Jesselyn berjalan dengan tubuh sempoyongan, berpegangangan pada pohon-pohon di dalam hutan karena tubuhnya terasa lemah tak bertenaga.
Wanita itu terus memanggil nama King Darius, berharap pria iblis itu mendengar dan tahu apa yang tengah terjadi padanya.
Jesselyn benar-benar terlihat sangat putus asa.
Selain karena tubuhnya yang remuk redam akibat siksaan Zeus, semua rencana yang telah dia susun harus hancur begitu saja karena kecerobohannya sendiri.
Dan semua itu lagi-lagi terjadi karena Zeus.
Andai saja Jesselyn bisa memutar waktu, mungkin dikehidupan sebelumnya ketika ia masih menjadi Hanna, wanita itu lebih memilih untuk tidak mengenal King Demon Zeus sejak awal.
"Aku tidak bisa mati begitu saja. Aku harus membalaskan dendam lamaku."
Jesselyn bahkan tidak sanggup untuk melangkah lebih jauh lagi. Tapi kekeraskepalaan dan tekadnya benar-benar membuat wanita
"Argh! Aku benci kalah!"King Darius tertawa keras, melihat Hera yang kembali berteriak lantang karena kekalahannya. Sesuai kesepakatan mereka, siapapun yang kalah harus melumuri wajah sendiri dengan lumpur becek."King Darius, bisakah kau mengalah padaku! Sekali saja, ya.ya.ya." Hera menyatukan kedua tangannya didepan dada, mengedipkan kedua matanya berkali-kali dengan bibir mencebik lucu.Tampaknya jurus itu kini sudah menjadi jurus andalan Hera untuk meluluhkan siapapun yang menjadi lawannya, tanpa terkecuali King Darius sekalipun.Dan dengan wajah penuh lumpurnya, bukannya terlihat lucu, King Darius malah tertawa semakin lantang sampai perutnya terasa keram karena wajah Hera yang justru terlihat aneh.Deretan giginya tampak putih bersih, namun wajah cantiknya lenyap karena telah tertutup lumpur. Hera langsung mendelik jengkel hingga Darius terpaksa menghentikan suara tawa menggelegar
"Yang Mulia Raja, tolong saya!"Erik memejamkan kedua matanya dengan tubuh menegang kaku.King Demon Zeus sudah tidak tahan lagi. Dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun, pria iblis itu segera menyeret Hera hingga membuat Erik mengeluh lega setelah terlepas dari godaan wanita iblis itu.Pakaiannya yang robek dimana-mana membuat Yasmin segera beringsut mendekati pasangannya itu.Enrico dan beberapa pria disana juga turut mengalami hal yang sama, bukan karena Zeus yang mengamuk, melainkan Hera yang tiba-tiba bertingkah semakin menyebalkan hanya untuk memancing amarah Zeus.Hera mendekati semua makhluk berjenis kelamin pria, merobek pakaian mereka dan terus menggodanya dengan belaian jemari tangannya.Sementara king Demon Zeus, yang hendak menarik Hera selalu mendapatkan delikan sinis. Hera berteriak lantang kearah Zeus untuk tidak mengganggunya yang katanya sedang bermain.
Tiupan angin kencang membuat jendela kamar terbuka lalu tertutup kembali dengan sendirinya. Zeus terbangun, menoleh kearah samping dan tidak mendapati Hera disana.Lilin yang menjadi satu-satu penerangan di dalam kamar juga telah padam, membuat Zeus segera bergerak turun untuk menyalakan cahaya apinya.Diluar, langit terlihat sangat gelap karena mendung.Namun keberadaan Hera yang tidak ia temukan didalam kamar tengah malam seperti ini membuat Zeus bingung, kemana dan dimana wanitanya itu pergi.Hera tidak biasanya pergi tanpa bicara padanya terlebih dahulu seperti malam ini.KWAK!Kepala Zeus sontak langsung tertoleh kearah jendela kamar, tepatnya pada seekor burung gagak yang tiba-tiba sudah hinggap disana dengan suaranya yang cukup nyaring di dengar oleh telinga.Zeus tampak mengerutkan keningnya, mengamati gagak tidak biasa yang terlihat ingin meny
