Share

Bab 84

Penulis: Antilia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-03 18:53:00

"Terima kasih atas pengertiannya Baskoro. Aku senang kamu terbuka dan mau membicarakan masalah ini kepadaku. Aku akan memberitahu ibuku mengenai hubungan kita dan kedatangan kamu ke rumahku. Semoga saja kita menemukan solusi terbaik untuk masalah ini."

Pelayan datang dengan membawa pesanan makanan. Dia segera menyajikan makanannya diatas meja.

"Makanlah Zeni, kamu pasti lapar. Nanti cobalah bubur kampiun, ini merupakan makanan penutup khas dari Indonesia." kata Baskoro sembari menggigit rendang sapi.

"Sepertinya bubur kampiun tidak terlalu asing bagiku. Baiklah aku akan mencobanya nanti." jawab Zeni.

Zeni mulai menyuapkan satu sendok rawon sapi. Dia menikmati makanan khas Indonesia tersebut.

"Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk masa ta'aruf kita? Aku harap kita tidak terlalu lama menjalani masa ta'aruf. Kamu harus tahu, aku juga memiliki kesibukan. Selain kesibukan di kampus, aku juga sudah mulai bekerja meskipun belum full time."

"Aku akan memikirkannya Baskoro dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 85

    "Kenapa bapak membanding aku dengan kedua kakakku? Kami memiliki prinsip yang berbeda meskipun dibesarkan secara bersama-sama namun seiring dengan pertumbuhan, kami berbeda pemikiran dalam menyikapi tujuan hidup. Zeni seorang gadis yang baik juga Sholehah, banyak lelaki yang menaruh hati kepadanya meskipun dia berpakaian tertutup. Dia memilik prinsip dan aku pun menghormati prinsip hidupnya. Aku tidak mungkin menghiburnya tanpa sebuah ikatan yang jelas karena kami bukanlah mahram. Makanya kenapa aku memutuskan untuk segera meminang dan menikahinya." Bapak Hutama mengernyitkan dahinya berusaha memahami maksud perkataan dari Baskoro. "Apakah dia tumbuh dalam lingkungan yang konservatif dan islami? Ataukah dia taat menjalankan agamanya? Apa yang menarik dari Zeni? Kenapa kamu ingin menikahinya?" "Dia tidak tumbuh dalam lingkungan konservatif meskipun keluarga alm. Bapaknya terbilang kolot dalam pemilihan jodoh namun dia jarang berinteraksi dengan keluarga bapaknya. Dia tumbuh dilin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 86

    "Ibu yakin denganmu bahwa kamu dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu serta menjaga kepercayaan yang ibu berikan kepadaku. Berarti kamu dengan Baskoro belum lama mengenal? Dan masih menjalani masa ta'aruf? Semoga kalian dapat menjalaninya dengan baik. Tentu saja ibu akan menyambut kedatangan Baskoro dan orangtuanya." "Baiklah ibu, terima kasih sudah mau merestui hubungan kami. Sekarang sudah hampir larut malam, sebaiknya ibu segera beristirahat. Aku tutup teleponnya ibu." "Iya Zeni, kamu juga jaga kesehatan. Selamat beristirahat." Zeni segera mematikan sambungan telepon. Dia segera meletakkan teleponnya di atas meja. Dia bergumam : "Akhirnya ibu merestui Baskoro. Aku tidak menyangka secepat ini menemukan seseorang yang mengisi hidupku." Zeni segera berjalan menuju ke tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya, rasa penat yang menerpa tubuhnya membuat dia segera tertidur. ***** Keesokan paginya di kediaman Baskoro, Bapak Hutama dengan Ibu Indraswari tengah berada di kamar tidu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 87

    "Terima atas doanya, kami sekeluarga sudah ikhlas atas kepergian bapaknya Zeni. Sebelumnya perkenalkan namaku Laksmi dan alm. suamiku bernama Abdillah. Zeni sudah bercerita sedikit mengenai maksud kedatangan Baskoro dan ibunya Baskoro." "Syukurlah jika Zeni sudah bercerita kepada Ibu Laksmi. Aku adalah ibunya Baskoro, panggil saja dengan nama Indraswari dan suamiku bernama Hutama. Aku minta maaf, hari ini suamiku belum dapat bertandang ke rumah ibu Laksmi karena beliau ada acara penting yang tidak dapat ditinggalkan. Adapun maksud kedatangan kami untuk meminang Zeni. Baskoro sudah menaruh hati kepada Zeni dan ingin menikahinya." Sesaat kemudian driver datang dengan membawa beberapa buah tangan dan hantaran lamaran untuk Zeni. Melihat kedatangan Driver, Baskoro segera membantu meletakkan barang-barang tersebut di atas meja. "Ini ada beberapa buah tangan dari kami untuk ibu Laksmi dan hantaran lamaran untuk Zeni. Terima pemberian dari kami sebagai simbol pinangan dari Baskoro." k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 88

