Krystal melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Kini tubuhnya sudah terbalut oleh gaun tidur tipis dengan model tali spaghetti. Sepulang dari pementasan, Krystal langsung membersihkan tubuhnya. Tampak wanita itu begitu kelelahan.Krystal terdiam sejenak kala tiba di depan cermin. Dia mematut cemin itu dan melihat wajahnya sudah terlihat segar. Namun, tidak dipungkiri sorot mata Krystal tampak menunjukan sebuah hal yang terbendung dalam diri. Hal yang tak mampu diluapkan.Ceklek.Suara pintu terbuka. Krystal langsung mengalihkan pandanganya ke arah pintu. Seketika raut wajah Krystal berubah tampak terkejut melihat Kaivan masuk ke dalam kamar.“K-Kaivan? K-Kamu pulang?” Krystal melangkah mundur kala Kaivan semakin mendekat padanya. Dia menelan salivanya susah payah ketika melihat Kaivan melepas jasnya. Tubuh maskulin pria itu terbalut oleh kemeja putih. Lengan kekarnya terbungkus pas dengan kemeja putih membuatnya tampak begitu gagah.Kaivan tidak langsung menjawab. Dia semakin me
“Aku akan berangkat lebih awal. Aku harus mengantar Livia.”Suara Kaivan berucap seraya memasang dasi kala Krystal membuka kedua matanya. Dia melirik Krystal sebentar—wanita itu masih mengerjapkan mata beberapa kali.“Kamu ingin mengantar Livia? Maaf aku bangun terlambat,” kata Krystal dengan nada yang merasa tidak enak. Pasalnya, Kaivan sudah rapi sedangkan dirinya masih baru bangun.“Ya, aku akan mengantar Livia,” jawab Kaivan dingin dan datar.Krystal sedikit menundukan tubuhnya—melihat tubuhnya masih polos tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya itu. Hanya selimut tebal yang membalut menutupi tubuhnya. Bayangan Krystal langsung mengingat tentang tadi malam. Di mana dirinya dan Kaivan kembali melakukan pergulatan panas. Jika raut wajah Krystal sedikit malu. Lain halnya dengan Kaivan yang terlihat tidak memedulikan itu. Kaivan hanya memasang dasi dan terlihat begitu acuh.“Krystal,” panggil Kaivan dengan nada pelan dan tersirat tegas.“Ya, Kaivan?” jawab Krystal seraya men
Kaivan duduk di kursi kerjanya seraya menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya lelah. Setelah mengantar Livia ke bandara, Kaivan memang langsung menuju ke kantor. Meski sudah berada di kantor, tapi Kaivan tampak enggan menyelesaikan pekerjaan.Terdengar suara interkom masuk membuyarkan lamunan Kaivan. Sesaat Kaivan mengembuskan napas kasar. Dengan raut wajah kesal, Kaivan menekan tombol hijau dan menjawab, “Ada apa? Kenapa menggangguku?”“Tuan Kaivan maaf mengganggu Anda. Tapi Nyonya Elisa datang ingin bertemu Anda, Tuan,” ujar sang sekretaris dari seberang sana.Kaivan berdecak mendengar ucapan sekretarisnya itu. Elisa—ibunya yang sering dia hindari malah datang ke kantor. Kepala Kaivan selalu pusing tiap kali bertemu dengan ibunya itu.“Katakan padanya, aku sedang meeting.”“Tuan, maaf tapi Nyonya Elisa mengatakan jika Anda meeting maka meeting itu harus berhenti sekarang juga. Saya tidak berani, Tuan.”Kaivan mengumpat dalam hati. Benar saja, pasti ibunya itu akan membuat ma
