"Ada yang perlu aku diskusikan sama kakak."
"Aku ada kelas sepuluh menit lagi."
"Oh, bagaimana kalau setelah kuliah nanti?"
"Kenapa tidak sekarang saja?"
"Sepertinya waktunya tidak akan cukup, Kak. Agar lebih leluasa lebih baik kita bertemu nanti sore, bagaimana? Ada yang mau aku bicarakan, penting."
Angel berpikir sebentar lalu ia mengangguk.
"Oke."
Setelah mengatakan itu Angel langsung pergi tanpa membalas ucapan terima kasih dan senyuman lebar yang diperlihatkan Naina.
"Kak Karel, kak Jaydan, aku duluan ya."
"Ya, ya, bye Nai."
Hanya Karel yang membalas sedangkan Jaydan menatap penuh keheranan pada Naina yang kini sudah keluar dari sekre. Alhasil hanya ada Jaydan dan Karel di ruangan itu.
"Wahh, mau apa tuh si Naina? Kau curiga tidak sih, Jay?"
"Jangan menggiring opini yang aneh-aneh, Rel."
"Ck, ini bukan menggiring opini tapi bagian dari investigasi. Orang suruhanku sudah mengirim bukti-buk
"Ah, Karel sedang iri tuh, makanya dia menyebarkan hoaks tentang Bapak dan ibu presma, ha ha ha," kelakar Gerry disambut tawa yang lain."Heuhh, diberi tahu tidak percaya.""Ah, omong-omong selamat ya kak Angel karena ayahmu terbukti tidak bersalah," ungkap rekan anggota Angel yang duduk di sebelah gadis itu."Oh, iya, terima kasih.""Ck, untung ... aku tidak percaya kalau ayah Angel korupsi, jadi aku aman-aman saja, he he," celetuk Gerry lagi membuat Karel dan Jaydan saling pandang."Aman bagaimana maksudnya, Ger?""Ya itu, akhir-akhir ini kan anak-anak sering mendekati Angel untuk minta maaf. Bahkan sampai ke mana pun Angel melangkah maka akan selalu ada yang mengekorinya, ngeri kan. Hati-hati Jay, citra pacarmu sudah bersih lagi, pasti banyak yang mengincarnya.""Wahhh, Gerry jangan suka gitu, ah. Nanti Jaydan tidak bisa tidur, dia kan bucin akut, ha ha ha."Jaydan langsung menendang tulang kering sahabatnya itu sampai
Angin berembus dengan menenangkan sore ini, cuaca cukup cerah meski mentari hampir tenggelam di di balik gedung-gedung tinggi—yang menjadi pemandangan pertama ketika dilihat di atas Green Roof.Lima menit berlalu, Angel masih menunggu kedatangan Naina yang katanya ingin bertemu dengannya.Diliriknya arloji warna perak itu berulang kali, Naina masih belum menampakkan batang hidungnya. Angel mendesah tak sabar, baru ia akan beranjak dari tempat itu tiba-tiba sebuah tangan menahannya.“Kak!” panggil Naina masih memegang tangan Angel yang langsung dihempas.“Tidak usah membuat janji kalau tidak bisa datang tepat waktu.”“Maaf Kak, tadi tiba-tiba dosenku mengajak bertemu di prodi jadi aku telat menemui kakak. Aku tidak bermaksud membuat kakak menunggu lama.”Angel membeliak, tangannya melipat di atas perut. Mood untuk berbicara dengan Naina sudah berantakan, ia ingin pergi tapi juniornya itu terus
“Tidak penting, aku malas membahasnya.” Bukan maksud Angel tidak mau terbuka lagi pada kekasihnya tapi sungguh ia tidak ingin membicarakan gadis menyebalkan itu bahkan menyebutkan namanya saja, Angel malas. “Jangan begitu, lah, Evil Queen. Kau kan tahu kami sedang menyelidiki Naina atas kasus sianida itu, cobalah kooperatif dong.” “Kalau pun harus bercerita, aku tidak akan cerita padamu.” Karel mengepalkan tangan, ingin rasanya meremas mulut licin Angel agar berhenti membuatnya kesal. Gadis itu memang pandai memantik amarah Karel, bahkan saat dia diam pun masih tampak begitu mengesalkan di mata Karel, jauh berbeda dengan Alessa yang selalu berhasil
