Rean mengedarkan pandangannya ke sekitar, memastikan tak ada yang mendengar percakapan mereka.Begitu merasa aman, ia mendekat, meraih pergelangan tangan Gea dan berbisik tajam di telinganya, "Kau sengaja kemari untuk menantangku, Gea? Bukankah sudah kubilang bahwa aku akan membatalkan pernikahan kita jika kau melakukan ini?"Alih-alih takut, Gea tersenyum manis, senyum yang penuh kemenangan dan ancaman terselubung."Bukankah sudah kubilang untuk bersiap padaku, Sayang? Sampai kapan pun pernikahan kita akan tetap terwujud. Apa kau sudah lupa bahwa aku memegang kartumu?" suaranya lembut, tetapi setiap kata yang diucapkan bagaikan belati beracun yang menusuk ego Rean.Dengan gerakan perlahan, Gea menepuk perutnya yang datar, ekspresinya semakin licik. "Kau ingin aku memperkenalkannya pada ibumu atau Alisha? Atau keduanya saja agar mereka menyambut kehadirannya dengan meriah?"Dada Rean bergemuruh hebat. Ia mengepalkan tangannya, menahan amarah yang siap meledak.Dengan gerakan kasar, ia
Rean menggeram kesal ke arah Gea yang tersenyum padanya—senyum yang begitu manis di permukaan, namun di matanya bersinar kilau licik seperti mata kucing di kegelapan.Gadis itu ternyata tidak memedulikan peringatannya sedikit pun, membiarkan kata-kata Rean terbang seperti debu dihembus angin.Ia sudah menegaskan, melarangnya memberitahu siapa pun, tetapi Gea, dengan keberanian yang menjengkelkan, justru membisikkan segalanya kepada ibunya—menciptakan badai di tengah lautan emosi Rean."Mama senang jika kalian akhirnya memutuskan menikah. Gea lebih baik dari Alisha, Sayang.“Gea masih muda dan cantik, dia juga pintar memasak dan yang paling penting Gea menghormati Mama. Perbandingannya sangat jauh jika dibandingkan dengan Alisha," kata Riana, suaranya mengalun lembut namun penuh tajam seperti belati berselubung sutra.Perempuan paruh baya itu bersinar dengan rasa puas yang menari di wajahnya, matanya berbinar seakan-akan Gea adalah berlian langka yang akhirnya berhasil ia miliki.Rean
Hati Rean terasa mencengkeram dadanya erat-erat. "Kau benar-benar marah padaku karena kedatangan Gea hari ini? Aku benar-benar tidak tahu jika Gea akan melakukan itu, sungguh," ucapnya, ada kesungguhan yang hampir putus asa di sana.Namun, hati Alisha seolah telah membeku. Ia mendengus, lalu berkata dengan nada yang lebih tajam dari pecahan kaca, "Bukankah kau senang jika dia dekat dengan Mama? Mereka terlihat cocok satu sama lain."Rean menggeleng kecil, matanya memohon sesuatu yang tak bisa ia ucapkan dengan kata-kata."Aku mohon Sayang, jangan seperti ini. Aku benar-benar tidak menginginkan itu. Kamu adalah istriku, dan tidak ada yang akan menggantikanmu menjadi menantu Mama."Tawa sinis Alisha memenuhi udara, mengiris harapan tipis di hati Rean. "Jangan bicara lagi jika kau masih mempertahankan jalang itu di sini.""Kami sudah putus, maksudku Gea dan aku," suara Rean terdengar hampir putus asa, memohon pengertian yang tak kunjung ia dapatkan. "Tapi Gea tidak terima, jadi dia melak
"Jaga bicaramu, Alisha. Gea ini sedang menemani Mama berbelanja. Dia ini jauh berbeda dari kamu yang tidak pernah perhatian terhadap Mama," Riana membalas dengan nada angkuh, seolah-olah Gea adalah malaikat penyelamat yang diutus khusus untuk dirinya.Alisha mengangkat alisnya, mengejek tanpa kata. "Wah, rupanya kalian semakin cocok. Maafkan menantumu ini karena tidak memiliki waktu untuk berfoya-foya, Mama," balasnya menohok, memastikan setiap kata yang diucapkannya mengenai sasaran.Wajah Riana langsung memerah, emosinya tersulut dalam sekejap. "Mulut kamu ini semakin lama semakin tidak terpelajar," geramnya, suaranya bergetar menahan amarah."Ma, sudahlah jangan emosi. Lebih baik kita cari tempat lain saja. Tidak enak jika bertengkar di tempat umum seperti ini,"Gea berusaha menarik lengan Riana, berpura-pura menjadi pihak yang bijak. Namun, ada kilatan kemenangan di matanya yang tidak bisa ia sembunyikan."Kamu benar, Sayang. Kita cuma buang-buang waktu berada di sini," sahut Rian
Alisha mencoba mempertahankan raut wajah datarnya lalu mengembalikan ponsel Rean.Jemarinya yang ramping melayang sejenak sebelum benar-benar melepaskan benda itu, seakan ingin mengabadikan sensasi dingin logam di kulitnya—sebuah kemenangan kecil yang hanya ia sendiri yang tahu.Di dalam dada, sebuah kepuasan mekar, semanis racun yang perlahan-lahan menjalar ke seluruh tubuh. Ia telah berhasil memasang aplikasi pelacak tanpa dicurigai. Siapa sangka kecemburuan Rean terhadap Neuro justru menjadi senjatanya?"Kenapa kau diam saja? Bagaimana? Sekarang kau percaya perkataanku bahwa hubunganku dengan Gea sudah berakhir, bukan?" Suara Rean bergetar, mengandung harapan yang nyaris putus asa.Alisha menggeleng perlahan, seperti angin musim gugur yang dengan lembut menolak jatuhnya daun terakhir. "Tidak."Tatapan Rean menegang. Sejenak, mata itu memancarkan keputusasaan sebelum kembali tajam, mencoba membaca sesuatu di wajah Alisha. "Apa? Memangnya ada hal aneh di dalam ponselku itu?""Tidak a
Air mata haru menggenang di sudut matanya. Ini adalah momen yang telah ia tunggu-tunggu. Tuhan telah menjawab doanya.Namun, kebahagiaan yang baru saja ia genggam seketika terhenti ketika sebuah suara menggelegar dari sudut ruangan."Kenapa kalian tidak mengundang istri pertama ke pernikahan ini? Wah, aku tidak menyangka jika suamiku telah berhasil direbut olehmu, Gea."Suasana di aula berubah seketika. Desas-desus memenuhi udara, membentuk gelombang kebingungan dan keterkejutan. Gea membeku di tempatnya.Matanya membelalak saat sosok yang dikenalnya berdiri di bawah panggung dengan senyum menantang.Alisha.Dengan gaun putih mewah yang membalut tubuhnya, serta wajahnya yang dipoles riasan lembut, ia terlihat tak kalah anggun.Para tamu yang awalnya terfokus pada Gea dan Rean kini mengalihkan perhatian mereka ke sosok Alisha, yang berdiri tegak dengan aura yang begitu kuat.Senyum yang ia layangkan bukan senyum bahagia, melainkan senyum penuh makna, seolah ia adalah badai yang siap me
"Astaga, jadi kau menyalahkan aku atas semua perbuatanmu? Begitu, Gea?""Diam!"Rean dan Gea seketika berhenti lalu menatap Riana yang datang dengan wajah murka."Seharusnya kalian bahagia saat ini, kenapa malah berdebat dan saling melempar kesalahan?"Tangisan Gea membuncah, seketika ia berlari ke arah Riana lalu memeluknya erat."Seharusnya kamu tunjukkan kepada Alisha bahwa kamu bahagia dengan pilihanmu ini, Rean. Kenapa kamu malah memarahi Gea?""Tapi Ma, aku tidak mau kehilangan Alisha. Aku tidak rela melihatnya pergi dan berpaling kepada Neuro. Alisha itu istriku, dia adalah wanita yang paling aku cintai,""Dia sudah membuangmu, Rean. Sadarlah!" ucap Riana dengan penekanan yang kuat.Rean hanya bisa terduduk pasrah mendengar ucapan Riana. Ucapan ibunya memang benar—dia telah dibuang oleh Alisha.Dia telah menghina kita hari ini. Acara kita menjadi bahan perbincangan di sepanjang pesta, menjadi gunjingan di antara para tamu yang menatap kita dengan sorot mata penuh ejekan.Mama m
