“Perkenalkan, saya Yuda Buana.”Amy meneliti lelaki tampan yang berdiri di hadapannya, kulit putih bersih, hidung bangir, bibir mungil, rambut lurus dengan potongan ala tentara. Tatapan mata lelaki itu tajam bagaikan mata elang, tetapi terasa begitu menenangkan. Amy mengakui ketampanan lelaki ini mengalahkan Tesla.“Amy,” perempuan itu menyebutkan namanya, sambil menyambut uluran tangan Yuda, ada getar aneh yang dirasakan saat tangannya, dan lelaki itu saling menggenggam. “Mari saya ajak melihat bagian dalam,” suara Yuda begitu merdu terdengar di telinga Amy, dia tersenyum mengangguk, lalu mengikuti langkah Yuda memasuki bangunan ruko.“Ruko ini baru selesai saya renovasi, sudah saya pasangkan plafon dan sudah ada kitchen set. Rencananya kemarin saya akan membuka restoran di sini,” Yuda berkata menjelaskan tentang ruko miliknya.“Oh, ya!” Amy berseru takjub, "Mengapa tak jadi dibuka restorannya, Pak?" Tanyanya antusias, Yuda tersenyum melihat ekspresi Amy."Kebetulan saya belum dapa
Amy merasa lega karena semua urusan penyewaan ruko telah selesai, tahap selanjutnya dia akan membuat selebaran untuk membuka lowongan pekerjaan. Mereka membutuhkan beberapa orang yang bertugas sebagai pramusaji, lalu dua orang kasir, satu orang chef lain yang akan bergantian dengan Ade, juga beberapa orang asisten chef.Setelah membuat postingan lowongan pekerjaan, Amy menyandarkan kepala di sandaran sofa yang ada di kamar kos Ade.Suasana sunyi karena si tomboy masih di tempat kerja, iseng Amy lalu membuka email rahasia yang terkoneksi dengan ponsel baru nan dihadiahkannya kepada Tesla. Matanya membelalak, saat melihat beberapa foto selfy yang diambil dengan kamera ponsel Tesla dan secara otomatis tersimpan juga di file penyimpanan email. Kedua tangan Amy terkepal menahan geram, Tesla kembali berdusta kepadanya, lelaki itu tidak pergi ke Balikpapan seperti apa yang dikatakannya kepada Amy."Brengsek kamu, Tes!" Amy menggeram penuh amarah. "Kamu bilang pergi ke Balikpapan, ternyata ka
Dalam perjalanan pulang, Tesla mendapatkan pesan singkat dari nomor Yuni."Kenapa pulang gak pamit?" tanya wanita itu."Maaf, ada kerabat mama yang meninggal jadi aku buru-buru dan gak sempat kabari kamu, Sayang." Balas Tesla."Hem, aku turut berduka," tulis Yuni."Iya terima kasih," balas Tesla."Sebenarnya ada hal penting yang ingin aku tanyakan, lebih dari sekedar alasan kamu tidak pamit padaku," tulis Yuni lagi."Apa itu, Yank?" Tanya Tesla mesra."Nanti sajalah tunggu aku di Jakarta," balas Yuni.Pesan berbalas mereka berakhir karena Tesla sudah sampai di rumah, dia sempatkan diri untuk menghapus semua pesan dan riwayat panggilan ke nomor Yuni. Setelah itu barulah dia melangkah masuk ke dalam rumah, sampai di kamar dilihatnya Amy sudah terlelap. Dikecupnya kening sang istri, baru kemudian dia pergi mandi.Pagi hari saat terabangun dari tidur, Tesla mendapati Amy telah menyajikan sarapan untuk mereka. Sikap istrinya itu seperti biasa, Tesla pun memberikan kecupan mesra untuk Amy.
Amy mencolek pinggang Ade seketika gadis tomboy itu terperanjat, cepat dia sambut tangan Yuda dan dengan gugup berucap kata “Hai, ma ... maaf, a ... aku harus melanjutkan pekerjaan."Tanpa menunggu persetujuan Amy dan Yuda, gadis itu melesat keluar dari ruangan. Amy heran dengan sikap Ade, semakin heran ketika Yuda tiba-tiba juga minta diri untuk pergi.Amy melepaskan kepergian duda tampan itu dengan seribu satu pertanyaan, yang memenuhi kepala "Ada apa dengan Yuda dan Ade?" Begitu pikirnya.Amy bertanya-tanya apakah keduanya sudah saling kenal?Mengapa Ade begitu terkejut melihat Yuda, dan Amy sempat menangkap rona keterkejutan yang juga tersirat di wajah Yuda ketika bertemu mata dengan Ade Irma.Acara pembukaan kafe benar-benar menyita semua konsentrasi Amy, dengan begini Tesla menjadi sangat leluasa menghabiskan waktu bersama Yuni."Mama berharap kalian segera menikah, kalau Yuni hamil mama akan sangat senang sekali." ujar Dialin saat mereka makan siang bersama.Yuni tersipu malu,
Setelah berdebat dengan Amy perkara dia ingin menikah lagi, Tesla menenangkan diri dengan pergi ke kampus tempatnya mengajar. Di sana dia bertemu Handoko—rekan sejawat, yang juga dianggapnya sebagai guru spiritual.Handoko pria muda berusia empat puluh tahunan, paham tentang agama dan praktisi poligami. Dia memiliki dua istri, dari keduanya Handoko mendapatkan empat orang anak. Istri keduanya seorang janda dengan satu anak, anak inilah yang kemarin menikah dan Tesla hadir di sana. Istri kedua Handoko adalah kerabat dekat orang tua Yuni, dari Handoko jugalah, Tesla mengenal Yuni."Aku bertengkar dengan Amy," Tesla mengadukan perdebatannya tadi kepada Handoko."Soal apa?" tanya Handoko tanpa maksud menyelidik."Soal menikah lagi, susah sekali ternyata untuk mendapatkan izin," keluhnya.Handoko tertawa, "Kamu tau hal apa yang ditakuti wanita ketika kita memutuskan untuk poligami?" Tesla menggeleng, "Yang pasti mereka tidak mau berbagi," jawabnya.Handoko ikut menggeleng, "Kamu salah, wa
"Haaaa!" Ade menghela napas panjang, bayangan kenangan silam kembali menggores perasaan. Dia teringat beberapa hari setelah malam itu, Een kembali menemuinya di halte sekolah saat jam pulang sekolah."Mbak sudah bicara dengan Yuda, sepertinya dia benar-benar kecewa dengan kamu. Dia berkata, kamu sekarang sudah besar dan tidak butuh dia lagi, karena itu lebih baik kalau dia menghindar. Lagi pula usia kalian terpaut jauh sekali, kamu bisa mencari cowok lain yang seumuran dengan kamu."Mendengar itu Ade tergugu menangis, dia tidak berpikir tentang cowok lain yang dia mau hanya Yuda seorang."Tolong bilang sama Abang, Mbak. Kapan pun waktunya, beri aku kesempatan untuk bertemu. Aku tidak akan memaksa Abang untuk bersamaku, kalau Abang tidak mau. Aku hanya ingin meminta maaf secara langsung kepadanya, itu saja." ujar Ade.Een mengangguk dan berjanji akan menyampaikan hal itu kepada Yuda. Semenjak hari itu, harapan Ade benar-benar hancur. Gadis cantik berambut panjang itu akhirnya memilih m
Yuda meneliti daftar menu yang tertulis, tidak ada makanan berat hanya cemilan dan minuman saja. "Air kelapa dua, satunya tidak usah pakai es dan beri perisa leci, yang satunya pakai es dan susu." Ujar Yuda menyebutkan pesanannya.Ade tersipuendemgar Yuda masih hapal dengan minuman kesukaannya, air kelapa muda tanpa es dan diberi perisa leci."Abang pikir kamu sudah lupa sama Abang, pas kemarin kita ketemu, ucap Yuda sambil tersenyum menatap Ade.Si tomboy menggeleng, "Kemarin aku cuma kaget saja, tidak menyangka akan bertemu Abang," jawabnya."Bumi ini memang kecil ya, De?" Gumam Yuda."Nggak blBang, bagiku bumi ini begitu besar hingga untuk bertemu Abang kembali aku harus menunggu belasan tahun," bantah Ade."Hahahaha bisa saja kamu, De," Yuda tergelak, ada perasaan tak enak di hatinya, "Aku egois ya?" tanya.Ade kembali menggeleng, "Tidak, Abang mungkin mempertahankan harga diri Abang sebagai lelaki dewasa, di hadapan gadis kecil yang tidak tau menghargai perasaan orang." Yuda m
Setelah mengakhiri panggilannya, Ade buru-buru meletakkan kembali ponsel Wulan pada tempatnya. Tampak gadis bertubuh tinggi semampai itu melangkah ringan menghampirinya."Kak, Teriyaki sauce chicken satu porsi." Wulan berkata sambil menyerahkan nota pemesanan kepada Ade "Oke," Jawab Ade santai, si tomboy segera berdiri dan melangkah ke arah dapur menuju meja kerjanya.Wulan mengikuti di belakang, saat Ade sibuk meracik bumbu di atas perapian, Wulan terus memandangi si tomboy dengan tatapan mesra. Ade tidak memperdulikan dia tetap fokus dengan pekerjaannya, selain itu benaknya juga dibebani sebuah pertanyaan, mengapa nomor teleponnya bisa berpindah ke ponsel Wulan?"Woi biasa aja ngeliatnya!" Sorak Dona—asisten Ade, sambil mengibaskan tangannya yang basah ke muka Wulan. Dona baru saja mencuci tangannya, setelah selesai menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan Ade."Apaan sih rese Lo!" Wulan menggerutu, sambil menyeka wajahnya yang terkena percikan air dari tangan Dona.Ade mengabaikan k