    Ibu Laksmi masuk kedalam kamar. Dia mengambil ponsel yang terletak di atas nakas. Segera dia gulirkan layar ponsel untuk mencari nomor Zeni dan meneleponnya. Sesaat panggilan telepon terhubung. "Assalamu'alaikum... Bu.. bagaimana kabarnya? Apakah Baskoro sudah datang?" tanya Zeni melalui sambungan telepon. "Wa'alaikumussalam Zeni. Kabar ibu Alhamdulillah baik. Baskoro sudah datang tadi saat dhuhur, kamu sedang apa Zeni?" "Syukurlah kalau Baskoro sudah sampai di rumah ibu. Aku sedang di kos. Kenapa ibu telepon Zeni? Bukankah ada Baskoro di rumah dan seharusnya ibu menemani Baskoro?" "Tadi kami sedang berdiskusi terkait pelaksanaan hari dan tanggal akad serta acara resepsi yang diadakan terpisah. Keluarga dari Baskoro menanyakan apakah Zeni punya pandangan terkait pelaksanaan hari dan tanggal akad serta resepsi yang akan dilaksanakan dua bulan kedepan." Zeni terdiam sesaat mencoba untuk berpikir sejenak. "Berarti tadi sudah diputuskan untuk rencana pelaksanaannya dua bulan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 89

    "Baiklah ibu. Aku akan melakukan searching di mesin pencarian di internet untuk mencari persiapan apa saja yang harus aku lakukan terkait persiapan mental." kata Baskoro. Ibu Indraswari menggelengkan kepalanya keheranan sembari tersenyum mendengar ucapan anak bungsunya. "Kamu boleh melakukan searching namun kamu perlu berdiskusi kepada orang yang memiliki pengalaman hidup berumah tangga. Setidaknya kamu memiliki seorang figur seorang laki-laki yang mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai kepala keluarga. Berdiskusi lah dengan mereka dan timba ilmu darinya. Hidup berumah tangga ibarat mengarungi lautan dengan perahu yang dikendarai oleh seorang Nahkoda. Peran kamu adalah menjadi seorang nakhoda yang senantiasa di tuntut untuk selalu waspada dalam mengarungi bahtera lautan dan jika dalam keluarga kita menyebutnya bahtera rumah tangga. Banyak lika-liku yang harus kamu jalani dan lewati Baskoro untuk tetap mempertahankan rumah tangga kalian nantinya." Baskoro merenung mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 90

    "Apa yang mba Zeni katakan! Aku sudah berumur lebih dari delapan belas tahun. Aku berpikiran normal dan sudah sepatutnya mba Zeni belajar untuk menjadi istri dengan melayani suami. Oke deh mba. Aku bisa menginap di rumah mba Zeni saat akad nikah." ucap Lisa diiringi dengan senyum merekah. Zeni tersipu malu, wajahnya berubah menjadi merah merona. Dia tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. "Lisa kamu sungguh membuatku tidak punya muka. Tentu aku akan mempelajari tugas sebagai seorang istri. Apakah kamu juga akan cepat menyusul ku?" "Aku masih sibuk kuliah mba. Calon saja aku belum memiliki." seloroh Lisa. Suara nada dering ponsel menghentikan percakapan mereka. "Sepertinya ponselku berdering. Baiklah aku akan menjawab panggilan telepon tersebut." Zeni segera beranjak dari tempat duduk dan mengambil ponsel yang terletak disamping tempat tidur. "Silakan mba Zeni, aku akan menemui Nina sebentar." Lisa segera berjalan keluar dari kamar dan pergi meninggalkan Zeni seorang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 91

    "Syukurlah, kamu dapat menjaga amanah yang bapak berikan kepadamu. Kalian tentu merasa lelah, istirahatlah!" "Baiklah pak. Aku pamit pulang. Terima kasih sudah mengijinkan ibu untuk menemani ku." Baskoro segera keluar dari kediaman bapak Hutama. Ibu Indraswari menatap kepergian Baskoro sampai menghilang dari pandangan matanya. "Aku belum mengantuk pak. Bolehkan kita membahas sebentar terkait persiapan pernikahannya Baskoro?" suara lembut Ibu Indraswari membius pikiran bapak Hutama untuk menuruti permintaannya. "Boleh. Tapi sebentar saja. Aku tahu ibu sudah lelah." ucapnya dengan pasrah. "Kami sudah membicarakan pelaksanaan akad nikah dan resepsi pernikahan yang rencananya akan dilaksanakan dua bulan kedepan. Karena sesuatu hal maka acara akad nikah dan resepsi pernikahan dilakukan di dua tempat yang berbeda. Ibu mendapatkan amanah untuk bertanggung jawab dan mengelola acara resepsi pernikahan yang dilaksanakan di kota Surabaya. Adapun keluarga Ibu Laksmi selaku ibunya Zen

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 92

    Seorang pelayan wanita membukakan pintu utama kediaman Bapak Hutama. "Mas Baskoro silakan masuk! Bapak Hutama dan ibu sudah menunggu kedatangan kalian." "Apakah bapak belum berangkat bekerja?" kata Baskoro seraya melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang tamu. "Belum mas, Bapak Hutama bersikeras menunggu kedatangan Mas Baskoro dan Mba Zeni. Silakan duduk, aku akan menyampaikan kedatangan kalian." Pelayan wanita segera pergi meninggalkan Baskoro dan Zeni di ruang tamu. "Duduklah Zeni!" kata Baskoro sembari menunjuk sofa yang kosong. Zeni segera duduk di sofa tersebut. Bapak Hutama dan Ibu Indraswari datang ke ruang tamu. Mereka melihat Baskoro duduk bersebelahan dengan seorang gadis berjilbab. "Apakah gadis ini yang bernama Zeni?" tanya ibu Indraswari sembari duduk di sofa yang tepat berada di depan mereka berdua. Bapak Hutama segera duduk bersebelahan dengan istrinya. "Benar Bu." jawabnya dengan tersenyum ramah. Zeni segera berjabatan tangan dengan Ibu Indraswari dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12

Bab terbaru

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 120

    Zeni mengambil ponselnya dan menghubungi Baskoro. Sesaat panggilan mulai terhubung.“Hallo Zeni. Apakah kamu sudah bertemu dengan driver?” tanya Baskoro melalui sambungan telepon.“Aku sudah bertemu dengan driver dan saat ini sedang dalam perjalanan. Baskoro, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk melakukan absensi online dan bertemu dengan pak Leon. Apakah kamu tidak keberatan?”“Tentu saja aku tidak keberatan. Driver akan mengantarkanmu ke kantor sebelum pergi ke rumah sakit.”“Baiklah… Bagaimana kondisi bapak Hutama?”“Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan tadi malam. Saat ini bapak sedang sarapan pagi ditemani oleh Ibu dan Om Laksana.”“Syukurlah jika kondisi pak Hutama semakin baik. Sebentar lagi aku akan sampai di kantor, aku tutup teleponnya sekarang Baskoro.”“Siapa yang meneleponmu Baskoro?” tanya Galuh tepat berada didepan Baskoro.“Tante!” kata Baskoro dengan terkejut. “Kapan tante Galuh datang ke balkon ini? Kenapa aku tidak menyadari kedatangan tante?”“Aku baru saja d

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 119

    Laksana dan Galuh masuk ke dalam ruang perawatan. Dia melihat Baskoro sedang berbicara dengan seorang perawat yang berdiri tak jauh dari Hutama. Galuh segera duduk disamping Indraswari.“Kak, bersabarlah! Aku yakin kak Hutama segera sembuh. Jika kak Indraswari sudah lelah, istirahatlah! Biarkan aku dan Laksana yang menjaga kak Hutama.”“Aku belum lelah Galuh. Nanti saja sekalian aku menunggu Ardiansyah.” ucapnya dengan sedih.“Kak Hutama memiliki semangat hidup yang tinggi, tentu dia akan lekas sembuh. Kak Indraswari tidak perlu larut dalam kesedihan.”“Benar apa yang kamu katakan Laksana, Hutama memang tipe orang yang bersemangat dan memilki optimis yang tinggi. Aku hanya merasa shock atas kesehatan Hutama yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama aku hidup berumah tangga dengannya dia tidak pernah sakit parah. Ini adalah pertama kalinnya.”“Kak Hutama sudah tidak muda lagi, tentu energinya tidak seperti dulu. Yang sama hanyalah semangat hidupnya yang masih berjiwa muda. Kemarin dia sakit s