Tubuh Gea bergetar. Bibirnya ingin mengatakan sesuatu, ingin membela diri, tetapi tidak ada suara yang keluar.Matanya memanas, penglihatannya mulai kabur oleh air mata yang menggenang. Ini bukan yang ia bayangkan. Ini bukan pernikahan yang ia impikan.Melihat Gea menangis dan Rean yang terluka, Riana segera pasang badan. Ia maju selangkah, berdiri di antara suami dan anaknya. Matanya menyala dengan perlawanan."Pa, cukup!" suaranya menggema, berusaha menandingi kemarahan Hendriawan."Apa Papa tahu semua ini tidak akan terjadi jika Alisha tidak menyebarluaskan video itu? Mama yakin, ini pasti ada sangkut pautnya dengan Alisha! Seharusnya Papa menyalahkan Alisha, bukan Rean atau Gea! Mereka hanya menikah!"Hendriawan mendengus sinis. "Mama benar-benar buta dengan kebencian Mama sendiri," katanya dengan suara dingin yang mampu membekukan darah."Ini tidak akan terjadi jika Rean menjaga kesetiaannya. Dan lebih dari itu, ini tidak akan terjadi jika Mama tidak ikut campur dalam urusan anak
Kelly hanya bisa meremas foto-foto itu dengan kesal. Mustahil, bagaimana bisa Alisha menemukan jejak dirinya saat menjadi wanita penghibur beberapa tahun yang lalu.Hanya sebentar ia berada disana untuk bekerja, bagaimana mungkin Alisha bisa menemukan jejaknya?Apa Alisha memiliki orang handal yang pintar mencari informasi? Tidak mungkin. Perusahaan Alisha bukanlah perusahaan besar yang memiliki sumber daya manusia yang luar biasa."Bagaimana Kelly? Kau ingin aku mengirimnya pada Andrew?" ujar Alisha dengan senyuman miring."Atau bagaimana jika aku membeberkan hal ini ke media? Beritamu pasti akan besar seperti halnya beritaku. Bahkan aku bisa membuatnya lebih besar lagi," sambung Alisha kembali.Kelly mulai terlihat pucat pasi mendengar ucapan Alisha. Rahangnya bergemretak menahan amarah melihat Alisha yang tersenyum penuh arti. "Apa maumu?""Ha, tidak seru! Kenapa kau masih saja searogan itu saat kartu matimu ada di tanganku. Memohonlah padaku, Kelly Anderson! Baru aku akan memperca
Awalnya Alisha pikir Gea akan terbawa amarah saat ia lagi-lagi kalah darinya. Namun kali ini berbeda, Alisha terperangah saat melihat Gea malah mengangkat bibirnya membentuk sebuah senyuman. Senyuman licik nan berbahaya. Kedua tangannya ia lipat di depan lalu berkata, "Tidak apa-apa, Kelly. Aku memang sengaja kalah dari Kak Lisha,"Alisha mengangkat alis mendengar ucapan ambigu yang dilontarkan oleh Gea. Apa yang jalang ini maksud sebenarnya?"Sengaja kalah? Kenapa memangnya, Gea?" Kelly terlihat mulai memancing.Semua orang terlihat mencondongkan tubuh mereka, sama-sama ingin tahu jawaban yang akan Gea utarakan."Aku sudah mengambil semuanya dari Kak Lisha, hal ini tidak seberapa dengan pengorbanannya untukku. Dia sungguh berhati mulia mau memberikan suami tercintanya.”"Astaga, malangnya.""Kasihan sekali.""Dia tidak pandai menjaga suaminya."Alisha hanya bisa ternganga mendengar jawaban Gea. Semua orang kembali terkikik geli. Sialan, mereka sengaja menjadikan aib rumah tanggany
Alisha mengangkat wajahnya melihat ke arah depan. Matanya melebar sempurna melihat bayangan wanita itu. Raut wajah Alisha seketika mengeras melihat Gea berdiri disana dengan senyuman lebar. Gea melangkahkan kakinya ke arah meja mereka dengan langkah mengayun. Alisha hanya bisa mengatupkan rahangnya kuat melihat penampilan Gea yang mewah malam ini. Sedang apa wanita jalang ini di sini?"Selamat malam, Kak Lisha. Akhirnya kita bertemu lagi hari ini."Melihat Gea berdiri disana dengan senyuman lebar membuat amarah Alisha seketika bangkit. la refleks berdiri, menatap tajam ke arah Gea yang masih memasang senyum lebarnya."Apa-apaan ini, Kelly? Kenapa jalang ini ada di sini?" ujar Alisha sinis.Kelly terlihat mengangkat bahu. "Maafkan aku Alisha Sayang, tapi aku menerima semua orang yang menurutku memiliki derajat tinggi. Sekarang Gea adalah istri Rean Hadiyatma, salah satu perusahaan besar di kota ini,""Apa kalian tahu siapa dia?" Tanya Alisha sambil menunjuk Gea dengan telunjuknya."T
Dalam hati Gea bersorak mendengar ucapan Riana. Rencananya lebih lancar dari yang seharusnya berjalan. Kematian Hendriawan benar-benar menguntungkan baginya. Lihat orang-orang bodoh ini, mereka tidak tahu jika ia telah menyuntikan racun ke dalam infusan Hendriawan. Sebenarnya langkahnya untuk melenyapkan bukan bagian dari rencana, hanya saja mengingat pria tua itu bisa menjadi batu sandungan untuknya, Gea terpaksa melakukannya.Racun yang ia suntikan memang tidak dapat terdeteksi sebagai penyebab kematian, siapa yang menyangka jika pekerjaan ayahnya sebagai anggota preman cukup membantunya mengetahui informasi ini. Gea mengulas senyuman tipis. Kebencian Riana terhadap Alisha semakin membesar karena satu dua kebohongan yang ia lontarkan. la akan menjadikan Riana sebagai alat untuk menghancurkan Alisha. Tidak ada senjata yang lebih baik dibanding dari mereka yang dipenuhi dendam dan juga amarah.Dengan penuh yakin Gea mengangguk, menuruti apapun arahan Riana selanjutnya."Baik Ma, G
Suasana duka menyelimuti kediaman rumah Keluarga Hadiyatma ketika Alisha menginjakkan kakinya di sini.Semua orang berpakaian penuh hitam ikut menggambarkan betapa kelamnya hari panjang ini bagi mereka.Alisha hanya bisa menatap rumah duka itu dengan tatapan nanar. Suasana hatinya tak jua berbeda dengan suasana hati yang ditujukkan Rean dan Riana hari ini. Sedih dan putus asa.Riana terlihat masih menjerit histeris menggoncang tubuh suaminya yang terbujur kaku sementara Rean terlihat menahan lengan sang ibu untuk menguatkan hatinya yang ditinggal belahan jiwanya.Pemandangan ini sungguh memilukan membuat beberapa pelayat ikut menutup wajah, menyembunyikan tangisnya.Kedatangan Alisha dan raut wajah sedihnya nyatanya tak dapat menyentuh hati Riana sedikit pun.Melihat kedatangan Alisha yang tidak diharapkan membuat pandangan Riana berubah waspada.Wajah putus asanya seketika mengeras melihat Alisha menghampiri jasad Hendriawan. Berani sekali! Berani sekali orang yang menyebabkan kemala
Telinga Riana seolah berdenging mendengar ucapan dokter di depannya."Apa maksudnya dokter? Jangan main-main. Saya mau menemui suami saya, tadi dia masih baik-baik saja. Mana mungkin suami saya meninggal," ujar Riana menolak fakta yang baru saja dikatakan dokter di depannya."Maafkan kami Bu, kami sudah berusaha namun Tuhan berkehendak lain. Nyawa suami Ibu tidak dapat kami selamatkan.”Tubuh Riana seketika melemas mendengar perkataan dokter di depannya. Tidak mungkin, tidak mungkin suaminya meninggalkannya sekarang.Dengan daya yang tersisa tinggal sedikit, Riana menghampiri ruangan Hendriawan.Tatapannya berubah nanar saat melihat tubuh kaku Hendriawan dengan wajahnya yang sudah memucat."Papa baik-baik saja kan, Pa? Papa pasti bohong kan sama Mama? Papa tidak mungkin meninggalkan Mama sendirian, bukan?"Meski Riana sudah mengguncang tubuh Hendriawan berkali-kali dengan daya yang cukup keras, Hendriawan tetap tidak merespon apapun yang sudah ia lakukan."Papa jangan bercanda begini
