King Darius berdiri ditengah-tengah aula kastil istana. Tatapan kedua matanya terarah tepat keatas singgasana kebesaran milik king Demon Zeus yang tampak begitu megah dan tinggi. Dengan kedua tangan dibelakang punggungnya, pria iblis itu tampak begitu epik, berperan sebagai sosok King Demon Zeus yang dingin dan tak tersentuh.
Tidak ada yang mencurigai sosok asli dirinya dibalik wajah palsu ini. Jubah kebesaran yang biasa Zeus kenakan, bahkan tampak pas membalut punggung kokohnya.
Zeus memang tidak mati, karena pada dasarnya iblis adalah makhluk yang abadi.
Namun setidaknya, tombak emas yang berhasil melukai punggung Zeus saat itu bisa membuat iblis itu tidur untuk waktu yang cukup lama. Dan selagi Zeus masih terjebak di alam bawah sadarnya sendiri, Darius akan mengambil alih semua milik pria iblis itu, termasuk Istana Darken beserta isinya, lalu membunuh Hera seperti sumpah yang telah di ucapkannya dulu.
"Sa
Dalam ruangan kamar itu, Hera tengah duduk manis diatas pangkuan King Darius dengan kedua lengan yang melingkar dileher pria iblis itu."Yang Mulia, aku ingin darahmu.""Ya, tentu." Senyum puas tampak terukir di bibir Darius, sambil tangannya mengusap-usap punggung Hera yang masih terbalut gaun malam.Kedua makhluk berbeda jenis kelamin itu tampak larut dalam ciuman panas yang membara, sama-sama terbuai akan sentuhan masing-masing seperti biasa.Namun, Hera beberapa kali tampak mengerjap bingung dengan respon tubuhnya sendiri.Entah apa? Tapi Hera merasa ada yang berbeda.Hera merasakan nafsu yang besar seperti biasa, tapi rasa ciuman dan sentuhan Zeus terasa sangat berbeda di kulit tubuhnya."Yang Mulia ...."Cumbuan Darius bahkan telah berpindah semakin bergerak turun, menggigit dan menyentuh dimanapun yang iblis itu mau. Her
Flashback On.Jesselyn terbangun dalam sebuah tempat yang luas, gelap, dan sepi mencekam. Hanya ada keheningan malam dan juga hawa dingin ditempat itu. Wanita itu kemudian menunduk, mengamati tubuhnya sendiri yang kini tampak mengenakan gaun putih bersih yang berkilau mengeluarkan cahaya.Terakhir yang Jesselyn ingat, dirinya seharusnya sudah mati karena King Darius telah menghisap nyawanya atas permintaan Hera. Namun, dimana dirinya saat ini sungguh membuat Jesselyn bingung."Terkejut Jesselyn?"Jesselyn terkejut bukan main. Tubuhnya tampak menegang kaku, hingga wanita itu langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempatnya kini berada. Berusaha mencari-cari asal suara yang baru saja mengejutkannya itu."S-siapa itu?"Tap.Tap.
"Tidak!"Hera bangun terduduk dari tidurnya, dengan napas memburu cepat. Wanita itu lalu mengusap keringat sebesar biji jagung yang mengalir membasahi wajahnya yang tampak kuyu.Mimpi.Ya, Hera ternyata baru saja bermimpi.Dia pikir, King Demon Zeus ah, tidak! Maksudnya, King Darius telah mengetahui rencana mereka.Tapi, beruntungnya ke khawatiran itu tidak berarti sama sekali. Darius bahkan masih belum kembali ke kamar ini."Syukurlah, ternyata hanya mimpi."Hera mengeluh lega.Menyingkap bantal untuk memastikan tombak emas masih aman di tempat ia simpan.Hera lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dan mengernyit heran ketika tidak mendapati tanda-tanda King Darius telah kembali.Hera bertanya-tanya dalam hati, kemana pria iblis itu pergi hingga masih belum kembali sampai sepagi ini.
