebenarnya sedang terjadi?Ibu Fano yang melihat Naina kebingungan langsung menghampiri cucu nya itu."Ada apa sayang?" Tanya Ibu Fano sambil mengusap lembut puncak kepala Naina."Nggak tau sih Nek, papa tiba-tiba aneh.""Aneh? Aneh kenapa hm?" Tanya ibu Fano, sebenarnya ia melihat semuanya saat mereka baru saja turun dari mobil. Ibu Fano melihat wajah Fano yang berbeda."Nggak tau Papa itu kenapa setelah bertemu sama
Entah apa jadinya pada hati ini saat mengetahui kebenaran dari semuanya saat kita kembali bertemuTapi tanpa di duga sebelumnya, langkah kaki Naya berhenti. Naya diam membeku ditempat nya itu. Bahkan matanya juga tidak berkedip sama sekali saat berpas-pasan dengan seseorang yang selalu menganggu nya selama ini. Orang itu juga sama, sama-sama terkejut dan tak percaya apa yang sedang di lihat oleh Mata nya sendiri.Kedua nya larut bersamaan tatap mata yang sama sekali tidak berkedip itu, seolah-olah sedang berbicara tanpa perantara mulut."Fan-o." Ucap Naya terbata-bata. Lidah nya tiba-tiba saja kelu menyebutkan nama Fano itu."Naya." Kini giliran Fano pula yang bersuara. Berbanding terbalik dengan Naya yang nampak sedikit shock itu. Fano malah nampak begitu bahagia saat ini.Baru selangkah Fano berjalan untuk mendekati Naya tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat mata nya menangka