Gea menarik nafasnya yang seketika menjadi berat lalu kembali memfokuskan pendengarannya saat Hendriawan kembali membuka suara.Hendriawan terlihat menarik tangan Alisha lembut. Melihat tatapan penuh makna yang diberikan mertuanya pada Alisha, Gea merasa ada sesuatu yang penting hendak dibicarakan oleh Hendriawan."Papa punya permintaan untuk kamu, Alisha.”"Apa itu, Pa?”"Sayang, Papa ingin kamu membatalkan gugatan kamu pada Rean, Papa mohon Sayang, tetaplah jadi menantu Papa. Kamu mau kan?"Seketika jantung Gea berhenti mendengar permohonan Hendriawan pada Alisha. Apa ia tidak salah dengar? Apa Hendriawan baru saja melarang Alisha untuk bercerai dengan Rean?Tanpa sadar Gea mengepalkan tangannya hingga kuku jari jemarinya memutih. Emosinya seketika bangkit mendengar permintaan Hendriawan yang tidak masuk akal.Tidak cukup dengan mengabaikan kehadirannya sebagai istri Rean, Hendriawan sepertinya ingin mengembalikan keadaan pernikahan Rean dan Alisha kembali seperti semula.Nafas Gea
Alisha mengerjap mendengar permintaan Hendriawan yang mendadak kepadanya. la terdiam, terlalu bingung untuk memberi jawaban kepada Hendriawan.Sebenarnya Alisha mau saja, tapi mengingat ia harus sering bertemu dengan Riana dan Gea membuat Alisha merasa enggan."Sayang? Papa mohon, kamu mau ya?"Permohonan yang sangat yang diucapkan oleh Hendriawan membuat Alisha menjadi tidak tega. la melirik ke arah Rean yang sepertinya ikut menunggu jawaban darinya.Alisha menghela nafasnya berat lalu mengangguk. Meski ia enggan, tidak mungkin ia menolak permintaan Hendriawan secara terang-terangan seperti ini."Aku akan berusaha, Pa," jawabnya tidak yakin.Hendriawan mengulas senyuman kembali saat mendengar jawaban Alisha. Netra Hendriawan yang terlihat semakin sayu membuat Alisha memintanya untuk kembali beristirahat."Sebaiknya Papa istirahat sekarang. Jangan memikirkan banyak hal yang tidak perlu."Hendriawan mengangguk lalu mulai memejamkan mata. Alisha segera menarik selimutnya lalu menaikkann
Alisha terlonjak mendengar ucapan Rean. "Papa sakit? Tunggu, apa penyakitnya kambuh lagi?""Begitulah. Jadi Alisha, bisa kau bantu aku dan segera datang kemari? Kita lupakan sejenak permasalahan yang tengah kita hadapi. Alisha, Papa membutuhkan dukungan kita sekarang. Kau bisa melakukannya?"Alisha menghela nafasnya panjang mendengar permintaan Rean. Bagaimana bisa ia menolak permintaan Rean saat Hendriawan membutuhkannya? la memijat keningnya sejenak lalu kemudian mengangguk kecil. Benar, untuk sementara lupakan dulu permasalahannya dengan para manusia brengsek ini. la harus membantu Hendriawan pulih dari sakitnya."Baiklah, dimana Papa dirawat?" Tanya Alisha cepat, tidak ingin berbasa basi hal yang tidak perlu dengan Rean."Ah, Rumah Sakit Kencana, dekat rumah kita.”"Rumahmu dengan Gea," ralat Alisha cepat."Ya ya, terserah. Jadi kau bisa kemari? Kau mau aku jemput?"Kening Alisha berkerut tidak senang mendengar ucapan Rean, "Menurutmu setelah apa yang kau lakukan tadi aku masih i