“Kaivan, aku ingin menjenguk adikku setelah itu aku akan pergi ke mall sebentar. Aku ingin membeli sepatu balet.”Suara Krystal berucap lembut seraya menghampiri Kaivan yang tengah duduk di sofa kamar berkutat pada MacBook-nya.“Kamu ingin menjenguk adikmu?” ulang Kaivan memastikan kala Krystal sudah duduk di sampingnya.“Iya, aku ingin melihat keadaannya,” balas Krystal pelan.Kaivan mengangguk singkat. “Bersiaplah. Aku akan mengantarmu.”“Eh?” Krystal tampak terkejut. “Kamu ingin mengantarku? Tapi Kaivan setelah aku dari rumah sakit, aku ingin membeli sepatu balet. Nanti kamu lama menungguku, Kaivan. Lebih baik tidak usah. Aku sendiri saja.”“Aku ingin membeli sesuatu di mall,” ucap Kaivan dingin dan raut wajah tanpa ekspresi.Bulu mata lentik Krystal bergerak-gerak mengikuti mata wanita itu yang tampak mengerjap. “Kamu ingin membeli sesuatu? Ingin beli apa, Kaivan? Kamu bisa titipkan padaku biar kamu tidak lelah harus ke mall,” ujarnya pelan menawarkan diri.“Tidak perlu. Aku sendi
Krystal mengembuskan napas panjang. Dia menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Tampak raut wajah Krystal begitu cemas. Ya, jelas Krystal cemas. Sejak Maya—teman sesama Ballerina memergokinya bersama Kaivan, membuat Krystal khawatir. Sudah lama rasanya Krystal tidak pernah dekat dengan seorang pria. Dan belakangan ini, Krystal hanya fokus pada pekerjaannya saja. Kepergian kedua orang tuanya membuat Krystal harus semakin giat dalam mencari uang. Dia pun bukan hanya membiayai dirinya, tetapi dia juga harus membiyai sekolah adiknya.“Kamu memikirkan tentang temanmu yang tadi bertemu dengan kita?” Kaivan bertanya kala melihat Krystal sejak tadi terlihat begitu cemas.Krystal mengangguk pelan. “Iya, Kaivan. Apa kamu tidak cemas sama sekali?”Kaivan mengangkat bahunya tak acuh. “Tidak. Aku lihat temanmu itu wanita yang baik. Aku yakin dia tidak mungkin menggosipkanmu di belakangmu. Jika nanti dia kembali bertanya, kamu bisa menjawab dengan tenang seperti yang kamu katakan tadi. Aku adalah teman adikm
“Krystal, berani-beraninya kamu melakukan ini padaku. Apa kamu mencoba merayuku?”Wajah Krystal menegang mendengar ucapan Kaivan. Bahkan jarak di antara keduanya begitu dekat. Embusan napas Kaivan membelai kulit lehernya. Membuat tubuh Krystal meremang.“A-Apa m-maksudmu, Kaivan? Siapa yang menggodamu?” ucap Krystal gugup dan takut. Degup jantungnya berpacu semakin kencang kala jarak mereka begitu dekat dan intim.“Lihatlah tubuhmu,” bisik Kaivan tepat di telinga Krystal.Krystal mengerjap mendengar ucapan Kaivan. Didetik selanjutnya, Krystal menurunkan pandangannya. Menatap tubuhnya sendiri. Ya, Krystal langsung merutuki kecerobohannya. Dia lupa kalau memakai baju berwarna putih. Jelas saja tubuh bagian depannya akan tembus pandang.“A-Aku akan mengganti pakaianku sebentar.” Krystal langsung mengambil bathrobe dan handuk yang ada di sofa. Lalu berjalan terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Kaivan tersenyum samar melihat Krystal yang lari terburu-buru persis seperti seora
Kaivan duduk di kursi kebesaraannya seraya menyandarkan punggungnya. Pagi ini Kaivan berangkat ke kantor lebih awal. Kondisi kesehatan Krystal sudah berangsur membaik. Setelah pulang dari hotel, Kaivan memang memanggil dokter pribadinya untuk memeriksakan keadaan Krystal. Beruntung Krystal tidak demam lama. Ya, tidak dipungkiri Kaivan hampir jarang merawat orang sakit semalaman. Selama berumah tangga bersama dengan Livia; Kaivan biasanya selalu memanggil dokter pribadi jika Livia sakit. Pun yang merawat Livia biasanya adalah pelayan bukan dirinya. Namun, bukan berarti Kaivan tidak peduli sama sekali. Jika Livia sakit, Kaivan masih tetap memperhatikan. Walau itu adalah sebuah perhatian kecil.“Apa aku mengganggumu, Kaivan Bastian Mahendra?” Suara bariton memasuki ruang kerja Kaivan.Kaivan sedikit terkejut kala ada suara yang menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya. Seketika raut wajah Kaivan berubah, menatap sosok Aryan—sahabatnya yang sudah cukup lama meninggalkan Jakarta kini berada
