Beranda / Romansa / Belenggu Cinta / Bab 6 Erlan Si Pemberani

Share

Bab 6 Erlan Si Pemberani

Penulis: Amsol
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“B-bagaimana bisa dia ada di sini?” Selina menatap Angga.

“Aku mengundangnya makan malam.”

“Apa?!”

Tanpa memedulikan keterkejutan Selina, Angga langsung turun dari mobil untuk menyapa Erlan. Lelaki itu dengan sok akrab dan sok dekatnya menyalami kekasih Selina sambil tersenyum. Tak tahan melihat pemandangan itu dari dalam mobil, Selina akhirnya keluar. Dia ingin menarik Erlan menjauh dari Angga untuk bicara berdua. Tapi belum sempat dia melakukan itu, Angga tiba-tiba mengajak masuk.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat Angga mengambil posisi duduk di ujung meja sebagai tuan rumah. Erlan lalu dipersilakan duduk di hadapan Angga, tepat di kursi yang biasa diduduki Selina ketika makan. Sedangkan Selina duduk di tengah-tengah kedua lelaki itu dalam jarak yang cukup jauh.

“Terima kasih sudah mengundang saya makan malam di sini.” Erlan memulai pembicaraan, namun dengan ekspresi datar karena tidak menyukai lawan bicaranya.

Angga tersenyum meremehkan. “Kamu adalah satu-satunya keluarga yang Selina miliki. Sebagai orang yang mempekerjakan Selina, kurasa kita harus bertemu supaya kamu tahu orang seperti apa yang memberi pacarmu tempat tinggal dan menjaganya.”

“Ah ….” Erlan mengangguk.

Di tengah-tengah mereka, Selina hanya menyimak.

“Kalau boleh tahu, apa pekerjaanmu?” tanya Angga, lalu memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya.

“Saya guru SD,” jawab Erlan.

“Oh …,” Angga menelan makanannya, “PNS?”

“Bukan, honorer.”

“Wah, pasti nggak mudah, apalagi gajinya kecil, kan?”

Bukan Erlan, justru Selina yang tersulut emosi mendengar komentar Angga. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena Erlan segera menjawab, “Namanya juga pahlawan tanpa tanda jasa. Kamu sendiri bekerja sebagai apa?”

“Emm,” Angga berpikir sejenak, “agak sulit mencari nama yang cocok untuk pekerjaanku, tapi kayaknya … bos begal.”

“Wah, itu terdengar keji,” balas Erlan.

Angga tidak menjawab.

Hanya menggertakkan gigi karena tidak menyangka ternyata pacar Selina cukup pemberani. Sebelumnya, Angga mengira nyali Erlan akan menciut bila berhadapan dengannya yang notabene adalah pemimpin begal dengan reputasi buruk. Tapi bukannya takut, lelaki itu malah menghinanya? Sialan!

“Sebagai bos, apa kamu juga membunuh?” tanya Erlan lagi.

“Ya, kadang-kadang,” jawab Angga dengan bangga. “Apalagi kalau ada tamu yang kurang ajar, biasanya pulang-pulang tinggal nama.”

“Oh, kamu juga mau membunuhku?”

“Erlan, jaga bicaramu!” Selina menegur. Dia tidak mau hanya karena salah bicara, nyawa Erlan benar-benar melayang di kandang “macan” ini.

Namun sayang, Erlan sama sekali tidak menggubris ucapan Selina. Dia bahkan tidak melirik sedikit pun ke arah kekasihnya itu, malah sibuk beradu pandang dengan Angga yang sorot matanya sama-sama tajam dan penuh kebencian.

“Pastinya.” Angga mengambil segelas air putih di hadapannya, lalu minum sebanyak dua tegukan. “Tapi bukan sekarang ataupun dalam waktu dekat ini. Kasihan Selina, dia belum siap ditinggal mati.”

“Angga, hentikan!” Selina tidak tahan lagi. Dia memelototi Angga dengan marah, lalu beralih menatap Erlan dengan ekspresi yang sama. “Kita harus bicara,” ucapnya pada sang kekasih.

Erlan hanya diam.

Angga pun sama. Diam. Memperhatikan Selina berdiri dari kursinya dan menghampiri Erlan dengan wajah bersungut-sungut. Erlan terlihat pasrah saat wanita itu menariknya meninggalkan ruang makan.

Awalnya Selina tidak tahu mau membawa Erlan pergi ke mana, tapi kemudian pilihannya jatuh ke teras belakang yang sepi dan tidak ada orang. “Kamu, kok, bisa-bisanya, sih, memenuhi undangan Angga dan datang ke sini?! Aku, kan, udah pernah bilang kalau dia bukan orang baik, kenapa nggak diabaikan saja?!”

Erlan memegang kedua bahu Selina, meremasnya pelan untuk menenangkan sang kekasih dari rasa cemas. “Aku kangen kamu. Apa nggak boleh, aku memanfaatkan kesempatan ini untuk ketemu pacarku?”

“Tapi kamu nggak perlu memancing kemarahan Angga kalau cuma mau ketemu aku!” Selina merasa kedua lututnya lemas. “Pakai tanya tentang pembunuhan segala, lagi! Kalau kamu tiba-tiba dibunuh gimana?!”

“Itu takdir,” balas Erlan sambil tersenyum.

Hal itu kontan membuat Selina makin kesal hingga tanpa sadar kepalan tangannya memukul dada Erlan. Lelaki itu mengaduh kesakitan, tapi Selina pura-pura tidak peduli.

“Sayang, lihat aku ….” Erlan mengenggam kedua tangan Selina dengan penuh kelembutan. Selina mendongak, menatap wajah kekasihnya dengan mata yang entah sejak kapan sudah berkaca-kaca. “Pertama, aku datang ke sini karena aku merindukanmu. Tolong jangan hakimi aku karena hal itu, aku benar-benar nggak bisa menahannya. Kedua, aku ingin mengenal Angga karena sekarang orang terkasihku tinggal di rumahnya. Aku harus tahu dia laki-laki seperti apa. Apakah dia akan menjagamu atau justru menyengsarakanmu, aku harus tahu.”

Air mata Selina benar-benar jatuh. “Kalau cuma itu, seharusnya kamu nggak perlu menantang Angga untuk membunuhmu.”

“Maaf kalau itu membuatmu khawatir,” ucap Erlan sungguh-sungguh.

Dia tahu dalam hal kekuatan, dirinya kalah telak dari Angga. Itulah sebabnya alih-alih menyerangnya secara fisik, dia lebih memilih mencederai lelaki itu secara mental supaya Angga tidak menganggapnya remeh; supaya lelaki itu berpikir dua kali seandainya mau berbuat macam-macam kepada Selina.

Dan menurut Erlan, mengungkapkan hal itu secara gamblang di depan Selina bukan pilihan yang tepat karena sejatinya kebanyakan wanita hanya butuh permintaan maaf dari laki-laki, bukan alasan.

Selina mengangguk dan langsung memeluk Erlan. “Jangan seperti itu lagi, aku nggak suka kamu dalam bahaya.”

“Baiklah.” Erlan merasakan kemeja cokelat mudanya basah oleh air mata Selina. Dia lalu mengelus punggung wanita itu dengan lembut. “Omong-omong, malam ini kamu cantik sekali.”

Selina mendongak. “Jadi, kemarin-kemarin aku nggak cantik?”

“Bukan begitu,” sahut Erlan sambil tersenyum, tangan kanannya menghapus air mata Selina di pipi. “Setiap hari kamu cantik, tapi malam ini kecantikanmu berlipat ganda. Mungkinkah karena gaun hitam ini? Aku belum pernah melihatmu memakainya.”

Selina menunduk, menatap gaun hitam yang melekat indah di tubuh rampingnya.

“Tadi aku sempat kesal karena bajumu dan Angga terlihat serasi, sama-sama hitam. Kalian juga keluar dari mobil yang sama dan—” Erlan terpaksa berhenti bicara karena bibirnya dikecup mesra oleh Selina. Sontak, hal itu membuat wajahnya merona dan jantungnya berdebar gila-gilaan.

“Jangan cemburu hanya karena hal-hal kecil,” bisik Selina di depan wajah sang kekasih, “ini cuma baju, nggak ada artinya.”

Erlan mengangguk.

***

Selina sedang membantu Bik Lastri membereskan meja makan saat Angga dan Erlan berbincang di ruang tamu. Mereka duduk berseberangan, ditemani dua gelas teh bunga osmanthus dan beberapa kue basah di atas piring.

“Saya tahu tujuanmu mengundang saya ke sini bukan hanya untuk makan malam. Pasti ada sesuatu. Katakan!”

Angga menatap Erlan selama dua detik penuh, lalu bibirnya melengkung, menampakkan senyum meremehkan yang tidak dapat dipungkiri membuat Erlan merasa kesal.

“Ternyata kamu nggak sebodoh dugaanku,” ujarnya.

Erlan tidak menanggapi.

Baiklah, Angga akan langsung ke intinya. Tanpa basa-basi, sebuah amplop ungu berisi segepok uang dikeluarkan dari saku jasnya dan diletakkan di atas meja. “Kamu butuh uang untuk membiayai adikmu sekolah, kan? Ambil uang ini dan tinggalkan Selina.”

Amsol

Kasih ulasan dong bun biar aku semangat update!

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
eksa viera
weww.. Angga to the point banget, minta pacar orang kayak ga ada dosa gitu. gimana coba Selina mau respect lagi ma Angga klo mainnya ga cantik gitu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Belenggu Cinta   Bab 7 Aslinya Angga Jauh Lebih Kejam

    Erlan tidak menyangka aslinya Angga jauh lebih buruk dari yang dia bayangkan. Tak hanya menghina dan mengancamnya dengan pembunuhan, lelaki itu juga menyuapnya untuk meninggalkan Selina? Yang benar saja! Erlan yang tempo hari sempat berpikir untuk melepaskan Selina karena tidak mau menahannya dalam kemiskinan, mendadak membuang jauh-jauh pikiran konyolnya itu. Apa pun yang terjadi, dia takkan melepaskan Selina. Dia tidak rela wanita yang paling dicintainya menjadi milik bedebah ini. Dengan mantap, Erlan menjawab, “Saya nggak butuh uang kotormu!” Kemudian pergi tanpa pamit. Angga melipat kedua tangannya di depan perut. Bibirnya tersenyum miring. Sungguh keberanian yang patut diapresiasi, baru kali ini ada orang miskin yang bersikap sok di depannya. Terlebih, di kediaman Angga yang jelas-jelas dijaga tiga orang satpam bersenjata tajam. Belum lagi, ada Dion yang darahnya selalu mendidih setiap kali melihat bosnya tidak dihormati. Apa Erlan benar-benar tidak punya rasa takut? “Loh, d

  • Belenggu Cinta   Bab 8 Bersembunyi di Kamar Majikan

    Beberapa saat yang lalu Angga memuji Selina karena telah memilih pilihan yang tepat. Ya, Selina memenuhi permintaan Angga untuk berjanji. Tapi, Selina sendiri tidak yakin apakah yang dilakukannya itu benar. Berjanji tidak akan menemui kekasihnya lagi demi menyelamatkan pria asing yang baru ditemuinya sekali, akankah Erlan memaafkannya? “Sebenarnya, kenapa kamu melakukan ini?” Selina berhenti di ujung tangga lantai tiga. Setelah kejadian tadi, Angga bersikeras ingin mengantarnya ke kamar. Kini lelaki itu berdiri di sebelah Selina, menatapnya dengan sorot mata yang jauh lebih hangat ketimbang tadi. “Melakukan apa?” tanyanya sok polos, dan itu membuat Selina makin kesal. Sembari mengepalkan kedua tangan, Selina menjawab, “Memaksaku menjauhi pacarku! Kamu sadar nggak, sih, tindakanmu akhir-akhir ini keterlaluan? Ya, benar, Aku memang punya utang padamu, jadi aku nggak keberatan kalau kamu menganggapku sebagai jaminan, sebagai milikmu, atau apalah. Tapi yang sekarang kelewatan! Kenapa ha

  • Belenggu Cinta   Bab 9 Maukah Kamu 'Tidur' Denganku?

    Setelah Selina duduk di sebelahnya, Angga mengambil sesuatu dari laci nakas kemudian memberikannya kepada wanita itu. Selina mengerutkan dahi. “Potongan kuku?” Angga mengangguk seraya mengulurkan tangan kanannya ke depan wajah Selina. “Tolong potong kukuku.” “Memangnya kamu nggak bisa melakukannya sendiri?!” “Tentu saja bisa,” ujar lelaki itu. “Tapi aku butuh alasan untuk menahanmu di sini. Atau …, kamu ingin mengolah daging kerbau saja daripada memotong kukuku?” Sial! Selina tidak dapat memungkiri bahwa memotong kuku Angga jauh lebih mudah ketimbang mengolah daging kerbau, yang dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Selina bahkan belum pernah makan daging kerbau. Bagaimana wujud dagingnya juga tidak tahu. Seperti daging sapikah? Atau justru lebih mirip daging kambing yang bau? Ewh, memikirkannya saja membuat Selina bergidik. Akhirnya, dia memutuskan untuk meraih tangan Angga dan mulai memotong kuku lelaki itu tanpa bicara apa-apa. Di sebelah Selina, Angga tersenyum. Sesekali

  • Belenggu Cinta   Bab 10 Uang tak Dapat Membeli Hati

    Suasana hati Selina tiba-tiba berubah jadi buruk setelah Dion mengatakan itu. Lirikan sinisnya kemudian tertuju ke lelaki berpakaian serba hitam yang duduk di sebelah Dion dengan menyandarkan kepalanya di atas meja. Itu Angga, dan dia mabuk. Dalam keadaan waras saja mulut Angga dengan gampangnya mengajak Selina “tidur”, apa kabar jika mereka berduaan di kamar lagi dengan kondisi Angga yang mabuk begini? Bisa-bisa, Angga hilang kendali dan melakukan sesuatu yang tidak-tidak. “Sesekali masuk angin nggak akan bikin orang kehilangan nyawa, kok. Jadi, biarkan saja dia tidur di sini kayak yang lain,” jawab Selina. Seluruh tamu yang hadir memang tidak diperbolehkan pulang karena sedang dalam pengaruh alkohol. Jadi, mereka semua tidur di sembarang tempat di halaman rumah Angga. Ada yang tidur di kursi, ada yang tidur di atas panggung, ada yang di teras, di atas meja prasmanan, bahkan juga ada yang tergeletak di rerumputan tanpa alas apa pun. “Bos Angga beda dengan mereka, kesehatannya jauh

  • Belenggu Cinta   Bab 11 Boleh Aku Dapat Ciuman?

    Angga menyandarkan punggungnya ke kursi yang ada di belakang meja kerjanya dengan pasrah. Matanya terpejam, dibarengi dengan tarikan napas yang begitu dalam. Masalah seperti ini bukan hal baru lagi di dunia perbegalan. Meski orang-orangnya sudah dibekali dengan pelatihan bela diri, senjata tajam, bahkan ilmu kebal dan jimat, kalau ajal datang maka tidak ada yang bisa menghindar. Orang-orangnya ini masih beruntung karena hanya dibakar hidup-hidup. Kalau sampai ditelanjangi dan diarak berkeliling desa sebelum akhirnya dipenggal, tidak hanya sakit, mereka juga akan merasa malu. Belum lagi, biasanya kepala pelaku begal yang tertangkap akan dipertontonkan selama berhari-hari di tiang bambu yang sengaja dipasang di tempat ramai. Tapi itu bukan yang paling parah. Pernah sekali di masa kepemimpinan kakek Angga, salah satu pelaku begal yang tertangkap tidak hanya dipenggal, namun kepalanya juga dikirim ke keluarganya sebagai pelajaran. Parahnya, yang menerima kotak kayu berisi kepala tersebut

