Bab 50. Mangsa Baru Desy
===========
“Maaf, Tante! Jangan hentikan aku! Jangan halangi lagi langkahku! Aku mau pergi!”
“Ada apa? Fajar juga menjerit-jerit di kamarnya, ada apa sebenarnya ini! Jelaskan pada Tante!”
“Tanya sendiri pada anak kesayangan Tante itu! Yang jelas, aku sudah jenuh! Aku sudah bosan dibentak, dihina, di caci dan dimaki. Cukup sudah! Cukup sudah, Tante! Aku gak tahan lagi! Aku sudah jenuh! Aku sudah tak tahan lagi. Aku menyerah!”
<
Bab 51. Alisya Menolak Telepon Deva========“Kalau begitu, kamu saya terima saja. Sepertinya kamu bisa diajak kerja sama. Saya juga suka, karena kamu itu lincah, sigap dan saya yakin berkompetensi. Satu hari ini kamu dipandu dulu. Usahakan menguasai smeua tugas dan tanggung jawab kamu! Karena besok, Rini mulai resign. Dia mau diboyong suaminya pergi jauh. Mulai besok, kamu yang gantikan dia, ok!” ucap Raja mantap.“Siap, Pak. Terima kasih!” Desy terlihat semringah.“Ok, selamat bergabung!”
Bab 52. Desy Dipecat Di Hari Pertama Bekerja========“Hem, anu. Sebenarnya dari tadi juga Mas Deva udah telpon kamu, tapi sepertinya kamu lagi sibuk, ya? Makanya kamu gak angkat telpon Mas Deva?”“Oh, iya. Maaf!”“Mas Deva ada berbuat salahkah, sehingga kamu gak mau angkat telpon darinya?”“Tidak, hanya saja tadi sibuk banget. Maaf, memang nya ada apa, ya?”“Tasya. Dari kemarin nangis terus! Kemarin sore dia nuntut. Kita sudah
Bab 53. Ancaman Desy=========Raja memuntahkan seluruh kebenciannya. Penyesalan menggunung itu meyesakkan dadanya. Hampir saja dia menerima seorang ular bekerja di kantornya. Hampir saja dia membela musuh Alisya, perempuan yang sangat dicintainya.“Maaf, dari mana Bapak mendapatkan video itu?” Desy masih juga punya muka. Sedikitpun tak ada penyesalan di raut wajahnya. Apalagi rasa malu karena aib besarnya terbongkar.“Kenapa? Kau mau menyangkal bahwa perempuan murahan di video itu bukan dirimu?” Raja menantang.&nbs
Bab 54. Pemangsa Menjadi Mangsa========Desy mendengkus kesal. Raja yang sempat terpengaruh akan pesonanya tega menyeret dirinya keluar dari ruangan Deva dengan begitu kasar. Pria yang sempat menerimanya bekerja di kantor itu sebagai sekretaris pribadi, terlihat begitu jijik padanya, sekarang.Semua ini karena Alisya. Perempuan itu lagi-lagi membuat kekacauan dalam hidupku. Bahkan pekerjaan yang aku impikan, pekerjaan yang sudah aku genggam, pun bisa kembali hilang, karena perempuan itu. Alisya seperti&nbs
Bab 55. Maksiat Sepasang Durjana========“Gimana, ya?” ucap Desy memilin-milin jari jemarinya. Gadis licik itu sedang berusaha memainkan peran dengan sabaik mungkin.“Kalau ragu , ya, jangan! Gak maksa, kok.”Lelaki paruh baya di hadapan setengah mengancam. Dia tahu persis kalau Desy sangat tertarik dengan posisinya. ‘Perempuan ini pasti mau memenuhi tawaran yang aku imingkan.’ Begitu pikirnya.“Tapi, Bapak janji mau carikan saya kerjaan di kantor itu, ya?” Desy mengatur nada suaranya. Desah-desah manja mengggoda mulai dia lancarkan. Bibir sensual merah merekah itu mengerucut, sontak timbulkan dentuman dasyat tak beraturan di
Bab 56. Desy Mengikuti Deva========Dua jam sudah Desy tertidur di kamar hotel itu. Alarm yang sengaja dia atur di ponselnya berbunyi tepat pukul tiga sore. Gegas wanita itu membesihkan tubuhnya di dalam kamar mandi. Setengah jam kemudian, dia sudah berada di gerbang hotel. Sebuah mobil yang dia pesan lewat aplikasi sudah menunggunya di sana.Mobil itu bergerak menuju gedung perkantoran, di mana kantor Perusahaan Sarung Tangan terkenal itu berada. Pukul empat kurang sepuluh menit,&n
Bab 57. Pijar Cinta Deva Buat Alisya=============“Kata Mama Alisya, Tasya harus sayang sama Papa. Karena Papa juga sayang sama Tasya. Kata Mama Alisya, Tasya harus minta maaf sama Papa, karena dulu pernah jahat sama Papa.”“Begitu, ya?” Deva melirik Alisya yang masih berdiri kaku di tempatnya.“Iya. Mama Alisya jualan kerupuk, tadi udah masak sekali, Mama Alisya mengantarnya ke warung-warung situ. Jalan kaki. Tapi, Papa gak boleh ngasi mobil buat Mama Alisya! Mama Alisya juga gak punya&
Bab 58. Desy Melabrak Alisya=======“Tolong pahami semuanya!”Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Deva. Pria itu Lalu melepas genggamannya. Alisya membisu. Kemudian mengendurkan pelukan di tubuh Tasya. Pintu mobil dia tutup perlahan.“Pulang, ya, Sayang!” lirihnya pelan.“Dadah … Mama! Dadah … Tante Intan! Dadah … Rena!” Tasya melambaikan tangan mungilnya, yang dibalas segera oleh ketiga wanita yang ditinggalkannya.Mobil itu mulai melaju perlahan, lalu hilang di 
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs