Bab 71. Penolakan Ibu Alisya Terhadap Deva
=======
“Jadi sekarang Fajar bukan menantu bapak lagi, toh?” tanyanya pelan.
“Maafin, Ica, Pak.”
“Tidak apa-apa, Nduk! Semoga Pak Deva bisa menjadi imam yang paling tepat untuk menggantikan Fajar buat kamu, Nak!”
Alisya dan Raja tersentak kaget. Deva tersenyum samar.
“Ca! Ini maksudnya apa, Nduk? Ibu gak nger
Bab 72. Raja Menuntut Kepastian===========Alisya yang merasa tak enak dengan sikap ibunya yang telah mengusir Deva. Gadis itu mengejar ke arah pintu, tetapi langkahnya dihentikan oleh sang ibunda.“Ica! Jaga harga dirimu!”Alisya mengalah.“Oh, iya. Saya juga permisi, ya, Pak, Bu. Mau ke kantor lagi. Kasihan Papa sendirian mengurus semuanya.” Raja yang tak kalah kalut juga hendak pergi.“Lho, kok , buru-buru, Nak Raja! Katanya tadi ada yan
Bab 73. Atas Nama Cinta , Raja Melepas Alisya=======POV RajaSudah empat hari Deva mendiamkan Raja. Tak ada tegur sapa, atau sekedar senyum basa-basi. Saat bertemu di meja makan pun, Deva tetap mengacuhkannya. Tetapi, pagi ini Raja harus menegur Kakaknya. Tak bisa tidak, ini menyangkut Alisya, wanita pujaan mereka.“Mas, hari ini orang tua Alisya keluar dari rumah sakit.” Raja menghampiri Deva di car port rumah megah berlantai&nb
Bab 74. Perintah Dari Deva ===== “Ini rumah siapa, Ca?” tanya Ainy saat mobil yang dikemudikan Pak Dadang memasuki halaman rumah. Ayah Alisya hari ini sudah boleh pulang dari rumah sakit. “Rumah yang boleh kita tempati, Bu. Yuk, turun!” jawab Alisya. Sengaja dia tak menyebut nama Deva. Khawatir ibunya menolak tinggal di situ. “Rumah dinas, ya? Rumah yang disediakan oleh perusahaan tempat kamu kerja?” “Ya, Bu.”
Bab 75. Kejutan Cinta Buat Alisya =========== Restoran itu tak jauh dari lokasi gedung kantor. Berjalan dua menit, dia sudah memasuki halaman restoran. Mempercepat langkah, Alisya masuk ke dalam. Pandangannya menyapu seluruh meja, mencari nomor tujuh. Alisya melangkah ke sana. Kosong. Wanita itu menghenyakkan tubuh sesaat di kursi itu. Bingung. Client yang dicarinya tak ada di sana. “Maaf, selamat siang? Dengan Bu Alisya?” Alisya tersentak, seorang peg
Bab 76. Raja Menemukan Intan========Raja mengantarkan Deva ke ruangan tertutup, meja lesehan nomor tujuh di lantai atas Restoran “Durma”.“Semangat!” ucapnya lalu pergi ke lantai bawah, menunggu Alisya. Wanita yang sesaat lagi akan dilepasnya.Duduk dengan membelakangi pintu masuk, Raja menatap cermin besar yang terpasang di dinding restoran. Raja bisa melihat kedatangan Alisya tanpa harus memutar tubuh.Masih sama dengan kemarin, Raja&
Bab 77. Dara Korban Selanjutnya=======Sudah empat hari Fajar mengurung diri di dalam kamar. Luka memar di seluruh tubuhnya sudah berangsur sembuh. Hanya di sekitar mata yang terlihat masih membiru, jejak bogem mentah para anak buah Sugondo masih membekas si sana.Butuh waktu selama empat hari bagi Fajar untuk menyembuhkan luka-luka memar di seluruh tubuhnya.“Jar, Dara belum transfer uang buat tebus rumah ini?”Rahmi m
Bab 78. Ranjang Maksiat Banjir Darah=========Dara mengeluarkan dompet dari dalam tas sandangnya. Meraih beberapa lembar uang dari dalam, lalu meletakkannya di genggaman Rahmi.“Nih, Tante shoping sana! Cukup, kan?”“Tante kamu suruh shoping, belanja-belanja, gitu?” Rahmi terbelalak, melihat uang banyak di tangannya.“Iya, sisihin buat ngontrak rumah sebulan! Sisanya Tante foya-foya, deh! Terserah!”“Makasih, Dara!
Bab 79. Sepasang Pezina Meregang Nyawa=======Berjingkat gadis itu kembali masuk ke dalam kamar maksiat, tanpa sepatah kata, tanpa isyarat apa-apa, benda itu menghujam ke tubuh para durjana. Seketika ranjang menjadi basah, tergenang cairan warna merah, leguhan yang begitu meyakitkan tadi di gendang telinganya, berganti menjadi teriakan kesakitan kedua mahkluk yang tengah meregang nyawa.“De … sy! Ka … mu?” Fajar berucap lirih. Sembari memegangi
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs