“Kai … kenapa aku tidak boleh menonton televisi?” Suara Krystal bertanya dengan raut wajah yang bingung. Pasalnya, channel televisi semua dimatikan. Krystal hanya diperbolehkan menonton film saja atau membaca buku. Itu pun dibatasi. Kaivan selalu memintanya untuk lebih banyak beristrahat. Namun, tak dipungkiri berada di ruang rawat sangatlah jenuh.“Ini waktunya kamu tidur siang, Krys. Kamu sudah minum obat jadi waktunya kamu istirahat,” kata Kaivan dengan nada datar. Suaranya berbicara dengan pelan namun tersirat tegas. Mengisyaratkan untuk Krystal tidak membantahnya.Krystal mendesah pelan. “Iya, Kai. Aku akan tidur siang nanti. Tapi kenapa kamu selalu melarangku menonton televisi. Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?” tanyanya penuh selidik.Ya, tindakan Kaivan ini seperti apa yang Krystal lakukan pada Galen—adiknya. Krystal mengingat jelas bagaimana dirinya berusaha menjauhkan Galen dari ponsel, berita, dan sebagainya hanya demi karena Krystal tidak ingin Galen melihat ad
“Nyonya, apa Anda ada keluhan?” Suara Dokter bertanya pada Krystal kala dia baru saja selesai memeriksa keadaan Krystal. Tentu saja Kaivan berdiri tidak jauh dari sang dokter tengah tengah memeriksakan keadaan Krystal.“Hm, tidak ada, Dokter. Aku baik-baik saja,” jawab Krystal dengan suara lembutnya seraya menatap sang dokter yang berdiri di hadapannya itu.“Istriku sering mual setiap pagi. Nafsu makannya juga terkadang menurun. Obat darimu tetap saja membuat istriku mual,” seru Kaivan dengan tatapan dingin dan tegas pada dokter yang tengah memeriksakan keadaan istrinya. Ya, Kaivan tidak tega setiap pagi Krystal harus mual-mual. Tidak hanya itu, tapi nafsu makan Krystal selalu menurun. Padahal sebelumnya dirinya meminta dokter memberikan obat untuk istrinya. Namun, hasil tetap sama. Krystal tetap mual-mual dan nafsu makan menurun. Hanya sesekali Krystal mau makan, jika dirinya paksa atau karena Krystal sedang ingin makan sesuatu.Sang dokter tersenyum. “Semua itu normal, Tuan. Kehamil
“Selamat pagi, Nyonya Krystal.” Sang pelayan menyapa dengan sopan Krystal seraya melangkah masuk ke dalam ruang rawat Krystal. Pelayan itu membawakan nampan yang berisikan bubur ayam, sandwich tuna, dan juga obat yang dikonsumsi oleh Krystal setiap pagi.“Pagi.” Krystal tersenyum hangat kala sang pelayan mulai menyajikan makanannya ke atas meja kecil yang ada di hadapannya.“Nyonya, Anda ingin makan sendiri atau ingin saya menyuapi Anda?” tawar sang pelayan dengan sopan. Sang pelayan selalu menawarkan lebih dulu karena terkadang Krystal tidak selalu ingin disuapi olehnya.“Terima kasih, aku makan sendiri saja,” jawab Krystal lembut. “Ah, ya. Di mana suamiku? Apa dia sedang menerima telepon?” tanyanya yang sejak saat Krystal membuka mata, suaminya itu tidak ada di sisinya. Padahal setiap pagi ketika Krystal baru saja membuka mata, dia selalu melihat suaminya itu. Namun, jika Krystal tidak melihat Kaivan biasanya suaminya itu tengah menerima telepon.“Tadi saat Nyonya baru saja bangun,
“Tuan, berita skandal Anda dan Nyonya Livia telah terbongkar pada media. Bukan hanya itu tapi berita kehamilan Nyonya Livia mengandung anak Anda pun telah tersebar. Saat ini banyak para wartawan yang mencari Anda untuk meminta keterangan, Tuan.”Seketika raut wajah Liam berubah mendengar apa yang Gavi katakan padanya. Sepasang iris mata hitam Liam menyorot begitu tajam dan memendung emosi yang seakan ingin meledak. Rahang Liam mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat.“Fuck!” Liam mengumpat kasar. Dia memejamkan mata sesaat menurunkan emosi dalam dirinya. “Kenap media bisa tahu secepat ini, Gavi,” geramnya.Gavi menundukan kepalanya, tidak berani melihat Liam yang memberikan tatapan begitu tajam padanya. “T-Tuan, ini ulah Kaivan Mahendra, Tuan. Dia membalas Anda yang telah mengambil project-nya,” jawabnya dengan nada yang sedikit takut kala melaporkan pada Liam.Kilat mata Liam memancarkan jelas kemarahan. Geraman tertahan terlihat jelas di wajahnya. Tak henti-henti Liam mengumpat kas
