Beranda / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / 32. Hasil Akhir untuk Si Tukang Gosip

Share

32. Hasil Akhir untuk Si Tukang Gosip

Penulis: Caramelodrama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-26 23:32:36

Bastian dan Rinda memasuki ruang pertemuan hotel bintang lima, di mana dua eksekutif dari perusahaan lain yang hendak menanamkan investasi besar sudah menunggu. Bastian, dengan setelan jas mahalnya, melangkah dengan penuh percaya diri.

"Selamat siang, Pak Jordan, Pak Hendra," sapa Bastian ramah, menjabat tangan kedua pria itu. "Ini Rinda, asisten magang saya."

Rupanya Bastian memperkenalkan Rinda sebagai asistennya! Ini melambungkan asa dan kegembiraan di hati Rinda.

Gadis itu tersenyum sopan dan menjabat tangan kedua eksekutif tersebut. Mereka duduk dan Bastian mulai membuka pembicaraan tentang proyek yang akan mereka bahas.

Saat diskusi berlangsung, Pak Jordan bertanya, "Bagaimana dengan progress pengembangan software yang kita bicarakan bulan lalu, Pak Bastian?"

Sebelum Bastian sempat menjawab, Rinda dengan antusias menyela, "Oh, maksud Bapak Project Zephyrland? Kami sudah menyelesaikan 70% dari pengembangan dan akan siap diluncurkan bulan depan."

Wajah Bastian seketika menegang. P
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belaian Hangat Om Bastian   33. Terbuai Sentuhan dan Ciumannya

    Naira baru saja selesai membuat oseng sosis dan bakso ketika bel pintu depan berbunyi.“Kebetulan, nih Om! Aku baru kelar masak! Makan, yuk!” Naira menyapa santai. Hubungan mereka sudah lebih cair dari sebelumnya.Bastian tanpa mengatakan apa pun, masuk ke rumah dan mengikuti Naira ke ruang makan.“Aku masak oseng sosis ama bakso. Dijamin enak, kok! Gak kalah ama masakan Om.” Naira sudah lebih luwes menghadapi Bastian.Mereka berdua sudah lebih akrab dan dia merasa tak ada salahnya menghilangkan kecanggungan dan kekakuan antara mereka.Keduanya mulai duduk berhadapan di meja makan dan menikmati makan malam bersama.Yang Naira tak tahu, Bastian sudah makan di rumahnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan tetap memakan apa yang dibuat Naira saat ini.“Tadi siang aku memecat Rinda.” Bastian akhirnya mengatakan itu.Sendok di tangan Naira sampai berhenti bergerak akibat empunya mendengar ucapan Bastian.“Di-dipecat?” Naira melongo.Kemudian, Naira mendengarkan penuturan Bastian mengenai

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Belaian Hangat Om Bastian   34. Gawat! Ibunya Pulang!

    “Mami beneran pulang!” pekik tertahan Naira sambil mendorong tubuh Bastian hingga pria itu terjatuh dari sofa dan berguling sedikit di karpet.Naira tentu panik mendapati ibunya justru pulang di saat semacam ini.Apakah dia menyesal? Atau justru kesal?Di luar, Elvita mulai membuka pintu gerbang dan memasukkan mobil ke carport di depan garasi.Setelah itu, si janda masuk ke dalam rumah sambil menenteng banyak oleh-oleh. Dia tersenyum riang sambil bersenandung kecil.“Sayang? Naira dan Tian ada di dalam, yah?” sapa riang Elvita sembari berjalan masuk ke dalam rumah.Ketika tiba di ruang tengah, dia melihat Naira sedang duduk di ujung sofa timur dan Bastian ada di ujung sofa barat.“Ma-Mami!” Naira segera bangkit berdiri dan memeluk ibunya sambil berusaha bertingkah senormal mungkin.Tak lupa cium pipi kanan dan cium pipi kiri ke ibunya, tak lupa membubuhkan senyuman di wajahnya yang dibuat sewajar mungkin seperti biasa.“Kalian lagi apa?” tanya Elvita sambil menoleh ke Bastian lalu ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Belaian Hangat Om Bastian   35. Aku Nggak Cemburu. Nggak Mungkin, kan?

