"Sejak kamu datang dari Singapore rasanya nggak pernah berhenti," ucap salah satu rekan dosennya, Farhan.
Fandi tersenyum mendengarnya "Rezeki nggak boleh ditolak, anggap saja begitu."Fandi mengakui sejak kedatangannya secara tiba-tiba diberi kepercayaan mengerjakan karya ilmiah dan tidak hanya itu kantor firma hukumnya mendapatkan kepercayaan menangani kasus. Fandi tidak menghubungkan dengan Dona atau keluarganya sama sekali, walaupun mereka memiliki perusahaan besar tapi tidak akan sampai sejauh ini."Dengar-dengar dapat cewek sana?" Farhan memberikan nada menggoda."Semoga saja jodoh," ucap Fandi meminta doa hubungannya dengan Dona."Kamu tahu kenapa Retno mau ikutan?" Fandi mengerutkan keningnya "Kamu nggak tahu alasan dia langsung setuju?""Bukannya fakultas memilih karena pintar?" Fandi memberikan alasan yang dirinya tahu."Kamu sama sekali nggak tahu gosip yang ada." Farhan menggelengkan kepalanya mendengar perta"Bagaimana kabar Fandi?" Dona mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan sang ayah ketika baru datang bersama dengan Azka di belakangnya, melihat dengan tatapan tanda tanya yang tampaknya tidak disadari sang ayah."Bunda kepo, tanya mulu makanya ayah tanya ke kamu sekarang." Azka mengatakan dengan suara pelan yang diangguki Dona."Baik, Fandi memang lagi sibuk jadi memang hubungi kalau sempat.""Bisa kamu?" Bima memberikan tatapan selidik yang membuat Dona menelan saliva kasar "Ayah kenal kamu dengan baik jadi tahu kalau kamu nggak bisa.""Fandi mengubah Dona dengan baik," ucap Azka yang menaik turunkan alisnya.Dona menundukkan kepalanya dan yakin jika wajahnya sudah memerah sekarang, Azka benar jika Fandi mengubah dirinya dan terbukti dengan rutinnya Dona mendatangi psikiater dan psikolog secara bersamaan. Hal yang mungkin sudah disadari kedua orang tuanya sejak kedekatannya dengan Fandi dan itu juga alasan mereka setuju denga
"Itu susahnya kalau LDR, lagian sok-sokan." Leo menggelengkan kepalanya yang langsung mendapatkan pukulan di lengan dari Fransiska "Sayang, kamu malah belain Dona?""Mas itu kebiasaan semua di godain," omel Fransiska yang langsung menolehkan kepalanya di belakang "Jangan masukkan hati kata-kata masmu."Dona menganggukkan kepalanya dengan senyum terbaiknya "Sudah biasa, kak.""Fandi tahu kamu kesini?" tanya Leo yang mengalihkan pembicaraan."Belum, aku dadakan kesini." Leo menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Dona "Terus ini gimana? Kamu mau kemana?""Nginep dulu di hotel, boleh?" Dona meminta pendapat terlebih dahulu."Kamu nggak akan godain Irwan, kan?""Astaga! Mas, aku udah melupakan Irwan. Aku kalau belum melupakan Irwan nggak akan jalin hubungan serius sama Fandi." Dona menatap kesal Leo yang kembali mendapatkan pukulan di lengan dari Fransiska "Pukul aja Mas Leo, mbak. Aku lama-lama juga kesal, kalau perlu sur
"Sahabat kamu? Anaknya udah dua? Kamu bahkan belum punya anak sama sekali.""Nanti kita langsung program kembar," ucap Fandi yang membuat Dona membelalakkan matanya.Fandi memang sudah merencanakan dari lama, pertemuan sahabatnya dengan Dona. Kegiatan ini bukan karena Reno dan sang istri yang ingin bertemu dengan Dona tapi memang sudah dia rencanakan hanya saja tidak tahu kapan waktu yang tepat, kedatangan Dona secara tiba-tiba membuat Fandi langsung melakukannya."Aku perlu menyiapkan sesuatu?" Fandi mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Dona "Maksudnya?""Siapa tahu aku harus bersiap dengan godaan atau kata-kata kasarnya," jawab Dona polos.Fandi tertawa mendengarnya "Dia nggak akan berani mengeluarkan kata-kata kasar, istrinya akan langsung memberi hukuman untuk tidak masuk kamar. Godaan? Tampaknya sama dia nggak akan berani menggoda kamu.""Berapa lama kalian berteman?" "Sekolah menengah atas mungkin
"Reno dan Wima menyenangkan."Fandi tersenyum mendengarnya, sepanjang pengamatan selama di rumah kedua sahabatntya Dona tampak nyaman dengan anak mereka, Dona bahkan diam-diam memesankan makanan yang bagi Fandi dan kedua sahabatnya sangat mahal, sikapnya itu berhasil membuat sahabatnya menerima kebaikan Dona."Mau ketemu mereka lagi lain waktu?" Dona mengangguk tanpa berpikir terlebih dahulu."Kita mau kemana?" Dona menatap sekitar."Rumahku.""Rumah kamu? Rumah orang tuamu juga? Kalau ya kita mampir toko roti beli sesuatu." Dona seketika panik mendengar jawaban Fandi."Rumah yang aku beli, nggak terlalu besar karena memang hanya aku sendiri yang tinggal. Aku sudah mencari rumah untuk kita tinggali setelah menikah, nggak mungkin kita tinggal disini karena memang kecil."Dona tidak membantah kalimat Fandi, wanita mana yang tidak senang rumah apalagi rumah itu dari pria yang berarti baginya, pria yang baru dikenalnya dan t