“Kaivan, hari ini aku ingin latihan balet. Aku sudah tiga hari tidak latihan balet. Aku Tidak enak pada teman-temanku jika tidak latihan lagi, Kai.”Krystal berucap pelan di tengah-tengah sarapannya bersama dengan Kaivan. Ya, sudah tiga hari ini Kaivan meminta Krystal untuk beristirahat di rumah memulihkan kesehatannya. Tentu Kaivan akan selalu mengatakan tidak ingin Krystal sakit karena tidak mau disusahkan oleh wanita itu. Well… Perkataan pedas Kaivanlah yang membuat Krystal menurut dan tidak membantah. Pun Krystal tidak ingin menyusahkan Kaivan.“Memangnya tubuhmu sudah membaik?” Suara Kaivan bertanya dengan nada dingin dan raut wajah datar.Krystal mengangguk pelan. “Sudah. Aku sudah membaik.”Kaivan mengambil kopi yang diantar oleh sang pelayan dan menyesapnya perlahan. “Bersiaplah. Aku akan mengantarmu ke tempat latihan baletmu.”Krystal tampak terkejut. “Kamu mau mengantarku, Kai? Tidak, lebih baik jangan. Nanti banyak teman-temanku yang melihat. Maya saja sudah pernah memergok
Beberapa bulan kemudian … Madrid, Spain. Krystal melangkah menelusuri kota Madrid bersama dengan sang suami yang selalu ada di sisinya. Tampak tatapan Krystal dan Kaivan menatap Kenard dan Kaindra yang tengah berlari-lari menikmati keindahan kita Madrid. Ya, usia kandungan Krystal saat ini memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Perutnya kian membuncit. Dia bersama dengan suami sekaligus anak-anaknya tengah menikmati liburan sekaligus babymoon di Madrid. Kandungan Krystal sehat bahkan sangat sehat. Dokter pun mengizinkan Krystal untuk berpergian ke luar negeri. Itu yang membuat Kaivan membawa istri dan anak-anaknya pergi berlibur.“Kai … Kenard dan Kaindra senang sekali setiap kali kita ajak mereka berlibur,” ujar Krystal seraya memeluk lengan sang suami. Sesaat Krystal memejamkan matanya kala embusan angin menyentuh kulitnya.Kaivan tersenyum kala mendengar ucapan sang istri. “Aku juga senang jika melihat anak-anak kita menikmati liburan mereka.”Krystal mengalihkan pandangannya, me
“Papa … Mama … hari ini kita mau ke mana?” Suara Kenard dan Kaindra bertanya seraya menatap Kaivan dan Krystal. Tampak kedua bocah laki-laki itu sudah tampan dan rapi. Celana pendek dan kaus berwarna hitam dengan logo LV membuat Kenard dan Kaindra begitu menggemaskan.“Hari ini kalian akan melihat adik kalian, Sayang. Apa kalian mau?” Krystal mengelus lembut kedua pipi Kenard dan Kaindra. Ya, hari ini adalah hari di mana Krystal sudah dijadwalkan memeriksa kandungannya. Tentu Krystal sudah tak sabar ingin tahu bayi yang ada di kandungannya itu laki-laki atau perempuan. Sebenarnya Krystal hanya penasaran saja. Mengingat selama ini Kaivan begitu yakin kalau bayi yang ada di kandungannya ini adalah perempuan. Fokus utama Krystal memeriksakan kandungannya karena memang dirinya ingin tahu tumbuh kembang bayinya. Dan apa pun jenis kelamin anaknya nanti tetap membuat Krystal bersyukur.“Hari ini kami melihat adik?” Kenard dan Kaindra bertanya dengan kompak. Kedua bocah laki-laki itu begitu b