    Pagi harinya, Naira terbangun dengan kepala sedikit pusing. “Sialan! Ini pasti salah bantal!” gerutunya.Meski malas, dia tetap masuk ke kamar mandi.Setelah selesai mandi dan berpakaian untuk ke kantor, dia mematut sekali lagi penampilan akhirnya di cermin sebadan di kamarnya.“Aku mesti gimana nanti kalo ketemu Om? Ya ampun, bisa gak ya hari ini gak usah masuk kantor dulu?”Naira langsung merosot dan berjongkok dengan wajah tak berdaya, menatap dirinya di cermin.“Begok! Begok, dah! Urgh!” Dia merutuki dirinya yang terbuai akan sentuhan dan ciuman Bastian.Emil, sang mantan terindah saja belum pernah melakukan sejauh yang dilakukan Bastian.“Dulu Emil cuma sebatas kecup kening ama cium bibir, itu pun gak berlebihan.”Dia teringat dulunya dia kerap menolak halus jika Emil hendak melangkah lebih jauh dari sekedar mencium bibirnya. Berbagai alasan dia kemukakan saat itu. Dari geli, sampai takut ketahuan orang lain.“Tapi kenapa ama Om justru aku pasrah?”Wajah Naira menyiratkan penyesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Belaian Hangat Om Bastian   36. Menginterogasi Sang Ibu

    Pada sore harinya, Naira masuk ke rumah dengan langkah ragu. ‘Gimana kalo ternyata ada Om Tian di dalam?’ Demikian pikirnya.Dia membuka pintu depan secara perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara. Lalu melangkah masuk ke dalam rumah dengan berjingkat-jingkat, seolah-olah sedang berjalan di atas lapisan es tipis. Matanya bergerak liar, menoleh ke kanan dan kiri dengan cepat, waspada terhadap setiap gerakan atau suara.Dia sambil mengedarkan pandangannya sambil mengantisipasi atas sosok orang yang ada dalam pikirannya.‘Gimana kalo ada? Aku harus ngomong apa? Oh! Siapin omongan dari sekarang! Atau mungkin sapaan? Tapi nyapa kayak apa?’ Batin Naira penuh dengan kebimbangan atas pertanyaan yang berkutat di otaknya.Suasana rumah terasa sepi dan tanpa suara. Meski begitu, Naira terus memasang telinga sebaik mungkin, berharap tidak ada suara-suara ambigu dari ruang tengah maupun kamar ibunya."Udah pulang, Sayang?"Suara Elvita disertai kemunculan dirinya dari balik tembok pemisah ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Belaian Hangat Om Bastian   37. Kebingungan Sendiri Akibat Kebodohan

    Ketika malam harinya di jam makan, Naira mendengar suara ibunya memanggil di balik pintu kamar. “Ra, ayo makan. Mumpung ada Om Tian juga ikutan makan, tuh!”Deg!Jantung Naira seakan terjun bebas ke perut.‘Duh! Ada Om Tian!’ Naira panik sendiri di dalam kamar.Dia turun dari kasurnya, mondar-mandir heboh mencari baju yang layak, kemudian mematut diri di cermin sambil merapikan rambut, tapi ….Seraya tubuhnya lunglai, dia menjawab ibunya, “Aku masih kenyang, Ma! Kalian aja duluan, nanti aku nyusul!” Tanpa dia membuka pintu.Ya, dia urung keluar kamar. Dia belum siap bertemu Bastian.Sejak kemarin, otaknya dipenuhi akan ingatan mengenai ciuman dan sentuhan intim Bastian. Ini sangat mengganggu fokusnya. Tapi dia tidak berdaya dan dengan bodohnya malah terus saja mengingat hingga ke hal paling detail.Malunya luar biasa jika dia teringat tingkah bodohnya yang pasrah begitu saja dilucuti pakaiannya oleh Bastian. Ingin sekali mengulang waktu dan menolak pria itu meski harus menendangnya de

