Bab 55. Maksiat Sepasang Durjana
========
“Gimana, ya?” ucap Desy memilin-milin jari jemarinya. Gadis licik itu sedang berusaha memainkan peran dengan sabaik mungkin.
“Kalau ragu , ya, jangan! Gak maksa, kok.”
Lelaki paruh baya di hadapan setengah mengancam. Dia tahu persis kalau Desy sangat tertarik dengan posisinya. ‘Perempuan ini pasti mau memenuhi tawaran yang aku imingkan.’ Begitu pikirnya.
“Tapi, Bapak janji mau carikan saya kerjaan di kantor itu, ya?” Desy mengatur nada suaranya. Desah-desah manja mengggoda mulai dia lancarkan. Bibir sensual merah merekah itu mengerucut, sontak timbulkan dentuman dasyat tak beraturan di
Bab 56. Desy Mengikuti Deva========Dua jam sudah Desy tertidur di kamar hotel itu. Alarm yang sengaja dia atur di ponselnya berbunyi tepat pukul tiga sore. Gegas wanita itu membesihkan tubuhnya di dalam kamar mandi. Setengah jam kemudian, dia sudah berada di gerbang hotel. Sebuah mobil yang dia pesan lewat aplikasi sudah menunggunya di sana.Mobil itu bergerak menuju gedung perkantoran, di mana kantor Perusahaan Sarung Tangan terkenal itu berada. Pukul empat kurang sepuluh menit,&n
Bab 57. Pijar Cinta Deva Buat Alisya=============“Kata Mama Alisya, Tasya harus sayang sama Papa. Karena Papa juga sayang sama Tasya. Kata Mama Alisya, Tasya harus minta maaf sama Papa, karena dulu pernah jahat sama Papa.”“Begitu, ya?” Deva melirik Alisya yang masih berdiri kaku di tempatnya.“Iya. Mama Alisya jualan kerupuk, tadi udah masak sekali, Mama Alisya mengantarnya ke warung-warung situ. Jalan kaki. Tapi, Papa gak boleh ngasi mobil buat Mama Alisya! Mama Alisya juga gak punya&
Bab 58. Desy Melabrak Alisya=======“Tolong pahami semuanya!”Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Deva. Pria itu Lalu melepas genggamannya. Alisya membisu. Kemudian mengendurkan pelukan di tubuh Tasya. Pintu mobil dia tutup perlahan.“Pulang, ya, Sayang!” lirihnya pelan.“Dadah … Mama! Dadah … Tante Intan! Dadah … Rena!” Tasya melambaikan tangan mungilnya, yang dibalas segera oleh ketiga wanita yang ditinggalkannya.Mobil itu mulai melaju perlahan, lalu hilang di 
Bab 59. Tawaran Dari Calon Mantan Suami=======Tangan Desy melayang ke udara hendak menampar Intan, cepat ditahan oleh Alisya. Sekuat tenaga wanita itu melawan Desy yang sedang terbakar emosi.“Bawa Rena masuk, Tan!” titah Alisya.Dia tahu, pertengkaran ini akan berlanjut. Alisya tak ingin putrinya melihat tindakan kekerasan di depan mata kanak-kanaknya. Itu akan melukai jiwa Rena.“Baik, Kak.” Intan menggendong Rena masuk ke dalam rumah, lalu menut
Bab 60. Talak Tiga Untuk Alisya======Kini, tak ada sedikitpun rasa iba yang tersisa di hati gadis itu, meski Fajar adalah abang kandungnya, dan Desy adalah sepupunya.Alisya melangkah mendekatinya. Mereka berbicara lewat tatapan. Bisu. Tak ada kalimat yang keluar dari mulut keduanya.Alisya menghenyakkan tubuh di tikar pandan yang digelar di lantai ruangan sempit itu, persis di samping putrinya.Memeluk gadis kecil itu dengan erat, seolah mencari tambahan
Bab 61. Memperalat Istri Mantan Bos========Fajar melangkah gontai keluar dari halaman rumah Alisya, berjalan terseok menuju ujung gang. Sebuah kedai kopi di depan gang sempit itu kini menjadi tujuan langkah kakinya. Setelah memesan segelas kopi, pria itu menghenyakkan tubuh di atas sebuah bangku yang menghadap tepat ke arah jalan.Mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam kantong kemeja, pria itu mulai menyulut api rokoknya. Berkali menghisap dan mengeluarkan asap bernikotin itu, setelah mempermainkan asapnya di dalam mulu
Bab 62. Hanya Berbalut Handuk Sebatas Dada=======“Aku transfer sekarang, ya! Nomor rekening kamu masih yang dulu, kan?”“Eh, jangan, Sayang! Aku gak enak, lho!”Fajar pura-pura menolak, padahal sesunguhnya perasaan bahagia membuncah di hati sang durjana.“Gak apa-apa, Sayang! Aku transfer, nih! Kamu langsung ambil, kamu harus belanja malam ini juga! Beli pakaian yang terbaik untuk kamu pakai besok di persidangan kamu, ya! Aku mau kamu tampil tampan dan kelihatan mewah besok! Kan, aku
Bab 63. Deva Dibakar Cemburu===========Deru mobil lain terdengar lagi berhenti di depan rumah.“Lho, itu siapa lagi?” Intan ikut bingung.“Itu, itu pasti Mas Ardho! Dia yang nelpon tadi, kukira mas Ardho yang datang di awal tadi. Rupanya Pak Deva. Gawat! Kedua laki-laki itu telah ada di depan,” ceracau Alisya panik.“Apa? Mereka berdua ngapain datang ke sini?” sergah Intan ikut panik.“Mau jemput kita, Ntan!”