Barcelona, Spain. Suara tangis bocah perempuan sontak membuat Maya yang baru saja menuruni tangga—dan langsung mempercepat langkahnya menghampiri putrinya yang ada di taman. Tampak wajah Maya panik mendengar tangis putrinya yang keras.“Rania? Sayang kamu kenapa?” Maya menghampiri putrinya yang duduk di taman sambil menangis.“Nyonya.” Sang pengasuh menyapa Maya dengan sopan.“Ada apa dengan putriku? Kenapa Rania menangis seperti ini?” Maya bertanya seraya duduk di samping putrinya yang masih terus menangis. Maya pun segera memeluk erat putri kecilnya itu.“Maaf, Nyonya. Nona Rania menangis karena tangannya digigit semut. Tapi saya sudah memberikan minyak kayu putih di tangan Nona Rania, Nyonya,” ujar sang pengasuh sopan.Maya mengembuskan napas panjang kala mendengar ucapan sang pengasuh. “Kamu boleh pergi sekarang. Biar aku yang menenangkan putriku.”“Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Maya.“Mama … sakit,
Pantai Matira, Pulau Bora-bora “Darwin … Daisy … berenangnya jangan jauh-jauh, Sayang. Pelan-pelan, Nak.”Suara Felicia menegur kedua anak-anaknya itu yang berenang semakin jauh darinya. Tampak Felicia mulai mendengkus sebal. Kedua anak-anaknya itu sangat keras kepala. Seperti saat ini ketika Felicia mengatakan jangan berenang jauh malah kedua anak-anaknya itu berenang semakin jauh. Sungguh, setiap hari Felicia harus memiliki stock kesabaran yang banyak.“Sayang … biarkan Darwin dan Daisy berenang. Mereka hebat dalam berenang. Kamu tidak perlu khawatir, Sayang.” Arya merengkuh bahu Felicia sembari memberikan kecupan di puncak kepela istrinya itu.Ya, kini Aryan dan Felicia tengah berlibur ke Pantai Matira, Pulau Bora-bora. Mereka berdua berenang bersama dengan kedua anak-anak mereka. Felicia yang memakai bikini seksi dan Aryan bertelanjang dada. Mereka berdua berjemur di bawah sinar matahari sekaligus berendam di air.Darwin Mahendra Dwitama adalah anak laki-laki pertama Aryan dan Fe
Lima tahun berlalu … “Mama … itu Papa … yeay! Papa ada di televisi. Papa … Papa … Papa …”Suara Kenard dan Kaindra memekik kegirangan melihat Kaivan tengah di wawancarai. Tampak kedua bocah laki-laki itu begitu bangga sekaligus senang setiap kali melihat ayah mereka berada di televisi.Ya, Kenard Bastian Mehendra anak pertama laki-laki Kaivan dan Krystal ini kini berusia enam tahun. Sedangkan Kaindra Bastian Mehendra anak kedua laki-laki Kaivan dan Krystal berusia tiga tahun. Well, tak hanya itu saja tapi saat ini Krystal pun tengah hamil lima belas minggu. Bagi Krystal kehamilan yang ketiga merupakan kecolongan. Pasalnya Krystal hanya menginginkan dua anak saja tapi kenyataannya Krystal kecolongan hamil anak ketiga. Alasan bisa kecolongan karena Krystal lupa minum pil KB. Pun Kaivan selama ini setiap kali melakukan hubungan suami istri dengannya tidak pernah memakai pengaman. Kaivan selalu bilang kalau pria itu tidak melarat jadi tidak masalah memiliki anak banyak. Sedangkan Krystal
Beberapa bulan kemudian …“Makanan apa ini? Kenapa membuatku mual sekali?” Suara Felicia berseru kala baru saja memakan udang bakar—yang dia minta pelayan untuk membuatnya.“Nyonya, ini menu udang bakar yang biasa Anda makan. Bumbunya masih tetap sama, Nyonya. Tidak ada yang saya ganti,” jawab sang pelayan dengan sopan.Felicia menyingkirkan piring yang berisikan udang bakar itu. “Aromanya membuatku mual. Kamu pasti menambahkan bumbu yang berbeda.”Sang pelayan menggarukan kepalanya tak gatal. Tampak wajah sang pelayan menjadi bingung. Pasalnya dia tidak menambahkan bumbu yang berbeda. Udang bakar yang dia sajikan adalah udang bakar yang sama seperti biasa disajikan.“Ada apa ini?” Aryan melangkah masuk ke dalam kamar. Pria itu mendengar seperti suara sang istri tengah kesal.“Tuan.” Sang pelayan segera menundukan kepalanya kala melihat Aryan datang.Felicia mengalihkan pandangannya, menatap Aryan yang baru saja datang. “Sayang, pelayan ini memberikanku udang bakar dengan bumbu berbed