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 118

    “Tidak tante Galuh. Aku hanya terkejut saja atas pertanyaan yang tiba-tiba menyudutkanku untuk segera menikah. Aku benar-benar belum memilki teman dekat laki-laki yang cocok dan sesuai dengan kriteriaku.”“Apakah kamu memiliki masalah? Tante berpikir jika kamu memiliki pergaulan yang luas, sehingga tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.”“Itu tidak semudah yang tante lihat. Aku merasa belum waktunya untuk menikah, usiaku juga belum memasuki kepala tiga, jadi aku masih memiliki waktu untuk menikmati masa lajangku.”“Tidak seperti itu Adiratna, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari kak Hutama, jadi kedua orang tuamu tentu lebih memperhatikan masa depanmu. Mungkin tante dan om Laksana bisa membantumu untuk mengenalkan beberapa lelaki yang pantas untukmu.”“Lakukan saja Galuh! Aku juga pernah memikirkan hal tersebut dengan Hutama, namun karena kami jarang bertemu ditambah dengan kesibukan masing-masing, rencana kami belum terlaksana sampai saat ini.”“Apakah kak Indraswar

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 117

    Baskoro dan pak Archery segera berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera menuju ke lift yang membawanya menuju ke lantai dua.“Apakah kamu sudah mengetahui di ruang mana Hutama menjalani perawatan?” “Sudah pak Archery, prof. Jack telah mengirim pesan mengenai ruangan yang digunakan untuk perawatan bapak.”“Oh… benar! Aku hampir lupa. Kamu adalah calon dokter. Apakah kamu sebentar lagi akan menuntaskan kuliahmu?”“Kemungkinan tahun ini aku akan wisuda. Bulan depan aku akan menjalani sidang skripsi.”“Aku salut kepadamu Baskoro. Hutama dan Indraswari pandai mendidik kamu. Selain kamu kuliah saya dengar kamu juga sudah memiliki bisnis. Di usiamu yang cukup muda kamu sudah mendulang kesuksesan.” “Apa yang pak Archery katakan itu sungguh berlebihan. Aku merasa posisiku masih stagnan dan belum ada perkembangan apapun. Bisnis yang aku geluti pun belum berkembang dengan pesat dan masih berskala nasional.”“Apa kamu pikir aku tidak mengetahui bisnismu Baskoro? Kamu telah bekerjasama

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 116

    Ibu Indraswari mulai menguraikan pelukannya. Perlahan dia mengusap bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya.“Ibu tidak tahu mengapa tiba-tiba bapakmu sakit. Tadi saat sedang minum teh di ruang tengah ibu meninggalkan bapakmu sebentar untuk mengambil kudapan di dapur. Saat itu dia masih sehat, kami memang sedang menunggu kerabat dari keluarga bapak yang akan berkunjung ke rumah. Ibu terkejut melihat bapakmu sudah pingsan sekembali dari dapur. Segera ibu memanggil pelayan untuk membawanya menuju ke kamar.”“Setahuku bapak sehat selama ini. Apa ibu menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa bapak menderita penyakit tertentu? Tidak mungkin bapak pingan secara tiba-tiba.”“Sudahlah Baskoro! Kamu jangan menyudutkan ibu dengan berbagai pertanyaanmu. Ibu juga tidak tahu sama seperti kita. Sebaiknya kita menunggu dokter memeriksa bapak.” kata Ardiansyah.Om Laksana yang baru saja masuk ke dalam kamar, melihat sedikit keributan yang muncul antara Baskoro dan Ardiansyah. Dia segera berjalan mende