"Kegiatanku padat ya?" sindir Dona yang seketika Fandi tertawa mendengarnya."Aku hanya memanfaatkan waktu yang ada," ucap Fandi tanpa bersalah."Minta nikah bulan depan, sekarang juga datang ke rumah orang tuamu." Dona menggelengkan kepalanya melihat apa yang Fandi lakukan.Semua terjadi begitu cepat, kemarin Fandi meminta mereka menikah bulan depan dan pagi-pagi sekali sudah ada di depan pintu kamar hotel mengajak Dona ke rumah orang tuanya. Dona yang seharusnya mendatangi agency akhirnya batal, menghubungi Endi menjelaskan apa yang terjadi setelah selesai menghubungi ayahnya, hal yang membuat Dona sedikit kesal adalah keluarganya sudah tahu apa yang terjadi."Kamu minta ijin sama ayah?" Fandi menganggukkan kepalanya "Endi juga?" Fandi kembali menganggukkan kepalanya dan Dona menghembuskan napas lelahnya "Memang kamu dekat sama saudaraku?" "Nggak juga, aku hanya punya nomer Leo, Endi, Lucas, Om Rifat, Azka, Jimmy, Billy...""S
"Apa yang kamu lakukan?" Fandi memegang tangan Dona yang dari tadi memukul mulut dan keningnya beberapa kali, menggenggam tangan Dona untuk menenangkannya. Melakukan tindakan dengan berkata jujur bukan perkara mudah ditambah yang dikatakan Dona akan beresiko pada hubungan mereka dan Dona berani mengatakannya, Fandi sendiri belum tentu bisa mengatakan perbuatannya pada Dona.Hubungan bukan hanya sekedar cinta, tapi komunikasi dan kepercayaan adalah faktor lainnya. Dona memang sudah memiliki pengalaman dalam hubungan, walaupun pernikahannya tidak bisa dikatakan sebagai pernikahan karena kekerasan yang lebih mendominasi."Aku mengapresiasi kejujuranmu, belum tentu aku bisa melakukannya." Fandi membuka pembicaraan terlebih dahulu."Aku memang tidak seharusnya melakukan hal itu, kami melakukannya sebelum kita bertemu." Dona memulai penjelasannya "Aku harap bisa berhenti, tapi nyatanya...""Kamu belum bisa menghentikannya?" tanya Fandi yang di
"Semua sudah sesuai dengan tempatnya?" Dona menatap sekitar yang diangguki Fabian "Nanti aku minta ketiga cewek itu ke ruangan.""Buat apa?" tanya Fabian mengerutkan kening."Memang nggak boleh? Apa harus ada alasan manggil penyanyi kita?" tanya Dona bingung."Nggak, hanya saja semua sudah aku jelasin." Fabian memberikan alasan masuk akal."Ada yang mau dibicarakan dan urusan wanita."Dona berjalan meninggalkan Fabian yang masih ingin bertanya lebih dengan melangkahkan kakinya menuju ruangannya, ruangan yang jarang Azka tempati karena lebih banyak menghabiskan waktu di studio. Dona sendiri memilih tidak terlalu banyak mengubah design ruangan yang memang dirinya sendiri yang design pada saat itu atas permintaan oma tercintanya.Memejamkan matanya mengingat pembicaraan terakhir mereka ketika akan ke rumah orang tua Fandi yang akhirnya dijalani dengan sandiwara seakan hubungan mereka baik-baik saja. Mereka masih mengirim pesan satu
"Kamu sengaja menyibukkan diri setelah pertemuan kita itu? Semua pesan kamu balas ala kadarnya," omel Fandi dengan menatap tajam Dona."Tidak juga, aku memang sibuk." Dona menjawab tanpa menatap Fandi.Fandi memilih duduk dihadapan Dona tanpa melepaskan tatapannya, Dona bisa merasakan apa yang dilakukan Fandi hanya saja tidak mau mengangkat kepalanya hanya untuk melihat Fandi. Dona bisa saja mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Fandi yang pasti dirindukan, tidak bertemu memberikan rasa rindu pada sosok pria yang duduk dihadapannya."Kamu benar mau mengakhiri hubungan?" tanya Fandi untuk memancing Dona dan berhasil dengan langsung mengangkat wajahnya "Aku nggak masalah, asal kamu menghentikan itu setelah pengakuan kemarin," lanjut Fandi."Bagaimana kalau mengulangi?" tanya Dona penasaran "Kita berakhir?""Kamu ingin kita berakhir atau mengubah sikap?" tanya Fandi tanpa menjawab pertanyaan Dona "Aku tahu kalau kamu bukan seperti itu, ap