Anyerila atau yang biasa dipanggil Anye adalah seorang mahasiswi berusia 19 tahun yang tengah menempuh pendidikan disebuah universitas ternama di ibu kota. Gadis itu tinggal bersama keluarganya, di rumah sederhana yang terletak di pinggiran kota.Anyerila baru saja turun dari bus yang ditumpanginya, yang biasa mengantarkannya pulang pergi ke kampus bersama teman sekampusnya yang bernama Elina. Dengan menentang tas dan buku skripsi di tangan kanan, kedua gadis itu tampak menunjukan raut wajah yang jauh berbeda.Elina terlihat baik-baik saja dan terus bicara disepanjang perjalanan pulang sementara disebelahnya tampak Anyerila yang terus menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan gelisah, membuat Elina mengernyitkan keningnya keheranan.Elina segera menyentuh kedua bahu Anye dan memintanya untuk berhenti melangkah sejenak."Lo kenapa dah? Sakit perut."Anye menggelengk
Suara derap langkah sepasang kaki Darius terdengar menggema disepanjang lorong yang dilewatinya, membuat Enrico yang masih berada di dalam ruangan gelap itu, yang hendak membuka pintu langsung mengurungkan diri dan memilih menyingkir mundur ketika terdengar suara derit pintu yang dibuka dari luar.Wajah King Demon Zeus muncul diambang pintu masuk, membuat kepala Enrico segera menunduk sebagai bentuk penghormatan.King Darius mengamati ruangan gelap tanpa cahaya itu dalam diam lalu melangkahkan kedua kakinya masuk. Kedua netra pria iblis itumenemukan seorang gadis manusia yang tengah berlutut dengan kepala tertunduk tepat di tengah-tengah ruangan gelap tanpa cahaya.Kedua tangan Hera terikat di belakang punggung dan sebuah kain hitam tampak menyumpal di mulutnya hingga Anyerila hanya bisa berteriak tanpa suara.Darius maju mendekat kearah gadis itu, berdiri tepat di hadapan Anyerila dan mendongaka
King Darius membuka pintu kamar dengan hati-hati. Kemudian pria iblis itu melangkahkan kedua kakinya masuk kedalam sana dengan kening berkerut bingung, pasalnya tidak ada cahaya di dalam kamar itu, kecuali dua buah lilin yang sengaja di nyalakan di titik sudut kamar, sebagai penerangan di dalam gelap gulitanya kamar.Sepasang mata Darius tampak mengintai sekitar, berusaha mencari Hera diantara keremangan cahaya malam di dalam ruangan itu."Mencariku, Yang Mulia?"Hera kemudian muncul begitu saja tepat di belakang punggung King Darius. Dengan suara desahnya yang terdengar mendayu-dayu, wanita itu menyentuh kedua bahu pria iblis itu dengan jemari kedua tangan lentiknya. Hera kemudian dengan disengaja menghembuskan napas hangatnya tepat di tengkuk leher King Darius hingga pria iblis itu menolehkan kepala kearahnya dengan kedua alis bertaut."Apa yang sedang kau lakukan?"Hera segera memel
"Cepat bodoh! Kenapa jalanmu lama sekali sih. Katanya kita tidak bisa terlalu lama di dalam air?"Enrico menatap kearah ratunya itu dengan raut wajah tersakiti, melirik kearah tubuh tak berdaya King Darius yang ia pinggul diatas punggungnya.Seakan tidak peduli pada penderitaan Enrico yang membawa beban seberat King Darius, Hera terus saja mengatainya bodoh dan lambat. Padahal, mereka tidak akan bisa tiba di istana bawah laut tanpa bimbingan darinya, karena Enrico yang tahu jalan rahasia menuju istana bawah laut yang aman dan bebas dari penjagaan."Queen Hera, setidaknya tolong biarkan saya bernapas sebentar saja. Apa anda tidak kasihan pada saya yang tengah membawa beban seberat King Darius, ditambah lagi dosa besar yang dipinggul iblis ini selama hidup di muka bumi ini terlalu banyak. Tulang punggung saya rasanya benar-benar seakan ingin copot."Hera terus saja melangkah, tidak peduli pada curahan ha
"Yang Mulia seluruh Alpha dari klan Werewolf dan Raja Vampir sudah menunggu anda diruang rapat Istana."Enrico berjalan sedikit tergesa, berusaha menyamakan kedua langkakinya pada langkah lebar King Demon Zeus yang masih diam tanpa suara."King Demon Zeus! Berehenti di situ!"Sementara tak jauh dari posisi mereka, Hera baru tiba dengan Erik yang segera melepaskan pegangan tangan mereka dan membiarkan Hera berlari kecil kearah King Demon Zeus sambil menahan bagian bawah perut besarnya sendiri.Enrico kemudian melanjutkan laporan yang ingin disampaikan pada Zeus, "dan mengenai anda yang tertidur panjang selama beberapa hari ini, saya sudah merahasiakannya sebaik mungkin. Tidak akan ada yang menyadari kelemahan anda dan semuanya kini sudah kembal ...,""Hei, iblis terkutuk! Berhenti! Kenapa cemburumu sangat tidak lucu heh!"Enrico melirik kearah ratunya yang kembali berteriak lantang m