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Belaian Hangat Om Bastian   38. Hendak Disentuh di Kantor

    “Oh, Naira!” Bastian menyapa ala kadarnya ketika tatapan mereka bertemu.Naira merasakan lidahnya mendadak memiliki tulang sampai-sampai tidak bisa mengucapkan apa pun dan memilih untuk mengangguk sebelum tertunduk dan menciut di sudut lift.Jantung Naira serasa digedor-gedor oleh Gerandong memakai palu Thor. Di depannya berdiri orang yang sejak kemarin menjadi kegelisahannya.‘Jangan noleh! Jangan noleh! Jangan, dah pokoknya!’ doa Naira keras-keras di hatinya.Saat Bastian terlihat hendak memutar badan ke Naira, gadis itu merasa lututnya mulai lemas. Dia yakin wajahnya saat ini sudah merah padam karena malu.Bayangkan saja, pria di depannya itu sudah melihat tubuhnya secara utuh dan menciumi bagian per bagian dengan intim.‘Ini … ini beda dari ketika aku mabuk waktu itu. Emang pas aku mabuk, aku juga telanjang di depan Om Tian, tapi … tapi kagak diapa-apain! Kagak disentuh apalagi dicium-cium! Lah beda ama kemarin!’ pekik Naira menjabarkan kenapa dia menetapkan adanya perbedaan rasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Belaian Hangat Om Bastian   39. Jangan-Jangan Kamu Mikir Hal Cabul

    Mata Naira menatap tajam penuh kewaspadaan pada Bastian yang mengulurkan tangan hendak menyentuh wajahnya.“Jangan mentang-mentang ini kantornya Om, maka Om bisa bebas bertindak—“Naira belum sempat melengkapi kalimatnya ketika dia merasakan usapan cepat jemari Bastian pada keningnya.“Heh?” Naira termangu sejenak.Baru saja apa yang dilakukan Bastian? Mengusap kening dia? Bukan menyentuh pipi atau bibir? Benar-benar sentuhan cepat pada kening?“Jidatmu cemong, tuh! Makanya aku usap biar hilang.” Bastian memperlihatkan ibu jari bekas mengusap kening Naira.Bisa Naira lihat dengan jelas ada warna kehitaman samar di sana.“Hah?” Bingung karena kejadian itu, maka Naira lekas mengeluarkan ponsel untuk mengaktifkan mode cermin.Matanya membelalak lebar ketika dia melihat masih ada sisa warna hitam yang entah apa itu ketika menatap layar ponselnya. Jadi selama ini dia berkeliaran di kantor dalam kondisi kening ….Ya ampun! Ingin sekali dia amblas ke dalam tanah seperti Antareja, salah satu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Belaian Hangat Om Bastian   40. Catch Me If You Can

    “Haduh! Aku … aku lupa ama janjiku ke teman di Gedung C!” Naira segera putar badan dan bergegas pergi dari sana. “Aku ke sana dulu, yah! Penting!”Dia harus secepatnya pergi dari gedung ini sebelum Bastian menemukannya.“Loh, Naira? Kok malah pergi? Itu Pak Bos gimana?” tanya petugas resepsionis lantainya dengan wajah heran.Sementara, Naira sudah mencapai lift. Dia masuk dan melambaikan tangan ke resepsionis yang menatap bingung ke arahnya.“Fyuh! Untung aja mbak resepsionisnya ngasih tau!” Naira mengelus dadanya dengan penuh kelegaan.Bukannya dia tidak ingin patuh pada pemimpin sekaligus pemilik perusahaan ini, tapi dia masih belum siap bertemu Bastian setelah semua yang terjadi antara mereka.Setiap dia memikirkan Bastian, pasti ingatan mengenai sentuhan intim pria itu akan terputar kembali di otaknya dan itu sangat mengganggu!“Pokoknya hayati belum siap! Titik!” Naira tak peduli.Meski tadi dia mengatakan hendak pergi ke Gedung C, nyatanya dia justru pergi ke Gedung A. Ini semat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01