King Demon Zeus memejamkan kedua mata, duduk seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Setelah menyelesaikan ritual selama kurang lebih 24jam, alih-alih segera kembali kedalam kamarnya sendiri, iblis itu malah berada di ruang kerja membuat Enrico yang menyadari kondisi tuannya segera bergegas masuk kedalam sana.Enrico menatap khawatir kearah tuannya itu, apalagi setelah melihat Zeus yang terlihat tampak mengerutkan keningnya beberapa kali, tampak tengah menahan rasa sakit dalam tubuhnya sendiri."Aku akan segera pulih setelah melakukan meditasi.""Ya. Tapi anda butuh waktu cukup lama untuk bermeditasi."Pria iblis itu kemudian membuka kedua matanya yang semula masih terpejam, menatap kearah Enrico dengan pandangan syarat akan ketegasan."Pergilah, Enrico. Awasi sangkar emas itu."Enrico menatap kearah tuannya itu dengan pandangan gusar, "lalu siapa yang a
Hera memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan terlentang lebar dan membiarkan angin menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai panjang. Wanita itu tengah berdiri menghadap kearah sungai Dewarabiru, bernostalgia ketika teringat akan banyak hal yang terkenang dalam memorinya pada tempat ini.Dulu ketika ia masih buta, sungai Dewarabiru adalah kenangan terindah dimana Hera bisa merasakan dunia. Bersama Anastasya dan juga Jesselyn yang selalu menemaninya dan menjadi mata kedua ketika Hera masih buta.Bahkan, Jessy sendiri sudah seperti sosok ibu bagi Hera. Ibu pengganti ketika Luna Quin telah tiada, karena Jesselyn lah yang mengajarkan banyak hal sejak dirinya masih kecil.Hera merasakan sesak dan rapuh ketika lagi-lagi teringat akan momen persahabatan mereka saat itu. Namun kini, semua itu tinggal angin lalu.Jesselyn telah pergi dari dunia ini, dan penyebab kematian Jesselyn tidak lain dan tidak buka
King Darius berdiri ditengah-tengah aula kastil istana. Tatapan kedua matanya terarah tepat keatas singgasana kebesaran milik king Demon Zeus yang tampak begitu megah dan tinggi. Dengan kedua tangan dibelakang punggungnya, pria iblis itu tampak begitu epik, berperan sebagai sosok King Demon Zeus yang dingin dan tak tersentuh.Tidak ada yang mencurigai sosok asli dirinya dibalik wajah palsu ini. Jubah kebesaran yang biasa Zeus kenakan, bahkan tampak pas membalut punggung kokohnya.Zeus memang tidak mati, karena pada dasarnya iblis adalah makhluk yang abadi.Namun setidaknya, tombak emas yang berhasil melukai punggung Zeus saat itu bisa membuat iblis itu tidur untuk waktu yang cukup lama. Dan selagi Zeus masih terjebak di alam bawah sadarnya sendiri, Darius akan mengambil alih semua milik pria iblis itu, termasuk Istana Darken beserta isinya, lalu membunuh Hera seperti sumpah yang telah di ucapkannya dulu."Sa
Dalam ruangan kamar itu, Hera tengah duduk manis diatas pangkuan King Darius dengan kedua lengan yang melingkar dileher pria iblis itu."Yang Mulia, aku ingin darahmu.""Ya, tentu." Senyum puas tampak terukir di bibir Darius, sambil tangannya mengusap-usap punggung Hera yang masih terbalut gaun malam.Kedua makhluk berbeda jenis kelamin itu tampak larut dalam ciuman panas yang membara, sama-sama terbuai akan sentuhan masing-masing seperti biasa.Namun, Hera beberapa kali tampak mengerjap bingung dengan respon tubuhnya sendiri.Entah apa? Tapi Hera merasa ada yang berbeda.Hera merasakan nafsu yang besar seperti biasa, tapi rasa ciuman dan sentuhan Zeus terasa sangat berbeda di kulit tubuhnya."Yang Mulia ...."Cumbuan Darius bahkan telah berpindah semakin bergerak turun, menggigit dan menyentuh dimanapun yang iblis itu mau. Her
Flashback On.Jesselyn terbangun dalam sebuah tempat yang luas, gelap, dan sepi mencekam. Hanya ada keheningan malam dan juga hawa dingin ditempat itu. Wanita itu kemudian menunduk, mengamati tubuhnya sendiri yang kini tampak mengenakan gaun putih bersih yang berkilau mengeluarkan cahaya.Terakhir yang Jesselyn ingat, dirinya seharusnya sudah mati karena King Darius telah menghisap nyawanya atas permintaan Hera. Namun, dimana dirinya saat ini sungguh membuat Jesselyn bingung."Terkejut Jesselyn?"Jesselyn terkejut bukan main. Tubuhnya tampak menegang kaku, hingga wanita itu langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempatnya kini berada. Berusaha mencari-cari asal suara yang baru saja mengejutkannya itu."S-siapa itu?"Tap.Tap.