Seera membuka satu matanya, memastikan Hera benar-benar telah keluar dari dalam kamar meninggalkannya sendirian. Setelah yakin jika kondisi sudah aman, gadis kecil itu segera melompat turun dan berlari ke arah pintu. Sebelumnya Seera sudah mengambil gunting untuk memangkas bagian bawah rok gaun yang dikenakannya hingga sebatas lutut, membuat gaun panjang yang Seera kenakan menjadi gaun pendek agar memudahkan gadis itu bergerak nantinya. Tidak ada waktu untuk berganti baju, karena kesempatan untuk kabur seperti saat ini adalah hal yang paling langka Seera dapatkan. Seera kemudian berjalan mengendap-endap menuju kearah belakang Istana Kastil. Masuk kedalam kandang kuda menghampiri salah satu kuda pony berbulu putih kesayangannya. Delmon, salah seorang penjaga kudalanjut usia yang melihat kedatangan Seera segera berjalan mendekati tuan putri Istana Darken itu dengan tubuh sedikit membungkuk sopan. "Princess Seera, apa yang ingin and
Seera Aquinsha terlihat sedang berdiri di pembatas balkon, menatap kearah halaman samping Istana Darken dengan kedua tangan menopang dagu. Gadis kecil itu terlihat sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk, terbukti dari bibir cembetut dan wajah ditekuknya. Tak lama kemudian, muncul sosok Marrine yang sedari tadi dibuat panik mencari-cari keberadaan Seera, dan langsung tersenyum lega begitu kedua netranya berhasil menemukan tuan putri dari Istana kegelapan itu. Marrine segera mendekat dan berdiri tepat di sebelah gadis kecil yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi tampak menyita perhatian Seera. "Princess Seera, apa yang sedang anda lakukan disini, kita harus kembali melanjutkan latihan tata krama anda sekarang juga." "Aku bosan." "Tapi Princess, jika Queen Hera tahu nanti anda akan kena marah." Seera terlihat menghela napas kesal, sekali lagi kedua matanya kembali
1 TAHUN KEMUDIAN.Hera berlari kecil meninggalkan taman bunga dengan menenteng rok gaun panjangnya menggunakan kedua tangan. Terus mengabaikan teriakan Marrine yang masih terdengar beberapa kali dibelakang sana.Senyumnya tak pernah pudar begitu mendengar kabar bahwa Zeus telah kembali.Sementara tak jauh dari posisinya, terlihat Marrine yang tampak sudah berhenti berlari dengan napas terputus-putus, mengusap keringat di keningnya sendiri menggunakan punggung tangan.Di usianya yang sudah bisa dikatakan tua ini, wanita setengah baya itu sudah tidak bisa lagi berlarian menyusul Hera yang telah menjauh. Marrine hanya bisa mengawasi ratunya itu dari arah kejauhan, meringis ngeri ketika melihat Hera yang beberapa kali terlihat hampir terjatuh karena tak sengaja menginjak rok gaunnya sendiri.Hera bahkan sudah berlari menaiki ribuan anak tangga pelataran yang akan membawanya kearah kastil Istana Darken yang terlihat semak
"Bukan begitu caranya!" Zeus mendelik. Merasa kesal karena Hera berulang kali terus memarahinya bahkan membentaknya. Akhir-akhir ini, Hera menjadi melunjak dan berani bersikap sok di hadapan King Demon Zeus. Seperti saat ini contohnya, raut wajah wanita itu tetap terlihat biasa saja meski King Demon Zeus sudah menampilkan wajah garangnya, tapi seakan sudah kebal dengan tatapan seperti itu, Hera lalu melengos tidak peduli sambil membenarkan posisi tubuh Ares dengan benar diatas pangkuan iblis itu agar bayi kecil mereka merasa nyaman. Ares sudah tidak menangis setelah Hera selesai menyusuinya lagi. Bayi kecil laki-laki itu memang sangat rakus dan kini tengah mengulum satu ibu jari tangan kanannya bahkan terlihat pasrah-pasrah saja ketika tubuhnya dijadikan kelinci percobaan oleh kedua orangtua kandungnya itu. "Letakkan tangan kirimu dibawah kepala antara leher dan kepalanya. Jangan mengabaikannya Zeus, kalau sampai salah nanti kepala Ares bisa tengleng." "Tengleng?" King Demon Zeus
"Hera?" Hera terkejut begitu ia terbangun dan langsung mendapati Alexa berada di dalam kamarnya. Wanita itu tampak mengamati sekeliling kamar, untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar masih berada di dalam kamarnya di Istana Darken. "Luna Alexa, kau?" Alexa langsung menubruk tubuh Hera begitu saja, memeluknya. "Hera maafkan aku." Hera benar-benar terlihat masih tampak linglung. Nyawanya sepenuhnya belum terkumpul. Lalu ketika ia melihat kearah box bayi, Ares tiba-tiba sudah tidak berada di sana, membuat wanita itu panik. "Putraku! Dimana putraku Ares?" Alexa segera mengurai pelukan mereka dan menenangkan Hera. "Anastasya telah membawanya ke luar, sedang bermain bersama Abercio dan Alexandre." "Alexandre disini?" Alexa mengangguk."Aku sengaja membawanya kesini." Hera segera mengambil kedua tangan Alexa dan menatap tepat kedalam bola mata kakak ipar
"Saya benar-benar sangat terkejut ketika melihat anda tadi Yang Mulia Ratu."Ana sudah duduk dikursi sofa setelah tersadar dari pingsannya, wanita itu terus memperhatikan ratunya yang saat ini sudah menidurkan Pangeran Ares didalam box bayi seraya mengusap pelan puncak kepala bayi lelaki itu.Melihat Hera yang terus tersenyum mengamati Pangeran Ares, sungguh membuat Anastasya merasa terharu. Pasalnya baru kali ini Ana bisa melihat interaksi ratunya itu dengan anak kecil."Saya sudah mengirimkan pesan ke Goldenmoon pack tentang kembalinya anda Yang Mulia Ratu. Saya rasa Alpha Elios sedang merayakan kebangkitan anda kali ini."Hera kemudian segera duduk di single sofa tak jauh dari Anastasya berada."Apakah kakakku pergi ke Istana Darken ketika berita kematianku diumumkan, Ana?"Anastasya tampak terdiam."Ana, cepat ceritakan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi."
"Kudengar, King Demon Zeus sedang menyibukkan diri didalam ruang kerjanya hari ini.""Benarkah? Menurutmu, apakah Yang Mulia menyesal setelah Lady Anastasya kemarin bicara begitu padanya?""Entahlah. Tapi aku salut dengan Lady Anastasya yang berani bicara seperti itu kemarin."Dua orang pelayan Istana Darken itu terlihat tengah asik bercengkrama setelah memastikan semua pekerjaan mereka telah selesai di kerjakan. Marrine yang merupakan seorang kepala pelayan di Istana Darken yang kebetulan baru saja tiba segera menegur kedua pelayan itu."Kalian berhentilan bergosip. Apakah kalian lupa bahkan tembok memiliki dua mata dan juga dua telinga."Kedua orang pelayan Istana Darken yang ketahuan sedang membicarakan King Demon Zeus itu langsung menunduk kaku, tidak berani menatap kearah Marrine.Salah satu dari kedua pelayan itu akhirnya berani membuka suara, meski dengan suara ya
Hari demi hari telah berlalu, keadaan Istana Darken kembali menjadi sepi mencekam. Ada kehidupan didalamnya namun semua makhluk disana seakan tak lagi memiliki gairah untuk terus melanjutkan hidup sejak kematian Hera di umumkan.Tidak ada upacara untuk hari kematian Hera seperti yang King Demon Zeus perintahkan. Tidak ada yang berani melihat bahkan hanya untuk sekedar mendekati peti mati yang menyimpan tubuh wanita itu.Semuanya berjalan seperti biasa. Seakan tidak pernah ada Hera di Istana kegelapan itu. King Demon Zeus hanya berkata, bahwa tubuh Hera telah dia kremasi dengan semestinya, tanpa menjelaskan secara rinci apa lagi yang Pria Iblis itu lakukan hingga beritanya seakan lenyap begitu saja.Tidak ada satu makhluk pun yang berani mengungkitnya, bahkan Alpha Elios dan segenap keluarga Goldenmoon pack tidak mendapatkan kabar baik.Hanya ada suara tangisan bayi kecil bernama Ares dan Abercio yang mampu membuat s
Lengkingan suara tangis bayi lelaki itu terdengar bersamaan dengan kedua mata Hera yang telah terpejam rapat. Tubuh lemahnya tergelepar begitu saja keatas ranjang dengan wajah pucat penuh dengan bulir keringat. Ester dan Yasmin yang membantu Hera bersalin langsung saling berpandangan dengan raut wajah cemas mereka.Ester kemudian bergegas menyentuh urat nadi di satu lengan Hera, sementara Yasmin sudah menyerahkan bayi lelaki penuh darah itu pada Marrine untuk segera dibersihkan."Yasmin, bagaimana ini? Queen Hera kehilangan denyut nadinya." Yasmin segera mendekat, meraih apapun yang ia sebut sebagai obat untuk memberikan pertolongan pertama dengan beberapa ramuan yang dia punya. Membaui hidung Hera agar wanita itu segera tersadar dengan mengoleskannya sedikit di pelipis dan dan kedua telapak kaki ratunya yang terasa semakin dingin.BRAK!"Hera!"Alpha Elios masuk kedalam ruang bersalin itu beg