  • Belenggu Cinta   Bab 12 Menangkan Dia dengan Cara yang Baik

    Cium kening. Sama sekali bukan hal tabu dalam gaya pacaran mereka dalam kurun waktu sembilan tahun ini. Jadi, Selina pasti akan mendapatkannya andai saja Bik Lastri tidak datang dan mengajaknya pulang. “Sial!” gumam Selina, yang hanya didengar oleh Erlan. Erlan tersenyum gemas. “Jangan sering-sering mengumpat, Sayang, nggak baik.” Usai berpisah dengan kekasihnya, Selina mampir ke toserba yang tak jauh dari parkiran untuk membeli sesuatu yang nantinya akan diberikan kepada Angga jika lelaki itu menginterogasinya soal barang-barang apa saja yang dibelinya di pasar. Tapi sesampainya Selina di rumah, Angga belum pulang. Setiap kali ada orangnya yang meninggal, Angga memang selalu melayat dan tak langsung pulang hingga berjam-jam. Dia bahkan kerap kali ikut mengantarkan anak buahnya sampai ke liang lahat. Itu merupakan sikap pemimpin yang diajarkan kakeknya sejak dini dan hingga kini masih Angga terapkan. Termasuk pesan kakeknya yang mengatakan bahwa anak-anak yang orangtuanya tertangk

  • Belenggu Cinta   Bab 13 Dia 'Mainan' atau Pembantu?

    Gara-gara posisi mereka yang terlalu dekat, detak jantung Selina jadi dua kali lipat lebih kencang dari biasanya. Nyaris meledak. Pipinya juga merona. Akan tetapi, pertanyaan Angga yang menyebut-nyebut nama Erlan membuatnya dilanda kekhawatiran seketika. “Kenapa kamu tiba-tiba tanya soal Erlan?” “Apa nggak boleh?” “Bukan begitu.” Suara Selina bergetar. “Maksudku, bagaimana aku bisa memberinya sesuatu kalau aku sendiri udah janji nggak akan menemuinya lagi?” Angga tersenyum tawar. “Selina, bukankah seharusnya ada hukuman bagi pengingkar janji?” Selina menelan ludah dengan susah payah. “Saat ada yang memberitahuku kalau kamu menemui laki-laki itu lagi, aku sangat marah. Kalau bukan karena seseorang yang memintaku memenangkan hatimu dengan cara yang baik, aku mungkin akan langsung menghabisi pacarmu supaya kalian nggak bisa bertemu lagi.” “Angga, kamu gila!” beri tahu Selina. “Ya, aku tahu.” Sejak Angga menyadari perasaannya kepada Selina adalah antara benci dan cinta, sikapnya pada

  • Belenggu Cinta   Bab 14 Campur Tangan Seorang Ibu

    Sebelum ibunya berselingkuh, masa remaja Selina tak pernah sepi dari pertengkarannya dengan sang ibu. Wanita yang melahirkannya itu kerap kali menudingnya macam-macam setiap kali Selina melakukan kenakalan, tapi ayahnya tak pernah sekalipun membela. Jangankan mencari cara supaya Selina berhenti diomeli ibunya, melerai pertengkaran yang terjadi di antara anak-istrinya saja tidak.Ayah Selina, meskipun sebetulnya penyayang namun sikapnya kadang-kadang seperti pecundang. Itulah kenapa sejak dulu Selina selalu menjauhkan laki-laki yang mirip dengan ayahnya dari daftar suami idaman.“Apa kamu tersinggung karena aku mengatakan itu, mengaku kita akan menikah?”Selina dengan cepat menggelengkan kepala.Bagaimana dia bisa tersinggung kalau Angga secara mengejutkan menunjukkan perilaku yang bertolak belakang dengan sikap ayah Selina yang pecundang? Angga membelanya, sungguh mengagumkan.“Syukurlah,” ujar lelaki itu.*** Hari ini menjadi hari tersial Dion karena Angga memintanya mengantarkan Li

Bab terbaru

  • Belenggu Cinta   Bab 14 Campur Tangan Seorang Ibu

    Sebelum ibunya berselingkuh, masa remaja Selina tak pernah sepi dari pertengkarannya dengan sang ibu. Wanita yang melahirkannya itu kerap kali menudingnya macam-macam setiap kali Selina melakukan kenakalan, tapi ayahnya tak pernah sekalipun membela. Jangankan mencari cara supaya Selina berhenti diomeli ibunya, melerai pertengkaran yang terjadi di antara anak-istrinya saja tidak.Ayah Selina, meskipun sebetulnya penyayang namun sikapnya kadang-kadang seperti pecundang. Itulah kenapa sejak dulu Selina selalu menjauhkan laki-laki yang mirip dengan ayahnya dari daftar suami idaman.“Apa kamu tersinggung karena aku mengatakan itu, mengaku kita akan menikah?”Selina dengan cepat menggelengkan kepala.Bagaimana dia bisa tersinggung kalau Angga secara mengejutkan menunjukkan perilaku yang bertolak belakang dengan sikap ayah Selina yang pecundang? Angga membelanya, sungguh mengagumkan.“Syukurlah,” ujar lelaki itu.*** Hari ini menjadi hari tersial Dion karena Angga memintanya mengantarkan Li

  • Belenggu Cinta   Bab 13 Dia 'Mainan' atau Pembantu?

    Gara-gara posisi mereka yang terlalu dekat, detak jantung Selina jadi dua kali lipat lebih kencang dari biasanya. Nyaris meledak. Pipinya juga merona. Akan tetapi, pertanyaan Angga yang menyebut-nyebut nama Erlan membuatnya dilanda kekhawatiran seketika. “Kenapa kamu tiba-tiba tanya soal Erlan?” “Apa nggak boleh?” “Bukan begitu.” Suara Selina bergetar. “Maksudku, bagaimana aku bisa memberinya sesuatu kalau aku sendiri udah janji nggak akan menemuinya lagi?” Angga tersenyum tawar. “Selina, bukankah seharusnya ada hukuman bagi pengingkar janji?” Selina menelan ludah dengan susah payah. “Saat ada yang memberitahuku kalau kamu menemui laki-laki itu lagi, aku sangat marah. Kalau bukan karena seseorang yang memintaku memenangkan hatimu dengan cara yang baik, aku mungkin akan langsung menghabisi pacarmu supaya kalian nggak bisa bertemu lagi.” “Angga, kamu gila!” beri tahu Selina. “Ya, aku tahu.” Sejak Angga menyadari perasaannya kepada Selina adalah antara benci dan cinta, sikapnya pada

  • Belenggu Cinta   Bab 12 Menangkan Dia dengan Cara yang Baik

    Cium kening. Sama sekali bukan hal tabu dalam gaya pacaran mereka dalam kurun waktu sembilan tahun ini. Jadi, Selina pasti akan mendapatkannya andai saja Bik Lastri tidak datang dan mengajaknya pulang. “Sial!” gumam Selina, yang hanya didengar oleh Erlan. Erlan tersenyum gemas. “Jangan sering-sering mengumpat, Sayang, nggak baik.” Usai berpisah dengan kekasihnya, Selina mampir ke toserba yang tak jauh dari parkiran untuk membeli sesuatu yang nantinya akan diberikan kepada Angga jika lelaki itu menginterogasinya soal barang-barang apa saja yang dibelinya di pasar. Tapi sesampainya Selina di rumah, Angga belum pulang. Setiap kali ada orangnya yang meninggal, Angga memang selalu melayat dan tak langsung pulang hingga berjam-jam. Dia bahkan kerap kali ikut mengantarkan anak buahnya sampai ke liang lahat. Itu merupakan sikap pemimpin yang diajarkan kakeknya sejak dini dan hingga kini masih Angga terapkan. Termasuk pesan kakeknya yang mengatakan bahwa anak-anak yang orangtuanya tertangk

  • Belenggu Cinta   Bab 11 Boleh Aku Dapat Ciuman?

    Angga menyandarkan punggungnya ke kursi yang ada di belakang meja kerjanya dengan pasrah. Matanya terpejam, dibarengi dengan tarikan napas yang begitu dalam. Masalah seperti ini bukan hal baru lagi di dunia perbegalan. Meski orang-orangnya sudah dibekali dengan pelatihan bela diri, senjata tajam, bahkan ilmu kebal dan jimat, kalau ajal datang maka tidak ada yang bisa menghindar. Orang-orangnya ini masih beruntung karena hanya dibakar hidup-hidup. Kalau sampai ditelanjangi dan diarak berkeliling desa sebelum akhirnya dipenggal, tidak hanya sakit, mereka juga akan merasa malu. Belum lagi, biasanya kepala pelaku begal yang tertangkap akan dipertontonkan selama berhari-hari di tiang bambu yang sengaja dipasang di tempat ramai. Tapi itu bukan yang paling parah. Pernah sekali di masa kepemimpinan kakek Angga, salah satu pelaku begal yang tertangkap tidak hanya dipenggal, namun kepalanya juga dikirim ke keluarganya sebagai pelajaran. Parahnya, yang menerima kotak kayu berisi kepala tersebut

  • Belenggu Cinta   Bab 10 Uang tak Dapat Membeli Hati

    Suasana hati Selina tiba-tiba berubah jadi buruk setelah Dion mengatakan itu. Lirikan sinisnya kemudian tertuju ke lelaki berpakaian serba hitam yang duduk di sebelah Dion dengan menyandarkan kepalanya di atas meja. Itu Angga, dan dia mabuk. Dalam keadaan waras saja mulut Angga dengan gampangnya mengajak Selina “tidur”, apa kabar jika mereka berduaan di kamar lagi dengan kondisi Angga yang mabuk begini? Bisa-bisa, Angga hilang kendali dan melakukan sesuatu yang tidak-tidak. “Sesekali masuk angin nggak akan bikin orang kehilangan nyawa, kok. Jadi, biarkan saja dia tidur di sini kayak yang lain,” jawab Selina. Seluruh tamu yang hadir memang tidak diperbolehkan pulang karena sedang dalam pengaruh alkohol. Jadi, mereka semua tidur di sembarang tempat di halaman rumah Angga. Ada yang tidur di kursi, ada yang tidur di atas panggung, ada yang di teras, di atas meja prasmanan, bahkan juga ada yang tergeletak di rerumputan tanpa alas apa pun. “Bos Angga beda dengan mereka, kesehatannya jauh

  • Belenggu Cinta   Bab 9 Maukah Kamu 'Tidur' Denganku?

    Setelah Selina duduk di sebelahnya, Angga mengambil sesuatu dari laci nakas kemudian memberikannya kepada wanita itu. Selina mengerutkan dahi. “Potongan kuku?” Angga mengangguk seraya mengulurkan tangan kanannya ke depan wajah Selina. “Tolong potong kukuku.” “Memangnya kamu nggak bisa melakukannya sendiri?!” “Tentu saja bisa,” ujar lelaki itu. “Tapi aku butuh alasan untuk menahanmu di sini. Atau …, kamu ingin mengolah daging kerbau saja daripada memotong kukuku?” Sial! Selina tidak dapat memungkiri bahwa memotong kuku Angga jauh lebih mudah ketimbang mengolah daging kerbau, yang dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Selina bahkan belum pernah makan daging kerbau. Bagaimana wujud dagingnya juga tidak tahu. Seperti daging sapikah? Atau justru lebih mirip daging kambing yang bau? Ewh, memikirkannya saja membuat Selina bergidik. Akhirnya, dia memutuskan untuk meraih tangan Angga dan mulai memotong kuku lelaki itu tanpa bicara apa-apa. Di sebelah Selina, Angga tersenyum. Sesekali

  • Belenggu Cinta   Bab 8 Bersembunyi di Kamar Majikan

    Beberapa saat yang lalu Angga memuji Selina karena telah memilih pilihan yang tepat. Ya, Selina memenuhi permintaan Angga untuk berjanji. Tapi, Selina sendiri tidak yakin apakah yang dilakukannya itu benar. Berjanji tidak akan menemui kekasihnya lagi demi menyelamatkan pria asing yang baru ditemuinya sekali, akankah Erlan memaafkannya? “Sebenarnya, kenapa kamu melakukan ini?” Selina berhenti di ujung tangga lantai tiga. Setelah kejadian tadi, Angga bersikeras ingin mengantarnya ke kamar. Kini lelaki itu berdiri di sebelah Selina, menatapnya dengan sorot mata yang jauh lebih hangat ketimbang tadi. “Melakukan apa?” tanyanya sok polos, dan itu membuat Selina makin kesal. Sembari mengepalkan kedua tangan, Selina menjawab, “Memaksaku menjauhi pacarku! Kamu sadar nggak, sih, tindakanmu akhir-akhir ini keterlaluan? Ya, benar, Aku memang punya utang padamu, jadi aku nggak keberatan kalau kamu menganggapku sebagai jaminan, sebagai milikmu, atau apalah. Tapi yang sekarang kelewatan! Kenapa ha

  • Belenggu Cinta   Bab 7 Aslinya Angga Jauh Lebih Kejam

    Erlan tidak menyangka aslinya Angga jauh lebih buruk dari yang dia bayangkan. Tak hanya menghina dan mengancamnya dengan pembunuhan, lelaki itu juga menyuapnya untuk meninggalkan Selina? Yang benar saja! Erlan yang tempo hari sempat berpikir untuk melepaskan Selina karena tidak mau menahannya dalam kemiskinan, mendadak membuang jauh-jauh pikiran konyolnya itu. Apa pun yang terjadi, dia takkan melepaskan Selina. Dia tidak rela wanita yang paling dicintainya menjadi milik bedebah ini. Dengan mantap, Erlan menjawab, “Saya nggak butuh uang kotormu!” Kemudian pergi tanpa pamit. Angga melipat kedua tangannya di depan perut. Bibirnya tersenyum miring. Sungguh keberanian yang patut diapresiasi, baru kali ini ada orang miskin yang bersikap sok di depannya. Terlebih, di kediaman Angga yang jelas-jelas dijaga tiga orang satpam bersenjata tajam. Belum lagi, ada Dion yang darahnya selalu mendidih setiap kali melihat bosnya tidak dihormati. Apa Erlan benar-benar tidak punya rasa takut? “Loh, d

  • Belenggu Cinta   Bab 6 Erlan Si Pemberani

    “B-bagaimana bisa dia ada di sini?” Selina menatap Angga. “Aku mengundangnya makan malam.” “Apa?!” Tanpa memedulikan keterkejutan Selina, Angga langsung turun dari mobil untuk menyapa Erlan. Lelaki itu dengan sok akrab dan sok dekatnya menyalami kekasih Selina sambil tersenyum. Tak tahan melihat pemandangan itu dari dalam mobil, Selina akhirnya keluar. Dia ingin menarik Erlan menjauh dari Angga untuk bicara berdua. Tapi belum sempat dia melakukan itu, Angga tiba-tiba mengajak masuk. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat Angga mengambil posisi duduk di ujung meja sebagai tuan rumah. Erlan lalu dipersilakan duduk di hadapan Angga, tepat di kursi yang biasa diduduki Selina ketika makan. Sedangkan Selina duduk di tengah-tengah kedua lelaki itu dalam jarak yang cukup jauh. “Terima kasih sudah mengundang saya makan malam di sini.” Erlan memulai pembicaraan, namun dengan ekspresi datar karena tidak menyukai lawan bicaranya. Angga tersenyum meremehkan. “Kamu adalah satu-satunya

DMCA.com Protection Status