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 115

    Sesampainya di kamar kos, Lisa mengajak Zeni duduk. “Sebentar mba Zeni, tunggulah disini. Aku menaruh barangnya di motor.” Lisa bergegas keluar dari kamar.Tak lama kemudian Lisa kembali dengan membawa satu buah paper bag dan meletakkannya di atas meja.“Ini mba Zeni, terimalah. Aku tadi sempat mampir ke butik dan aku lihat ini cocok untuk mba Zeni. Cobalah!”“Aku tidak mau merepotkanmu Lisa. Kenapa kamu membelikan ini untukku? Apakah ini kado pernikahan darimu?” kata Zeni sembari membuka paper bag tersebut.Lisa segera duduk disamping Zeni. “Itu bukan kado pernikahan untuk mba Zeni, tapi kenang-kenangan dariku. Mba Zeni sebentar lagi akan melakukan tugas pengabdian masyarakat selama satu bulan dan setelah itu pasti mba sibuk untuk mempersiapkan pernikahan dan tentunya akan mengambil libur kuliah beberapa hari kan? Setelah itu kita pasti jarang bertemu, apalagi fakultas kita berbeda. Aku pasti merindukan mba Zeni.”“Apa yang kamu katakan Lisa? Kamu jangan lebay seperti Lintang, seol

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 114

    Siang hari Zeni masih berkutik didepan laptop sampai suara nada dering ponsel membuyarkan konsentrasi Zeni. Dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari Lintang.“Assalamu’alaikum Lintang? Bagaimana kabarmu?” “Wa’alaikumussalam Zeni. Apakah kamu saat ini berada di kos? Aku sekarang sedang di kampus, rencananya aku mau menemuimu karena kamu tidak berangkat ke kampus?”“Iya Lintang, aku ingin rehat sebentar. Aku tunggu kamu di kos. Datanglah sekarang!”“Oke Zeni. Aku akan segera ke kosmu sekarang.” Tak berapa lama kemudian Lintang sudah berada didepan kos. Dia mengetuk pintu kos Zeni sembari mengucapkan salam. Zeni segera berjalan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan salam. Dibukanya pintu kos, dia tersenyum melihat Lintang sudah berada didepannya.“Masuklah! Aku senang akhirnya kamu datang ke kos?”Lintang segera masuk ke dalam kos. Zeni menutup pintu kos dan menguncinya. Dia memandu Lintang untuk berjalan menuju ke kamarnya.“Kenapa kosmu sepi sekali? Dim

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 113

    Tepat pukul 20:30 malam Zeni sampai di kos. Dia segera masuk ke dalam kamar dan meletakkan paper bag di atas meja. Diambilnya baju didalam lemari dan segera melangkahkah kakinya berjalan keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.Lisa masuk ke dalam kamar. Dia melihat kamarnya kosong tidak menemukan Zeni.Dia bergumam : “Kemana mba Zeni? Sepertinya tadi mba Zeni sudah pulang ke kos?” sesaat pandangan matanya tertuju pada paper bag di atas meja.“Berarti benar jika mba Zeni sudah pulang.” bisiknya lirih.Zeni muncul dari balik pintu. Dia melihat Lisa sudah duduk di depan meja.“Dari mana kamu Lisa? Kenapa aku baru melihatmu?” tanya Zeni sembari masuk ke dalam kamar.“Tadi aku baru menemani Nina untuk memfotokopi beberapa tugas kelompok. Aku tadi melihat ada mobil yang keluar dari halaman kos kita. Berarti benar, tadi mba Zeni diantar oleh Baskoro?”“Benar Lisa. Apakah kamu melihat Baskoro?”Lisa menggelengkan kepalanya.“Tidak mba. Saat itu mobilnya melaju dengan cepat, aku tidak s

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 112

    “Hallo Baskoro! Ibu sekarang sudah berada di depan café. Keluarlah! Ibu mau bertemu dengan kamu dan Zeni. Ibu tunggu sekarang!” kata Ibu Indraswari melalui sambungan telepon.“Baiklah ibu. Aku dan Zeni akan segera menemui ibu.” Baskoro segera menutup panggilan telepon.“Kami akan pulang terlebih dahulu, ibu sudah menunggu kami di depan Café. Bill nya biar aku yang bayar.” ucap BaskoroBaskoro segera melambaikan tangannya kepada pelayan café. Seorang pelayan café datang.Dia berkata : “Ada yang perlu aku bantu Tuan?”“Tolong berikan bill untuk seluruh pesanan pada meja ini?” “Baiklah Tuan. Tunggu sebentar aku akan ke kasir untuk mengambilkan catatan billnya.” pelayan segera berlalu dari hadapan Baskoro. Sesaat kemudian pelayan datang sembari menyerahkan kertas bill kepada Baskoro.Baskoro segera mengelurkan sejumlah uang untuk membayar pesanan makanan tersebut.“Aku akan pulang nanti Baskoro. Ada hal yang masih ingin aku bicarakan dengan Frans. Berhati-hatilah selama dalam perjalanan

DMCA.com Protection Status