Suara tepuk tangan riuh terdengar di ballroom hotel. Tampak para tamu undangan semuanya menatap Hans dan Maya yang tengah berciuman di altar. Ya, kini Hans dan Maya telah resmi menjadi sepasang suami istri. Semua keluarga serta para tamu undangan pun turut berbahagia atas pernikahan Hans dan Maya.Kilat kamera memenuh ballroom hotel. Menyorot pada dua insan yang tengah berbahagia. Tak hanya menyorot pada Hans dan Maya saja tetapi juga menyorot pada Aryan dan Felicia serta, Kaivan dan Krystal. Lebih tepatnya para wartawan itu begitu banyak menyorot Kaivan dan Krystal. Pasalnya, sejak tadi memang Kaivan dan Krystal banyak mengundang perhatian para wartawan. Terutama Kenard yang berada digendongan Kaivan. Tentu, tak heran jika Kenard menjadi sorotan. Pasalnya pernikahan Kaivan dan Krystal banyak sekali memiliki masalah sampai menjadikan mereka berdua menjadi sebuah berita yang hangat diperbincangkan.Pernikahan Hans dan Maya terbilang sangat mewah dan meriah. Beberapa rekan bisnis Hans d
Sebuah gaun berwarna pastel membalut tubuh Krystal tampak sangat indah dan memukau. Make up flawless di wajah Krystal membuatnya sangat cantik dan terlihat fresh. Ya, kini Krystal baru saja selesai dirias. Gaun yang membalut tubuhnya sangat anggun dan menawan. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Di mana hari ini Hans dan Maya akan melangsungkan pernikahan.Terkadang jodoh memang datang secara tiba-tiba dan tak disangka-sangka. Seperti kali ini Krystal tak menyangka kalau kejadian waktu di mana Kenard diculik—membuat Hans dan Maya semakin dekat. Hubungan Hans dan Maya masih terbilang baru. Tapi nyatanya Hans dan Maya ingin segera meresmikan hubungan mereka ke sebuah jenjang menuju kebersamaan masa depan. Tentu Krystal bahagia. Karena memang Krystal berharap Maya mendapatkan jodoh yang terbaik. Setelah luka yang didapatkan Maya pada akhirnya, takdir membawa Maya pada seorang pria yang baik dan bertanggung jawab. Dan Krystal bisa melihat dari mata Hans; pria itu
Menjelang pernikahan Hans dan Maya, Krystal pun sibuk membantu persiapan pernikahan teman baiknya itu. Bukan hanya Krystal yang membantu persiapan pernikahan Hans dan Maya tetapi Felicia juga turut membantu. Well, tentunya jika berurusan dengan Felicia hal mudah akan menjadi sulit. Seperti contoh model gaun yang dipakai oleh Felicia harusnya bermodel kemben. Tapi tiba-tiba Felicia merubah model gaunnya ingin menjadi one of shoulder. Ya, dalam hal ini Krystal dan Maya sudah tidak lagi terkejut. Karena memang baik Krystal atau Maya sudah mengenal sifat Felicia. Terutama Krystal, dia sangat mengenal baik adik iparnya itu. Kejadian ini sama seperti Felicia menikah dengan Aryan. Dulu, Felicia sampai memesan banyak gaun pengantin akibat Felicia yang tiba-tiba merubah model gaun pengantinnya.“Nyonya Krystal.” Seorang pelayan menghampiri Krystal yang tengah sibuk pada iPad di tangannya. Pagi ini Krystal disibukan membaca email dari manager restoran. Selama ini memang yang memeriksa laporan k