“Berita tentang Livia dan Liam Baskara berselingkuh. Anak yang ada di kandungan Livia adalah anak Liam Baskara. Tapi sekarang Livia telah mendapatkan karmanya. Wanita licik itu telah membusuk di penjara. Aku yakin, kakakku tidak mungkin membebaskan wanita itu.” Raut wajah Krystal tampak begitu terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Felicia. Sepasang iris mata cokelat terang Krystal terlihat menuntut Felicia agar menjelaskan padanya.“Livia di penjara? Bagaimana mungkin? Dan Liam Baskara bukannya orang yang kemarin datang menemui Kaivan?” cerca Krystal dengan nada cepat. Dia ingin Felicia menjelaskan semuanya. Pasalnya, Krystal mengingat dengan jelas kala Kaivan mengatakan Liam Baskara adalah rekan bisnisnya. Dan … Livia kenapa bisa di penjara? Apa kesalahan wanita itu? Ribuan pertanyaan menyerbu pikiran Krystal saat ini.Felicia mngerutkan keningnya. Menatap bingung Krystal yang bertanya seperti tidak mengetahui apa pun. “Krys, apa kamu tidak pernah melihat berita?” tanyanya seb
“Livia tidak bersalah, Kai. Bebaskan dia. Kasihan dia, Kai. Dia sedang hamil.”Suara Krystal berucap dengan suara pelan dan tatapan penuh permohonan pada Kaivan. Dia tidak tega jika Livia harus berada di penjara. Mengingat kondisi Livia saat ini yang tengah mengandung. Lepas dari kesalahan yang Livia lakukan tapi Krystal tahu akar permasalahnnya karena Livia masih belum rela Kaivan bersama dengannya. Pun Krystal mengakui keegoisan sifatnya yang menginginkan Kaivan menjadi miliknya seutuhnya.Namun, permintaan Krystal itu membuat sepasang iris mata cokelat Kaivan terhunus begitu tajam dan penuh peringatan. Rahang Kaivan mengetat. Sorot matanya terlihat berusaha mengendalikan amarah dalam dirinya.“Apa kamu sudah kehilangan akal sehatmu, Krys?” seru Kaivan dengan nada yang terdengar jelas menahan amarahnya.Krystal menatap manik mata cokelat gelap Kaivan. Terlihat Krystal benar-benar memohon pada Kaivan. “Kai, ini bukan salah Livia. Dia melakukan ini karena dia mencintaimu, Kai. Hati wa
“Shit!” Liam membanting remote televisi ke dinding dengan keras. Raut wajahnya begitu kesal melihat berita di televisi pagi ini. Umpatan kasar selalu lolos di mulut pria itu. Para media tak henti-hentinya memberitakan tentang dirinya dan Livia. Liam yakin, pemberitaan ini tak akan berhenti begitu saja. Paling tidak Liam harus bertahan dengan berita sialan itu hingga tiga bulan atau empat bulan mendatang.Kini Liam berada di apartemen pribadinya. Dia tidak bisa ke perusahaannya karena banyak wartawan yan mengincarnya. Dan tadi pagi Liam sudah mendapatkan semburan amarah dari kedua orang tuanya. Namun, tentu saja Liam mengabaikan itu semua. Liam hanya meminta orang tuanya untuk tidak ikut campur. Liam mengakui kesalahannya, dan dia pun berjanji mengatasi kekacauan terjadi. Itu kenapa akhirnya orang tua Liam bisa menjadi tenang.Saat ini Liam memang memilih sejenak bersantai di rumah meski dengan pikiran yang selalu terbebani dengan semua masalah yang ada. Liam memilih diam dan tak bers
Raut wajah Krystal terlihat begitu muram dan sedih. Tampak jelas pancaran mata Krystal meredup. Ya, sejak di mana Kaivan dan dirinya berdebat; suaminya itu tidak muncul. Bahkan tadi malam saat Krystal tidur, Kaivan pun tidak datang. Terpaksa tadi malam Krystal tidur sendirian. Tanpa pelukan hangat sang suami. Sungguh, ini menyiksa Krystal. Semalaman ini Krystal tidak henti menangis. Matanya sembab. Memikirkan Kaivan. Krystal sudah meminta pelayan menghubungi Kaivan agar suaminya itu datang; akan tetapi yang didapatkan Krystal hanya mendengar suaminya itu sibuk tidak bisa menemaninya.Krystal tahu dirinya telah membuat Kaivan marah, tapi Krystal tidak bermaksud untuk itu. Krystal hanya menempatkan posisi bagaimana jika dia yang ada di penjara dalam keadaan hamil. Livia memang bersalah karena berani membuat tindak kejahatan yang bahkan menewaskan banyak orang yang tak bersalah. Namun, Krystal hanya merasa iba pada anak yang di kandungan Livia. Terlebih Krystal pun tahu, Livia dulu kesul