Seera membuka satu matanya, memastikan Hera benar-benar telah keluar dari dalam kamar meninggalkannya sendirian. Setelah yakin jika kondisi sudah aman, gadis kecil itu segera melompat turun dan berlari ke arah pintu. Sebelumnya Seera sudah mengambil gunting untuk memangkas bagian bawah rok gaun yang dikenakannya hingga sebatas lutut, membuat gaun panjang yang Seera kenakan menjadi gaun pendek agar memudahkan gadis itu bergerak nantinya. Tidak ada waktu untuk berganti baju, karena kesempatan untuk kabur seperti saat ini adalah hal yang paling langka Seera dapatkan. Seera kemudian berjalan mengendap-endap menuju kearah belakang Istana Kastil. Masuk kedalam kandang kuda menghampiri salah satu kuda pony berbulu putih kesayangannya. Delmon, salah seorang penjaga kudalanjut usia yang melihat kedatangan Seera segera berjalan mendekati tuan putri Istana Darken itu dengan tubuh sedikit membungkuk sopan. "Princess Seera, apa yang ingin and
Seera Aquinsha terlihat sedang berdiri di pembatas balkon, menatap kearah halaman samping Istana Darken dengan kedua tangan menopang dagu. Gadis kecil itu terlihat sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk, terbukti dari bibir cembetut dan wajah ditekuknya. Tak lama kemudian, muncul sosok Marrine yang sedari tadi dibuat panik mencari-cari keberadaan Seera, dan langsung tersenyum lega begitu kedua netranya berhasil menemukan tuan putri dari Istana kegelapan itu. Marrine segera mendekat dan berdiri tepat di sebelah gadis kecil yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi tampak menyita perhatian Seera. "Princess Seera, apa yang sedang anda lakukan disini, kita harus kembali melanjutkan latihan tata krama anda sekarang juga." "Aku bosan." "Tapi Princess, jika Queen Hera tahu nanti anda akan kena marah." Seera terlihat menghela napas kesal, sekali lagi kedua matanya kembali
1 TAHUN KEMUDIAN.Hera berlari kecil meninggalkan taman bunga dengan menenteng rok gaun panjangnya menggunakan kedua tangan. Terus mengabaikan teriakan Marrine yang masih terdengar beberapa kali dibelakang sana.Senyumnya tak pernah pudar begitu mendengar kabar bahwa Zeus telah kembali.Sementara tak jauh dari posisinya, terlihat Marrine yang tampak sudah berhenti berlari dengan napas terputus-putus, mengusap keringat di keningnya sendiri menggunakan punggung tangan.Di usianya yang sudah bisa dikatakan tua ini, wanita setengah baya itu sudah tidak bisa lagi berlarian menyusul Hera yang telah menjauh. Marrine hanya bisa mengawasi ratunya itu dari arah kejauhan, meringis ngeri ketika melihat Hera yang beberapa kali terlihat hampir terjatuh karena tak sengaja menginjak rok gaunnya sendiri.Hera bahkan sudah berlari menaiki ribuan anak tangga pelataran yang akan membawanya kearah kastil Istana Darken yang terlihat semak
"Bukan begitu caranya!" Zeus mendelik. Merasa kesal karena Hera berulang kali terus memarahinya bahkan membentaknya. Akhir-akhir ini, Hera menjadi melunjak dan berani bersikap sok di hadapan King Demon Zeus. Seperti saat ini contohnya, raut wajah wanita itu tetap terlihat biasa saja meski King Demon Zeus sudah menampilkan wajah garangnya, tapi seakan sudah kebal dengan tatapan seperti itu, Hera lalu melengos tidak peduli sambil membenarkan posisi tubuh Ares dengan benar diatas pangkuan iblis itu agar bayi kecil mereka merasa nyaman. Ares sudah tidak menangis setelah Hera selesai menyusuinya lagi. Bayi kecil laki-laki itu memang sangat rakus dan kini tengah mengulum satu ibu jari tangan kanannya bahkan terlihat pasrah-pasrah saja ketika tubuhnya dijadikan kelinci percobaan oleh kedua orangtua kandungnya itu. "Letakkan tangan kirimu dibawah kepala antara leher dan kepalanya. Jangan mengabaikannya Zeus, kalau sampai salah nanti kepala Ares bisa tengleng." "Tengleng?" King Demon Zeus
"Hera?" Hera terkejut begitu ia terbangun dan langsung mendapati Alexa berada di dalam kamarnya. Wanita itu tampak mengamati sekeliling kamar, untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar masih berada di dalam kamarnya di Istana Darken. "Luna Alexa, kau?" Alexa langsung menubruk tubuh Hera begitu saja, memeluknya. "Hera maafkan aku." Hera benar-benar terlihat masih tampak linglung. Nyawanya sepenuhnya belum terkumpul. Lalu ketika ia melihat kearah box bayi, Ares tiba-tiba sudah tidak berada di sana, membuat wanita itu panik. "Putraku! Dimana putraku Ares?" Alexa segera mengurai pelukan mereka dan menenangkan Hera. "Anastasya telah membawanya ke luar, sedang bermain bersama Abercio dan Alexandre." "Alexandre disini?" Alexa mengangguk."Aku sengaja membawanya kesini." Hera segera mengambil kedua tangan Alexa dan menatap tepat kedalam bola mata kakak ipar
"Saya benar-benar sangat terkejut ketika melihat anda tadi Yang Mulia Ratu."Ana sudah duduk dikursi sofa setelah tersadar dari pingsannya, wanita itu terus memperhatikan ratunya yang saat ini sudah menidurkan Pangeran Ares didalam box bayi seraya mengusap pelan puncak kepala bayi lelaki itu.Melihat Hera yang terus tersenyum mengamati Pangeran Ares, sungguh membuat Anastasya merasa terharu. Pasalnya baru kali ini Ana bisa melihat interaksi ratunya itu dengan anak kecil."Saya sudah mengirimkan pesan ke Goldenmoon pack tentang kembalinya anda Yang Mulia Ratu. Saya rasa Alpha Elios sedang merayakan kebangkitan anda kali ini."Hera kemudian segera duduk di single sofa tak jauh dari Anastasya berada."Apakah kakakku pergi ke Istana Darken ketika berita kematianku diumumkan, Ana?"Anastasya tampak terdiam."Ana, cepat ceritakan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi."
"Kudengar, King Demon Zeus sedang menyibukkan diri didalam ruang kerjanya hari ini.""Benarkah? Menurutmu, apakah Yang Mulia menyesal setelah Lady Anastasya kemarin bicara begitu padanya?""Entahlah. Tapi aku salut dengan Lady Anastasya yang berani bicara seperti itu kemarin."Dua orang pelayan Istana Darken itu terlihat tengah asik bercengkrama setelah memastikan semua pekerjaan mereka telah selesai di kerjakan. Marrine yang merupakan seorang kepala pelayan di Istana Darken yang kebetulan baru saja tiba segera menegur kedua pelayan itu."Kalian berhentilan bergosip. Apakah kalian lupa bahkan tembok memiliki dua mata dan juga dua telinga."Kedua orang pelayan Istana Darken yang ketahuan sedang membicarakan King Demon Zeus itu langsung menunduk kaku, tidak berani menatap kearah Marrine.Salah satu dari kedua pelayan itu akhirnya berani membuka suara, meski dengan suara ya
Hari demi hari telah berlalu, keadaan Istana Darken kembali menjadi sepi mencekam. Ada kehidupan didalamnya namun semua makhluk disana seakan tak lagi memiliki gairah untuk terus melanjutkan hidup sejak kematian Hera di umumkan.Tidak ada upacara untuk hari kematian Hera seperti yang King Demon Zeus perintahkan. Tidak ada yang berani melihat bahkan hanya untuk sekedar mendekati peti mati yang menyimpan tubuh wanita itu.Semuanya berjalan seperti biasa. Seakan tidak pernah ada Hera di Istana kegelapan itu. King Demon Zeus hanya berkata, bahwa tubuh Hera telah dia kremasi dengan semestinya, tanpa menjelaskan secara rinci apa lagi yang Pria Iblis itu lakukan hingga beritanya seakan lenyap begitu saja.Tidak ada satu makhluk pun yang berani mengungkitnya, bahkan Alpha Elios dan segenap keluarga Goldenmoon pack tidak mendapatkan kabar baik.Hanya ada suara tangisan bayi kecil bernama Ares dan Abercio yang mampu membuat s
Lengkingan suara tangis bayi lelaki itu terdengar bersamaan dengan kedua mata Hera yang telah terpejam rapat. Tubuh lemahnya tergelepar begitu saja keatas ranjang dengan wajah pucat penuh dengan bulir keringat. Ester dan Yasmin yang membantu Hera bersalin langsung saling berpandangan dengan raut wajah cemas mereka.Ester kemudian bergegas menyentuh urat nadi di satu lengan Hera, sementara Yasmin sudah menyerahkan bayi lelaki penuh darah itu pada Marrine untuk segera dibersihkan."Yasmin, bagaimana ini? Queen Hera kehilangan denyut nadinya." Yasmin segera mendekat, meraih apapun yang ia sebut sebagai obat untuk memberikan pertolongan pertama dengan beberapa ramuan yang dia punya. Membaui hidung Hera agar wanita itu segera tersadar dengan mengoleskannya sedikit di pelipis dan dan kedua telapak kaki ratunya yang terasa semakin dingin.BRAK!"Hera!"Alpha Elios masuk kedalam ruang bersalin itu beg