Bab 160. Pengakuan Aisyah
===========
“Ai ….”
“Ai tak peduli dengan harga diri, Ai yang menawari diri untuk Mas Ardho nikahi. Ini karena rasa di hati ini tak lagi dapat Ai bendung. Ai tak sanggup lagi menahan rasa ini. Rasa yang lebih dulu Mas Ardho semai, Mas sirami, tetapi tanpa perasaan sekarang Mas bunuh secara kejam.”
“Aku tak bermaksud membuatmu kecewa, Ai! Maaf!”
“Kalau memang sejak awal Mas Ardho gak cinta, kenapa mesti menumbuhkan rasa di hati aku?” Aisyah mulai sesegukan.
Bab 161. Jaga Aisyah Untukku===========Kalimat Aisyah terdengar begitu tegas. Suara manja dan kolokan hilang lenyap. Aisyah telah kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Seorang mahasiswi jurusan hukum yang pandai mengungkapkan fakta, menindak kejahatan, menyingkap ketidak jelasan. Itu sebab dia mengambil kuliah jurusan hukum. Meski papanya menginginkan dirinya menjadi Dokter juga seperti sang Papa dan Dr. Ilham Kakaknya. Aisyah sebenarnya wanita tegas, mandiri dan tangguh, meski kadang kelewat manja.Cinta sempat membutakannya. Ardho sengaja mempermainkan perasaanya sebagai pelampiasan karena penolak Alisya. 
Bab 162. Tiara Meminta Ardho Bebas========“Tunggu aku, ya!” Deva berucap pelan.“Iya, Sayang. Aku gak akan pernah ke mana-mana. Sebentar, ya, biar kita pindah ke ruangan.”“Hem.”Alisya melepas pelukan di lengan yang lemah itu. Meletakkannya pelan di sisi badan setelah mengecupnya sekali lagi.*“Sya!” Tiara menyambutnya di depan pintu ruangan.“Hey.”&ldq
Bab 163. Mata-mata Ketahuan==========“Maaf, Tiara. Abang kamu itu seorang psikopat! Maaf banget, ya. Bukan maksudku menyakiti perasaan kamu. Tapi itulah kenyataan yang terjadi. Jadi kutegaskan sama kamu, bahwa sampai kapanpun Alisya tak akan pernah mencabut perkara Ardho. Bahkan kami berencana menuntut lagi, karena rencana pembunuhan lanjutan terhadap Mas Deva. Kamu upayakan dia membusuk di penjara, sampai dia benar-benar bertobat. Maaf, Tiara. Jika kalimatku terlalu kejam.” Raja menegaskan.“Apalagi yang telah dilakukan oleh Mas Ardho, Mas?” Tiara bertanya lirih.“Kamu mau tahu apa?”&n
Bab 164. Mereka Bukan Mata-mata, Ai …!===========Aisyah menoleh. Mata indah menghanyutkan itu menatap Raja aneh.“Kenapa?” Raja balas menatap. Kali ini Raja tak ingin menahan lagi. Toh isi hatinya sudah ketahuan oleh gadis ini. Apa lagi yang harus dia tutupi?“Anda aneh!” Aisyah mencibir.“Aneh? Apa anehnya?” Tatapan Raja menukik tajam tepat di bola mata gadis itu. Meski hatinya berdebar dasyat, tapi dia tak mau menyerah. Sudah bosan menahan rasa. Kali ini harus dinyatakan saja. Terserah bagaimana jawabannya. Sudah terlalu sering menelan kecewa, rasa sakit bila ditolak lagi, akan te
Bab 165. Bukan Cinta, Tapi Obsesi==========Rasa itu justru bertambah dalam. Justru ada tekad yang menyeruak, aku harus bisa menyembuhkan sakitmu. Tekat itu menyiksaku, Ai. Itu sebab aku menjaga kamu! Itu sebab aku perintahkan bodyguard itu mengikuti ke mana pun kamu pergi. Bukan untuk memata-matai, tetapi aku ingin tahu keadaanmu setiap saat, Ai.”Aisyah tercekat. Pandanganya kian mengabur. Bulir air bening menghalangi pandangannya. Kembali jemari Raja menyeka lembut mata basah itu.“Tolong pahami rasa di hatiku ini, kumohon! Jika memang tak kau terima rasa ini, setidaknya jangan usir aku! Jangan suruh aku pergi, ya, Ai! Aku ingin menjagamu, menyembuhkanmu, meskipun tak bis akau balas r
Bab 166. Katakanlah, Ai! Aku Akan Mendengarkan=============“Ya, itu bukan cinta, tetapi obsesi yang gila.”“Ya, mencintai tidak mesti memiliki, bukan? Sekalipun itu sakit rasannya. Tetapi akan memberi kita rasa tenang. Kita ikut bahagia, bila orang yang kita cinta itu bahagia. Itulah yang namanya cinta sejati."“Begitukah, Mas?”“Ya, jangan ada dendam. Kalau dendam, kita tidak akan tenang.”“Mas Raja tetap mau bertahan di dekatku sekalipun aku mengusir Mas Raja, apakah itu artinya –“&nb
Bab 167. Pertemuan Dinda Dengan Aisyah==========“Tapi, Mas Raja juga keren, kok, Pak. Iya, kan, Kak? Dan sepertinya, Mas Raja naksir Kak Rika, deh, hehehehe …,” celetuk Arfan membuat wajah Rika merona.“Hust! Arfan!” Rika melotot, tetapi langsung menunduk.“Kak Rika juga suka, kan? Ya, Allah, semoga Kakakku berjodoh dengan Mas Raja, aamiin.”“Arfan!” Rika mencubit gemas pipi adiknya, jelas terlihat dia semakin tersipu.“Amini, dong, Kak. Masa malah dimarahin!” Arfan tertawa melihat wajah kakaknya 
Bab 168. Raja Dan Rika Bertemu Di Rumah Sakit==========Dua orang bocah perempuan berlari di koridor rumah sakit. Pak Dadang, sang supir pribadi mengiringi mereka. Alina tertinggal di belakang, di dorong dengan kursi rodanya oleh seorang perawat pribadi.“Mama … Mama ke mana aja, sih, kita kan, kangen!” Rena dan Tasya langsung menghambur memeluk Aisya begitu mereka tiba di kamar rawat Deva.“Iya, Sayang. Maafin Mama, ya. Papa kalian sakit, tapi sekarang udah sebuh, kok. Makanya kalian di jemput untuk datang ke sini.” Alsiya membelai dan menciumi kedua putrinya.&n
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs