Pria yang berdiri di depan Steven tampak berwibawa dan tampan. Begitu mendengar ini, dia tersenyum dengan sopan seraya membalas, "Pak Steven nggak perlu sungkan. Luna sudah berterima kasih padaku."Steven mengernyit. Pria cenderung protektif terhadap miliknya. Dia tidak menyukai pria di hadapannya, biarpun pria ini sudah menyelamatkan istrinya. Jadi, dia menekankan, "Ke depannya kalau Pak Gio butuh sesuatu, silakan datang menemuiku.""Sekarang aku bawa istriku pergi dulu," tambah Steven sambil merangkulku dengan kuat. Dia membuatku yang takut rasa sakit tidak berani meronta.Gio menyadari bahwa aku tidak nyaman. Dia mengernyit sembari berujar, "Pak Steven, rangkulanmu yang seperti ini membuat istrimu sangat nggak nyaman. Sekarang tubuhnya masih sangat lemah."Perkataan Gio membuat wajah muram Steven seketika bertambah gelap. Namun, Steven akhirnya melonggarkan genggamannya dan menatap Gio dengan dingin. Rasa terima kasih dan segan barusan sudah tidak terlihat."Pak Gio, aku sangat bert
Kini, aku merasa muak saat melihat Steven dan Sierra. Aku benar-benar tidak ingin membuat diriku muak lagi.Steven tahu dirinya salah atas kejadian kemarin. Jadi, dia tidak begitu marah dan membalas, "Nana, aku tahu kemarin aku salah. Tapi, bukannya sekarang kamu nggak apa-apa? Kamu juga tahu tubuh Rara lemah sejak kecil. Kalau terlambat dibawa ke rumah sakit, entah apa yang akan terjadi."Steven menjelaskan, "Kemarin, aku sudah bilang di depan umum, aku nggak akan ada apa-apa dengan Rara. Istriku selamanya tetap kamu. Jangan buat keributan lagi, ya?""Kondisi Sierra benar-benar gawat. Kamu minta Willy mengantarmu pulang," tambah Steven. Selesai mengatakan ini, dia berbalik pergi dan sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk berbicara lagi.Melihat Steven pergi dengan cemas, aku mengernyit karena merasa muak.Lihatlah. Steven barusan masih begitu posesif dan tidak membiarkan pria lain mendekatiku. Sekarang, dia pergi secepat ini demi kekasihnya. Bisa-bisanya dia berani mengatakan ba
Willy mengucapkan kalimat terakhir dengan suara yang sangat pelan. Dia sedang bergumam, bukan berbicara denganku. Namun, dia pasti sengaja membiarkanku mendengarnya.Sorot mataku menjadi gelap. Aku memanggil, "Willy.""Ya, Bu Luna," sahut Willy. Dia maju selangkah dan membalasku dengan hormat. Namun, tatapan merendahkannya membuatku sangat tidak senang."Mulai sekarang, kamu dipecat. Aku akan meminta bagian personalia untuk memberimu pesangon dan tambahan gaji satu bulan. Sekarang, pergi bereskan barang-barangmu dan pergi!" kataku.Aku seharusnya bersyukur. Aku memang bodoh karena meninggalkan studi yang kusukai demi cinta, tetapi otakku belum rusak sepenuhnya.Setelah memberikan segalanya kepada Steven, aku tidak begitu bodoh sampai tidak meminta apa pun. Ketika perusahaan masuk ke pasar saham, aku meminta bagian saham terbesar kedua setelah Steven.Sebagai pemegang saham perusahaan terbesar kedua, aku memiliki hak untuk memecat seseorang.Di dalam buku harianku tertulis bahwa Willy b
Ketika menunggu hasil pemeriksaan, aku tidak bisa menahan diri untuk menanyakan kabar guru kami. Dulu, saat aku meninggalkan studi untuk bekerja dan melepaskan kesempatan melanjutkan studi pascasarjana, tatapan kecewa Guru membuatku tidak berani menghubunginya selama ini.Aku hanya berani mengirimkan pesan ucapan selamat saat perayaan tertentu.Kala itu, Guru benar-benar mencurahkan seluruh perhatiannya padaku. Dia adalah orang kedua yang baik padaku di dunia ini selain nenekku. Dengan statusnya yang sudah tinggi, dia seharusnya sudah tidak perlu membimbing mahasiswa pascasarjana. Namun, dia membuat pengecualian demi aku.Setelah diterima sebagai anak didiknya, aku malah berhenti melanjutkan studi hanya karena saat itu Steven sedang sibuk merintis bisnisnya. Aku takut dia tidak bisa mengurus diri sendiri dan sering sakit mag, jadi aku ingin merawatnya.Beberapa hari ini, aku perlahan-lahan mengingat beberapa hal. Aku ingat dulu guruku terus menasihatiku dengan sangat perhatian.Guru me
"Luna, dasar jalang. Beraninya kamu muncul di sini!" teriak seorang wanita sambil menerjang ke arahku.Sebelum aku sempat mundur untuk menghindari serangan wanita itu, sesosok bertubuh tinggi besar berdiri di depanku. Dia menggantikanku menerima pukulan keras itu.Begitu melihat Gio mengernyit akibat pukulan itu, sorot mataku seketika menjadi dingin.Wanita yang tidak berhasil memukulku dengan tasnya makin marah. Dia menunjuk Gio sambil bertanya dengan kesal, "Siapa kamu? Kenapa kamu melindungi Luna? Jangan-jangan kamu selingkuhannya?"Wanita itu menyergah, "Hebat kamu, Luna! Akhirnya aku tahu alasanmu tiba-tiba berubah drastis. Ternyata kamu punya pria lain di luar! Aku akan memberi tahu kakakku biar jalang yang selingkuh sepertimu diusir tanpa mendapat sepeser pun!"Wanita ini tidak memiliki etika seperti ibunya, Bibi Dania. Kata-kata yang dia lontarkan selalu kotor.Aku maju selangkah, lalu menegur dengan dingin, "Yunita, aku yakin kamu tahu betul siapa yang selingkuh. Sebaiknya pik
Aku ingin menepis tangan Steven, tetapi genggamannya makin erat. Aku tidak berani menepisnya dengan paksa dan hanya bisa menatapnya dengan dingin. Aku menegaskan, "Lepaskan aku. Aku nggak mau minta maaf!"Steven mengernyit sembari membalas, "Kalau nggak mau minta maaf, memangnya kamu mau dipenjara?"Steven selalu mengira kejadian jatuh ke kolam adalah kecelakaan. Begitu Yunita berteriak ingin lapor polisi, Steven baru tahu ternyata Luna yang mendorong Sierra.Steven meneruskan, "Apa kamu tahu kali ini kamu hampir membunuh Rara? Aku sudah berjanji padamu nggak akan punya hubungan apa-apa dengan Rara. Kenapa kamu masih nggak bisa melepaskannya dan mendorongnya ke kolam?""Luna, apa kamu bisa jangan sejahat itu dan bersikap lebih baik pada Rara?" tanya Steven.Sekali lagi, Steven seperti yang tertulis di dalam buku harian. Apa pun yang terjadi di antara aku dan Sierra, Steven langsung menganggapku salah dan jahat tanpa menyelidikinya terlebih dulu.Ayah, ibu, dan kakakku juga begitu. Seja
Aku berucap dengan ekspresi polos, "Aku lagi puji wajah Sierra sangat cerah. Kenapa? Apa aku nggak boleh memujinya?"Orang tuaku sangat kesal. Ibuku marah-marah, "Lenora, sejak kapan kamu menjadi seperti ini? Adikmu sangat menyayangimu, tadi dia juga larang kami lapor polisi dan suruh kami maafkan tindakanmu kali ini! Kamu bukan cuma nggak hargai kebaikannya, malah terus sindir dia!"Ibuku menambahkan, "Apa kamu punya hati nurani? Kenapa kamu terus cari masalah dengan Rara?"Ibuku yang marah hendak meletakkan mangkuk di atas meja dan memukulku. Dia melanjutkan, "Awalnya kamu celakai Rara sehingga dia diculik, tapi kamu nggak minta maaf. Kamu juga suruh dia mati dan buat dia dirawat di rumah sakit. Kamu permalukan Rara di acara ulang tahun nenekmu."Ibuku meneruskan, "Bahkan kamu dorong Rara ke kolam. Kamu sudah banyak lakukan perbuatan jahat! Apa kamu nggak merasa bersalah? Lenora ...."Ibuku masih ingin bicara, tetapi ayahku menyela, "Nggak usah bicara panjang lebar lagi, lapor polisi
Sekarang ayahku sudah tidak sabar meminta saham itu untuk Sierra begitu teringat hal ini, seakan-akan saham 10 persen senilai ratusan miliar itu sama sekali tidak berharga dan bisa diambil sesuka hatinya.Hanya saja, entah sejak kapan aku membuat mereka salah paham bahwa mendapatkan uang dariku adalah hal yang sangat mudah.Tidak terlihat perubahan pada ekspresi Sierra. Namun, aku melihat dia menarik selimut saking antusiasnya.Awalnya, aku mengira Sierra mendorongku ke kolam karena terbawa emosi. Sekarang, tampaknya aku terlalu polos.Sierra sudah merencanakan semuanya. Kalau semalam aku tidak pergi ke samping kolam renang, dia juga akan mencari cara untuk memancingku datang atau melakukan hal lain.Pokoknya Sierra akan membuat orang lain merasa aku berniat mencelakainya, jadi orang tuaku bisa mendesak aku menyerahkan saham yang diberikan nenekku.Jelas-jelas Sierra yang berniat mencelakaiku, tetapi dia malah memutarbalikkan situasi. Pertama, Sierra bisa mendesakku minta maaf dan memp
"Sayang." Steven akhirnya sadar dan langsung melangkah ke arahku.Namun, saat dia melewati Sierra, Sierra yang awalnya berdiri dengan baik, tiba-tiba melemas dan jatuh.Ekspresi Steven sontak berubah drastis. Dia buru-buru menangkap Sierra, sepenuhnya melupakan keberadaanku.Di sudut yang tak terlihat oleh Steven, Sierra melirikku dengan senyuman penuh provokasi. Aku membalas dengan senyuman santai.Aku tidak takut dia punya trik, justru takut sebaliknya. Aku masih berharap dia bisa membantuku mempercepat perceraianku!Melihat Sierra pingsan, Yunita langsung maju. "Kak Rara, kamu kenapa? Kamu sampai jatuh sakit karena Luna mau merebut barangmu?"Usai berkata demikian, dia menangis sambil menatap Steven. "Kak, kamu selalu meminta kami mengalah pada Luna dan kami menurut! Tapi, dia keterlaluan sekali! Dia tahu betapa berharganya desain Master Tex bagi Kak Rara, tapi tetap bersikeras merebut! Kak Rara marah sampai sakit!""Dia ingin Kak Rara mati!"Di dalam pelukan Steven, Sierra berucap
Teresia mengacungkan jempol padaku. "Keren!"Aku tahu dia sedang memujiku. Aku tidak lupa pada siapa pun, kecuali Steven. Itu benar, aku melupakannya dengan sangat sempurna!"Oke, jangan bahas bajingan itu lagi. Hari ini ulang tahunmu, kita harus merayakannya dengan baik!"Hari ini, aku akan memanjakan Teresia seperti seorang tuan putri yang paling bahagia di dunia ini!Aku merangkul Teresia. Begitu mengambil satu langkah ke depan, tiba-tiba terdengar suara keras di belakang. Sebuah benda berat menghantam lantai!Kami spontan menoleh. Sebuah pot bunga besar jatuh tepat di tempat kami berdiri barusan. Pot itu langsung hancur berkeping-keping.Wajah kami seketika pucat pasi. Entah bagaimana jika kami terlambat sedetik. Dengan ukuran dan berat seperti itu, jika pot itu mengenai kepala kami, yang pecah bukan hanya potnya, tetapi juga kepala kami!Teresia tersadar dari keterkejutannya. Dia langsung menengadah, siap memaki ke arah atas. Namun, sebelum sempat berteriak, tampak dua anak kecil
Wajah Steven seketika memucat. Dia akhirnya teringat, orang yang suka kacang itu adalah Sierra.Wati sungguh kehabisan kata-kata melihat situasi ini. Saat menyiapkan bahan untuk roti, dia sempat mengatakan bahwa kacangnya terlalu banyak. Dia sendiri tidak pernah melihat Luna makan kacang, jadi dia menduga bahwa Luna tidak menyukainya.Namun, Steven malah berkata dengan yakin bahwa istrinya paling suka kacang. Ketika melihat keyakinannya, Wati pun percaya. Dia bahkan sempat berpikir akan membuatkan lebih banyak makanan yang mengandung kacang mulai sekarang.Alhasil, nyonyanya ini bukan hanya tidak suka kacang, bahkan alergi berat terhadap kacang. Ini ... sungguh keterlaluan.Sebagai seorang suami, Steven bukan hanya tidak tahu bahwa istrinya alergi kacang, tetapi malah mengira kacang adalah makanan favoritnya.Bukan hanya sang istri yang merasa kecewa, bahkan Wati yang hanya seorang pelayan juga merasa demikian. Tuannya ini benar-benar ....Wati melirik Steven sekilas. Untuk sesaat, dia
Awalnya, Wati menyarankan untuk memasak telur tomat. Dia pikir, hanya perlu memotong tomat lalu menggorengnya dengan telur. Asalkan tidak terlalu asin atau hambar, rasanya bisa diterima.Siapa sangka, Steven, pria cerdas dan berbakat, raja di dunia bisnis, sosok luar biasa yang disebut sebagai genius langka, ternyata bahkan tidak bisa memasak telur tomat yang sesimpel itu. Hasilnya sampai tidak bisa dimakan!Melihat itu, Wati langsung menyerah dan menyuruhnya mencoba masakan lain. Mengingat nyonya mereka suka makan roti dan membuat roti dengan mesin adalah hal yang paling simpel, dia pun menyarankan Steven membuat roti. Cukup memasukkan bahan, menekan tombol, lalu roti akan matang.Yang penting punya tangan. Apalagi, roti sangat cocok untuk sarapan. Makanya, Wati memberinya saran seperti itu.Dengan bimbingan Wati, takaran bahan pun pas, dan hasilnya roti matang tanpa kesalahan, bahkan terlihat sangat menggugah selera."Sayang, ayo coba ini. Bukankah kamu paling suka kacang?" Steven me
Aku ingin mengatakan bahwa dia sangat menjijikkan. Namun, dalam kondisiku sekarang, aku tidak bisa membuang energi untuk berdebat dengan seorang pemabuk. Jadi, aku berkata, "Lepaskan aku dulu. Aku nggak nyaman dipeluk begini."Mendengar itu, Steven sedikit mengendurkan pelukannya, tetapi tidak melepaskanku sepenuhnya.Aku melanjutkan, "Kamu bilang kamu nggak akan seperti dulu lagi. Kalau begitu, tunjukkan ketulusanmu. Kamu nggak bisa mengharapkanku memaafkanmu hanya dengan satu kata maaf setelah kamu menyakitiku begitu dalam dan melihatku hampir mati tanpa melakukan apa-apa."Aku bisa mendengar sedikit rasa bersalah dalam suaranya tentang insiden aku tenggelam. Jadi, aku sengaja mengungkitnya untuk membuat rasa bersalah itu semakin besar.Benar saja, lengannya yang memelukku menegang beberapa saat."Lepaskan aku dulu. Sekarang sudah sangat larut, aku ingin tidur. Kalau kamu benar-benar bisa menunjukkan perubahanmu, mungkin suatu hari aku bisa melupakan luka ini."Meskipun sedang menena
Steven si berengsek itu memang tidak menganggapku sebagai istri. Namun, dia sangat antusias dengan urusan ranjang.Ini jelas perilaku bajingan kelas kakap. Namun, dulu aku malah menganggap ini sebagai bukti cintanya. Aku berpikir, jika dia tidak mencintaiku dan sudah muak denganku, dia pasti tidak akan menyentuhku, apalagi begitu terobsesi denganku.Wanita hanya akan menyerahkan dirinya pada pria yang mereka cintai. Setelah tidak mencintai, disentuh sedikit pun akan terasa menjijikkan.Namun, pria tidak begitu. Bagi mereka, nafsu dan cinta adalah dua hal yang sangat berbeda. Pria yang suka tidur denganmu tidak berarti mencintaimu.Setelah mengalami cedera dan sadar kembali, aku harus minum obat tidur setiap hari supaya bisa tidur. Namun, di rumah ini, aku tidak berani minum obat. Sekalipun pintu dikunci, aku tetap tidak berani.Jadi, aku hanya bisa memejamkan mata, bertahan sampai pukul 2 dini hari, tetapi tetap tidak bisa tidur. Aku mulai menghitung domba, satu ... dua ... tiga ....A
Dia bilang aku berpikiran kotor, jadi melihat segalanya dengan cara yang kotor. Dia bilang aku picik, jadi tidak bisa menerima orang lain. Yang dia bela itu adalah adikku, penyelamat hidupnya! Bagaimana mungkin aku berpikir buruk tentangnya?Menghadapi ejekanku, Steven tidak bisa berkata-kata lagi. Dia sangat tahu bagaimana dia menjawab pertanyaanku dulu, berkali-kali.Setelah beberapa saat, dia menarik dasinya dengan frustrasi dan melemparkannya ke sofa. "Luna, kamu dan aku berbeda!""Apa yang berbeda? Karena aku benar-benar bersyukur atas orang yang menyelamatkan hidupku, sementara kamu memanfaatkan alasan itu untuk mengontrolku, menyiksaku, dan membuatku gila?"Steven tahu bahwa pria dan wanita seharusnya menjaga jarak dan memiliki batasan. Dia tahu bahwa banyak tindakannya selama ini salah. Namun, dia tetap melakukannya, bahkan menyalahkanku dan menudingku yang salah.Satu-satunya alasan yang masuk akal adalah dia memang sengaja menyiksaku, ingin membuatku menderita, ingin membuatk
Aku tiba-tiba merasa sangat muak dan tidak ingin mendengar apa pun lagi darinya. "Kalau kamu benar-benar ingin mati, tancap gas lebih cepat lagi. Pastikan kalau terjadi kecelakaan, kamu bakal mati total. Jangan sampai malah cacat dan nggak bisa mati, itu merepotkan!"Aku lebih memilih mati daripada harus mengalami rasa sakit seperti sebelumnya.Steven yang tadinya ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdiam. Matanya menjadi suram, lalu dia tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya memperlambat laju mobil.Aku tidak bisa menahan tawa dingin. Dasar pria berengsek! Saat aku memintamu untuk pelan, kamu tidak mau. Begitu disuruh mati, dia justru melambat.Sama seperti bagaimana dia memperlakukanku dulu. Ketika aku menginginkannya, dia tidak peduli. Sekarang saat aku tidak menginginkannya lagi, justru dia yang tidak rela.Mobil melaju kencang menuju sebuah tempat yang terasa familier, tetapi juga asing bagiku. Sebuah vila mewah di pusat kota, harganya sangat mahal. Namun, lingkungannya memang lu
Melihat Sierra duduk tegak dan menjaga jarak darinya, seberkas kekecewaan melintas di mata Willy."Aku sudah menyelidikinya, tapi nggak menemukan apa-apa. Luka Luna begitu parah sampai turun dari tempat tidur saja nggak bisa. Seharusnya dia juga nggak bisa melakukan apa pun.""Menurutku, kemungkinan besar dia cuma benar-benar patah hati. Dia terluka separah itu, tapi Pak Steven nggak pernah menjenguknya. Itu pasti membuatnya sangat hancur."Bagi Willy, Luna hanyalah seorang wanita bodoh dan tidak berguna. Orang seperti dia tidak mungkin memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, apalagi merencanakan sesuatu yang besar.Namun, mata Sierra menjadi suram. Dia tahu Luna terluka parah dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apa pun. Namun, tidak peduli seberapa parah lukanya, seberapa sakit hatinya, dengan cintanya yang mendalam kepada Steven, seharusnya Luna tidak berubah sejauh ini!Ada yang tidak beres! Pasti ada sesuatu yang terjadi selama wanita itu dirawat di rumah sakit!Sierra