Perintah Haga Kepada Pengacara Alisya
===========
“Tasya Sayang!” Alisya berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan putri lelaki yang mulai mendebarkan hatinya itu.
“Ya, Ma?” Tasya menjawab sambil mewek. Anak kecil itu tahu persis, apa yang akan disampaikan oleh Alisya. Karena diapun mendengar langsung ancaman sang kakek barusan, lewat ponsel pamannya yang dispeakerkan.
“Mama bukan tidak sayang sama Tasya. Mama sayang … banget. Mama juga pengen kita tinggal
Bab 48. Panggilan Sidang Perceraian Buat Fajar=========Semua terkejut. Niken tiba-tiba muncul di ambang pintu. Yang paling kaget adalah Alisya dan Rena. Seorang gadis lain bersama putri bungsu Haga Wibawa.“Kak Alisya? Rena?” Gadis itu berteriak kaget.“Intan! Kamu?” Alisya tak percaya.“Kak … Kakak di sini?” Intan menghambur langsung bersimpuh di kaki Alisya. Gadis itu sesegukan sambil memeluk kaki mantan kakak iparnya itu.“Ante! Danan putun Mammmma Lena!” teriak 
Bab 49. Fajar Mengusir Mantan Selingkuhan==========Intan yang telah pergi dari rumah beberapa hari ini. Menghilang begitu saja bagai di telan Bumi. Tiba-tiba mengirimi Fajar rekaman video kebersamaan Alisya dan Rena.Begitu kiriman dia unduh, Fajar langsung menghubungi nomor Intan, ingin memastikan keberadaan adiknya, juga ingin tahu tempat tinggal Alisya. Namun, kembali nomornya diblokir. Fajar tak bisa menghubunginya.Jangankan Alisya, Intan pun kini telah sangat membenci dirinya. Di
Bab 50. Mangsa Baru Desy===========“Maaf, Tante! Jangan hentikan aku! Jangan halangi lagi langkahku! Aku mau pergi!”“Ada apa? Fajar juga menjerit-jerit di kamarnya, ada apa sebenarnya ini! Jelaskan pada Tante!”“Tanya sendiri pada anak kesayangan Tante itu! Yang jelas, aku sudah jenuh! Aku sudah bosan dibentak, dihina, di caci dan dimaki. Cukup sudah! Cukup sudah, Tante! Aku gak tahan lagi! Aku sudah jenuh! Aku sudah tak tahan lagi. Aku menyerah!”
Bab 51. Alisya Menolak Telepon Deva========“Kalau begitu, kamu saya terima saja. Sepertinya kamu bisa diajak kerja sama. Saya juga suka, karena kamu itu lincah, sigap dan saya yakin berkompetensi. Satu hari ini kamu dipandu dulu. Usahakan menguasai smeua tugas dan tanggung jawab kamu! Karena besok, Rini mulai resign. Dia mau diboyong suaminya pergi jauh. Mulai besok, kamu yang gantikan dia, ok!” ucap Raja mantap.“Siap, Pak. Terima kasih!” Desy terlihat semringah.“Ok, selamat bergabung!”
Bab 52. Desy Dipecat Di Hari Pertama Bekerja========“Hem, anu. Sebenarnya dari tadi juga Mas Deva udah telpon kamu, tapi sepertinya kamu lagi sibuk, ya? Makanya kamu gak angkat telpon Mas Deva?”“Oh, iya. Maaf!”“Mas Deva ada berbuat salahkah, sehingga kamu gak mau angkat telpon darinya?”“Tidak, hanya saja tadi sibuk banget. Maaf, memang nya ada apa, ya?”“Tasya. Dari kemarin nangis terus! Kemarin sore dia nuntut. Kita sudah
Bab 53. Ancaman Desy=========Raja memuntahkan seluruh kebenciannya. Penyesalan menggunung itu meyesakkan dadanya. Hampir saja dia menerima seorang ular bekerja di kantornya. Hampir saja dia membela musuh Alisya, perempuan yang sangat dicintainya.“Maaf, dari mana Bapak mendapatkan video itu?” Desy masih juga punya muka. Sedikitpun tak ada penyesalan di raut wajahnya. Apalagi rasa malu karena aib besarnya terbongkar.“Kenapa? Kau mau menyangkal bahwa perempuan murahan di video itu bukan dirimu?” Raja menantang.&nbs
Bab 54. Pemangsa Menjadi Mangsa========Desy mendengkus kesal. Raja yang sempat terpengaruh akan pesonanya tega menyeret dirinya keluar dari ruangan Deva dengan begitu kasar. Pria yang sempat menerimanya bekerja di kantor itu sebagai sekretaris pribadi, terlihat begitu jijik padanya, sekarang.Semua ini karena Alisya. Perempuan itu lagi-lagi membuat kekacauan dalam hidupku. Bahkan pekerjaan yang aku impikan, pekerjaan yang sudah aku genggam, pun bisa kembali hilang, karena perempuan itu. Alisya seperti&nbs
Bab 55. Maksiat Sepasang Durjana========“Gimana, ya?” ucap Desy memilin-milin jari jemarinya. Gadis licik itu sedang berusaha memainkan peran dengan sabaik mungkin.“Kalau ragu , ya, jangan! Gak maksa, kok.”Lelaki paruh baya di hadapan setengah mengancam. Dia tahu persis kalau Desy sangat tertarik dengan posisinya. ‘Perempuan ini pasti mau memenuhi tawaran yang aku imingkan.’ Begitu pikirnya.“Tapi, Bapak janji mau carikan saya kerjaan di kantor itu, ya?” Desy mengatur nada suaranya. Desah-desah manja mengggoda mulai dia lancarkan. Bibir sensual merah merekah itu mengerucut, sontak timbulkan dentuman dasyat tak beraturan di