Bab terbaru

  • Belaian Hangat Om Bastian   155. I Love You More

    Sebulan kemudian, Bastian berencana membawa Naira ke kantor E-First, tempat di mana mereka pernah bekerja bersama.“Ini beneran gak apa-apa, Tian?” tanya Naira untuk memastikan saja.Mereka sudah selesai berdandan rapi dan siap berangkat bersama ke kantor Bastian.“Tentu aja nggak apa-apa, Nai. Gimanapun, mereka harus tau ini. Nggak mungkin hubungan kita terus disembunyikan dan menjadi diam-diam aja, kan?” Bastian mengambil tangan Naira, ingin menguatkan hati calon istrinya.Saat ini, Naira sudah membubarkan segala ujian dan apa pun tes yang harus dilalui Bastian. Dia tidak lagi menginginkan itu karena dia sadar bahwa dia tak sanggup hidup tanpa Bastian.Pengalaman di ambang batas kematian membuat Naira memahami apa yang paling dia inginkan.“Kalo mereka marah, gimana? Ntar mereka demo, gimana?” Naira masih khawatir.Dulu rumor hubungan mereka sempat membuat geger kantor dan berhasil ditepis dengan berbagai cara. Sekarang justru hendak dibuka terang-terangan. Akan seperti apa respon pa

  • Belaian Hangat Om Bastian   154. Saling Menyatukan Diri

    “Beneran? Len lairan?! Kapan?” Naira bertanya dengan senyum penuh kebahagiaan, seolah rasa sakit yang tadi dialaminya seketika menghilang.“Setelah kamu kelar operasi dan mendadak aja ketubannya pecah sewaktu mau ngantar kamu ke kamarmu ini. Oh ya, bayinya perempuan,” lanjut Bastian.Naira menatap Bastian dengan tatapan penuh arti. Hari ini benar-benar penuh dengan emosi—kesedihan, harapan, dan kebahagiaan yang semuanya berkumpul di satu tempat.Namun, wajah Bastian kembali serius sejenak saat dia menghela napas. “Ada kabar lain yang perlu kamu tau,” ujarnya. “Vera udah ditahan di kantor polisi. Mereka memastikan dia nggak akan kemana-mana, dan proses hukumnya akan segera berjalan. Sidangnya mungkin akan berlangsung dalam beberapa minggu lagi.”Naira terdiam, memikirkan peristiwa yang hampir merenggut nyawanya. Meski dia merasa lega bahwa Vera akan mempertanggungjawabkan perbuatannya, hatinya tetap tergetar.Kejadian ini meninggalkan luka yang dalam, tapi dia merasa lebih kuat ketika

  • Belaian Hangat Om Bastian   153. Permohonan Naira

    Suster menatapnya dengan penuh empati. "Nyonya stabil untuk saat ini, Pak. Tapi kami harus memantau dengan ketat. Mengenai janinnya... kita perlu menunggu perkembangan lebih lanjut."Bastian mengangguk pelan, meski hatinya masih penuh kekhawatiran. Naira beserta janinnya harus baik-baik saja, mereka berdua harus baik-baik saja. Itu yang menjadi harapan utama Bastian.***Di kamar VIP yang tenang itu, Naira perlahan membuka matanya. Cahaya lembut dari jendela menembus tirai, menyinari wajahnya yang masih terlihat lemah.Saat kesadarannya mulai kembali, matanya terasa hangat dan basah. Mungkin efek samping dari obat, pikirnya.Tapi begitu dia sadar sepenuhnya, yang pertama kali dia rasakan adalah tangan Bastian yang menggenggam erat tangannya.“Om….” panggilnya dengan suara serak.“Nai… akhirnya kamu sadar.” Suara Bastian bergetar pelan, penuh dengan rasa syukur dan kelegaan.Dia menatap Naira dengan tatapan yang penuh kasih, seolah tidak ada yang lebih penting di dunia ini selain dia d

  • Belaian Hangat Om Bastian   152. Mengalami Komplikasi

    “Kamu ngancam aku, Bas? Kamu berani ngancam aku?!” jerit Vera, tak terima.“Jika itu memang harus, maka aku akan melakukannya. Kamu bisa memilih, ingin aku mengambil langkah yang mana.” Bastian menyahut dengan suara dingin.Keributan semakin membesar di bandara, dan Bastian bisa mendengar suara ibunya Vera yang semakin marah, memaki-maki anak buah Bastian.Namun, situasi itu berubah ketika polisi bandara tiba di tempat kejadian setelah mendengar keributan. Mereka segera menahan Vera dan ibunya dari keberangkatan, meminta keduanya untuk tidak meninggalkan negara Scarlet sampai masalah ini selesai.“Aku akan mengurus semuanya,” kata Bastian pada petugas bandara yang mencoba menenangkan situasi. “Jika perlu, aku akan membayar empat kali lipat dari harga tiket yang sudah mereka beli. Yang penting, jangan biarkan mereka terbang.”Polisi dan staf bandara menerima tawaran Bastian. Uang memang bisa menyelesaikan sebagian masalah, pikirnya dengan dingin. Dia menutup telepon, tetapi belum sempa

  • Belaian Hangat Om Bastian   151. Panik

    ‘Kumohon… aku ingin… terus bareng Om… selamanya….’ pinta Naira ketika dia memejamkan mata dan membiarkan dokter memulai operasinya.Di luar, Bastian sibuk mondar-mandir di depan kamar operasi.“Haahh… lama banget, sih?” rutuk Bastian, tak sabar.Helena yang juga ada di sana, hanya memutar matanya dengan jengah pada ucapan Bastian.“Ya elah… baru juga 10 menit, udah diprotes lama.” Helena merespon dengan suara nyinyir. “Buruan duduk! Mual aku liat kamu mondar-mandir rempong gitu!”Helena tidak takut sama sekali pada Bastian meski dia tahu siapa Bastian. Baginya, orang yang sudah membuat sahabatnya sedih, tak perlu ditakuti.Mau tak mau, Bastian menghentikan langkahnya yang bagaikan setrika. Dengan hembusan keras dari napasnya, dia pun duduk tak jauh dari Helena.“Bisa tolong ceritain, gimana kok Naira bisa kena tusuk gitu?” Bastian akhirnya teringat bahwa dia belum mengetahui mengenai kronologi dan latar belakang kejadiannya.Helena melirik sinis ke Bastian, menunjukkan permusuhan seca

  • Belaian Hangat Om Bastian   150. Perutnya Ditusuk

    “A-aku… aku….” Suara Vera bergetar.Vera kaget bercampur syok ketika menatap pisau lipat yang menancap di perut Naira. Meski dia benci Naira, tapi ketika usai menusukkan pisau ke Naira, rasa takut menyergapnya, seolah sebentar lagi dia akan dikejar iblis.“Arghh!” Vera menjerit panik dan bergegas pergi dari sana.Dia memang wanita jahat, tapi untuk berbuat lebih dari sekedar menusuk seseorang, dia tak memiliki nyali mengenai itu.Bahkan, menusuk perut seseorang merupakan kegilaannya paling maksimal dalam hidupnya.Sedangkan di kamar kosnya, napas Naira terengah-engah sambil terus memandangi perutnya.“Perutku… anak…ku….” Naira gemetaran.Takut dan sakit menguasai dirinya. Darah sudah mulai merembes banyak di bajunya.“Gak, gak boleh aku cabut pisaunya. Bahaya….”Di sela-sela kepanikan dan rasa takutnya, dia masih cukup bernalar mengenai itu.Maka, menahan rasa sakit dan dengan langkah tertatih, dia mengambil ponselnya, menghubungi nomor Bastian.“Ya ampun, buruan angkat, sialan! Aku b

  • Belaian Hangat Om Bastian   149. Vera Menemui Naira

    “Ve-Vera?” Naira membeku di tempatnya.Kenapa pula justru wanita sialan itu yang ada di depan pintunya? Naira kesal bukan main, merasa dia begitu sial karena bertemu Vera lagi.Dia sudah ingin menutup pintu karena malas meladeni Vera, hanya saja si rival cinta sudah lebih dulu menahan daun pintu tertutup."Aku pikir kamu udah pergi dari hidup Bastian. Tapi ternyata kamu masih mencoba mencuri dia dariku? Bahkan hidup bareng di sini? Dasar murahan!"Terdengar jelas dari suara Vera, betapa dia membenci Naira yang telah menjadi penghalang dia dan Bastian.Naira mengangkat alisnya, menatap Vera dengan pandangan dingin. “Murahan? Heh, apa urusanmu, ya? Mendingan jaga tuh mulut.”Ada ketidakrelaan di hatinya ketika dia dihina oleh Vera.Naira tak tahu bahwa Vera sudah mengerahkan segenap sumber dayanya untuk menemukan dia dan Bastian. Semenjak Bastian menegaskan ke Vera untuk berhenti mengganggunya karena sosok Naira yang sudah dipilih Bastian, Vera terus mengusahakan apa pun agar bisa mene

  • Belaian Hangat Om Bastian   148. Ditinggalkan

    “Hah~ begitu, yah?”Bastian menghela napas panjang, melirik Naira yang sedang duduk di tempat tidur.Jelas, dia terjebak di antara dua dunia—pekerjaan yang sudah mulai merenggut waktunya, dan usahanya untuk membuktikan kepada Naira bahwa dia benar-benar serius dalam hubungannya.Naira yang mendengar pembicaraan itu melalui loud speaker pun berbisik, “Pergi aja, gak apa-apa, kok!”Mata Naira berkedip-kedip menatap Bastian yang termangu memandanginya, seolah pria itu sedang mencari makna tersembunyi dari ucapannya.Setelah diam sejenak, Bastian akhirnya berkata, “Oke, Gandi. Aku akan ke kantor hari ini. Tolong jadwalkan ulang rapat yang tertunda dan kasi tau semua direksi kalau aku akan segera ke sana.”Setelah menutup telepon, Bastian menatap Naira dengan wajah penuh kebingungan. “Aku harus ke kantor, Nai. Udah terlalu lama aku nggak muncul di sana, dan ini masalah penting. Aku janji nggak akan lama-lama, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini.”“Iya, aku paham, kok!”Naira yan

  • Belaian Hangat Om Bastian   147. Siapa yang Mesum?

    "Nai, aku mesum gimana, sih?" Bastian berlagak menderita atas tuduhan Naira.Padahal dia menahan tawa geli."Kamu... kamu bisa-bisanya ambil aku dari... dari kasur! Nih! Aku bangun malah udah di lantai gini!" Naira sewot.Wajahnya cemberut dengan bibir mengerucut karena kesal."Loh Nai, kalau aku bawa kamu turun ke lantai, pastinya kamu bakalan terbangun, dong." Bastian memberikan sanggahan.Ucapan Bastian mengakibatkan Naira harus diam untuk berpikir.'Iya juga, sih!' batin Naira. 'Kalo aku ditarik atau dibopong turun dari kasur, ya kali aku gak ngerasa apa pun? Pastinya aku bakalan kebangun. Tapi... kok bisa gitu, sih?'Masih ada banyak tanda tanya di kepala Naira mengenai dirinya ada di lantai bersama Bastian."Nai, mungkin kamu sendiri yang turun ke bawah untuk tidur sama aku." Bastian justru menambahkan lecutan di hati Naira.Dia yang turun ke lantai untuk bersama Bastian?"Enak aja! Pede amat!" pekik kesal Naira.Tapi kalau dipikir-pikir....'Apa aku punya kecenderungan sleep wal

DMCA.com Protection Status