“Moca ... kau rindu aku tidak?”Angel sangat gembira dipertemukan kembali dengan si kucing tersayang yang menjalani LDR dengannya dalam waktu yang lumayan lama. Keluarga Jaydan benar-benar merawat kucing itu dengan sangat baik, terbukti bobot tubuh Moca bertambah signifikan dari yang terakhir Angel ingat.“Kau pasti selalu makan banyak di sini, kan? Dasar kucing nakal, sudah kubilang hemat, jangan menyusahkan mama Jaydan!” omel Angel sepuasnya, ia bebas mengatakan apa pun yang ia mau karena saat ini Angel sedang duduk sendiri di kursi taman belakang kediaman rumah Jaydan.Kekasihnya sedang mengambil minuman, katanya sedang membuat cappucino untuknya dan Angel. kedua orang itu memang memiliki selera yang sama dalam hal makanan dan minuman, salah satunya cappucino ini. Angel menciumi Moca hampir di sekujur tubuh kucing itu. Jaydan yang baru datang sambil mem
Pesta Karel diadakan dengan meriah seperti yang sudah lelaki itu pamerkan pada teman-temannya. Lelaki jangkung itu menyewa satu kelab malam elite sebagai tempat pesta. Sengaja memilih tempat itu karena dirasa cocok dengan tema acara dan rata-rata teman Karel pun memang suka berkunjung ke sana. Hitung-hitung pesta sambil refreshing. Di antara semua orang yang senang dengan pemilihan tempat itu hanya Jaydan yang protes. Bahkan laki-laki itu sempat berniat untuk tidak datang ke acara ulang tahun Karel, untung Angel bersedia datang sehingga Karel tidak perlu mengeluarkan jurus 1001 rayuan untuk membujuk Jaydan datang.Pria itu mengangkat gelas minumannya dan bersulang bersama teman-temannya yang sedang asyik menari-nari mengikuti alunan musik sang DJ. Jaydan sudah duduk santai di sudut ruangan—menunggu sang kekasih yang belum muncul. Karel melipir dari kehebohan orang-orang di arena dansa, dia duduk di samping Jaydan sambil melentangkan tangannya. Tak lama kemudian
“Alessa, tunggu!” Karel terus memanggil nama itu selama pengejaran yang dilakukannya.Orang yang seharusnya menikmati pesta meriah itu justru tengah mengejar seorang gadis yang tak kunjung menghentikan langkah atau sekadar berbalik untuk menatapnya pun tidak dia lakukan. Alessa masih sakit atas penghinaan yang dia dapat, memang seharusnya sejak awal gadis itu tidak bergaul dengan Karel dan teman-temannya. Bahkan lelaki jangkung itu pun sudah menegaskan berulang kali bahwa dia dan Alessa berada di kasta yang berbeda.“Al!” sentak Karel sambil meraih tangan Alessa.Dilihatnya pipi gadis berambut sebahu itu sudah berair, ia memalingkan wajah agar kesedihannya tak terlihat oleh Karel.“Kamu sedang apa di sini, Rel? Kembalilah ke dalam, jangan biarkan tamu-tamu kamu menunggu di sana.”“Kita harus bicara.”Kedua orang itu pun akhirnya saling berhadapan tepat di depan area kelab. Malam semakin dingin
Angel memperhatikan gerak-gerik Alessa yang sedikit aneh saat Karel sengaja duduk di samping gadis itu. Pipi Alessa bersemu merah tanpa alasan, ia pun tidak banyak bicara dan hanya menjawab ketika Angel bicara padanya. Tidak jauh berbeda, laki-laki jangkung menyebalkan itu pun tidak kalah mengherankan. Sejak kedatangan mereka ke kafetaria, Karel terus menempeli Alessa. Menawarkan ini dan itu, tidak berhenti memperhatikan Alessa bahkan untuk hal-hal yang terbilang sepele.“Kalian berdua kenapa?” ujar Angel menatap penuh selidik.Jaydan yang tadinya sedang menikmati makan siangnya pun mendadak mengalihkan perhatian pada Alessa dan Karel—seperti ikut penasaran dengan pertanyaan kekasihnya.“Kenapa apa maksudmu?” sahut Karel agak nyolot.“Hari ini kalian berdua sangat aneh, apa terjadi sesuatu tadi malam?”“Aneh bagaimana, perasaan biasa saja, iya kan Al?”“Hah? Oh, iya.” Alessa t
"Aku sudah memeriksa semua data dan dokumen penting yang tadi diacak-acak, syukurnya tidak ada yang rusak atau hilang," jelas salah seorang anggota BEM.Pertemuan yang tadinya akan membahas perihal rapat kerja BEM bulan ini malah menjadi rapat darurat untuk mengusut kasus percobaan pembunuhan. Jaydan sudah melaporkan masalah ini kepada pihak lembaga, beberapa saat lagi polisi akan datang melakukan investigasi."Bagaimana dengan hasil cctv-nya Rel, apa orang itu terekam?""Tadi aku melihat dia memang terekam di cctv tapi kurang jelas karena orang itu memunggungi kamera. Sori juga Jay, aku tidak bisa menangkapnya tadi. Dia menghilang tanpa jejak padahal aku sudah meminta bantuan sekuriti kampus untuk menangkapnya.""Tidak masalah ini bukan salahmu, kita harus mengusut tuntas kasus ini karena ini menyangkut keselama
Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Angel. Ujian hidupnya sungguh berat dan dia takjub pada dirinya sendiri karena bisa kuat dan bertahan sampai detik ini. Detik di mana ia bisa mengulang semua adegan demi adegan kehidupannya yang tak menyenangkan hanya dalam ingatan dan kenangan. Mendapat penolakan Jaydan di awal cerita, kehilangan sang ayah, dibenci semesta, berseteru dengan sahabat dan keluarga, bahkan sampai mendapat teror pembunuhan oleh dua orang gila yang dibutakan obsesi dan dendam kesumat.Ujian-ujian itu sungguh berat ketika dijalani namun ketika Angel berhasil melewatinya hanya tersisa perasaan lega terlepas dari hasilnya yang baik atau sebaliknya Angel tidak peduli. Dari semua kejadian yang menimpanya, Angel belajar banyak hal baru. Tentang rasa saling menghargai, pentingnya mempercayai seseorang, persahabatan yang tulus, pentingnya dukungan keluarga. Hal-hal sederhana yang tanpa sadar mampu menjadi penangkal berbagai masalah buruk dalam hidup.Memang
Tubuh Angel menghantam lemari sampai bergetar. Punggungnya terluka terkena pecahan kaca. Gerry terus melakukan serangan bahkan ketika Angel sudah tak berdaya karena lemas. Darah keluar sari telapak tangannya yang tersayat pecahan kaca.“Mati kau Angel Lee!” teriak Gerry siap menginjak bagian dada Angel.Sayang, sebelum aksinya berhasil sebuah tendangan mendarat di punggungnya dan Gerry pun tersungkur. Jaydan pelakunya, dia datang di momen yang tepat.“Angel,” cicit Jaydan khawatir, ia membantu kekasihnya untuk berdiri.Sementara Karel langsung melepaskan jaketnya dan menutupi bagian atas Alessa yang compang-camping. Amarah Karel mendidih, dia ingin melenyapkan Gerry dengan segera namun sekarang yang terpenting adalah Alessa. Lelaki itu ingin memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sang kekasih.“Kamu tunggu di sini,” kata Jaydan lagi setelah menyisihkan Angel ke tempat yang aman.Tatapan nyalang tak ter
Di tangan Naina ada sebuah boneka beruang yang cukup lucu. Ia mendekati Angel seraya memamerkan senyum mengerikan ala psikopat yang ada di film-film thriler. Tangan satunya lagi memegang belati yang masih berlumuran darah Moca. Darah Angel mendidih detik itu juga, ia ingin berontak tapi waswas Naina menyerangnya dengan benda tajam itu."Kak Angel, kau mau tahu tidak bagaimana caraku menganiaya kucing kesayanganmu?" tanya Naina dengan suara dibuat seramah mungkin."Pertama, aku tangkap dia seperti ini," katanya sambil mencekik leher boneka beruang."Lalu dia mengeong kesakitan, aku yakin kau pasti menangis guling-guling kalau melihatnya. Setelah itu, aku sayat lehernya begini!"Sret!Suara robekan terdengar begitu nyata, Angel membayangkan boneka itu adalah Moca. Napasnya tiba-tiba sesak, dia tidak sanggup mendengar kelanjutan cerita Naina."Setelah itu aku tusuk bagian perutnya sampai seluruh jeroannya keluar seperti ini."Naina mengh
Tangan kanan Gerry menangkup pipi Angel sekuat mungkin, “Tidak usah berlaga bodoh, Angel Lee. Aku muak melihatnya! Ayo jawab, di mana kau melihat Antonio mati, hm?”“Apa urusanmu? Kenapa kau ingin tahu hal itu?”“Aku? Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang anak malang yang harus kehilangan ayah terkasihnya karena monster kejam seperti ibumu. Antonio itu ayahku, Angel Lee, dan ibumu merenggut nyawanya dengan sadis tepat di depan matamu. Kau ingat sekarang, hah?!”Gerry mendorong kepala Angel sampai membentur lantai, Alessa memekik—ingin membantunya tapi tak bisa karena kedua tangannya terikat. Alhasil Alessa hanya bisa menangis sambil memohon ampun pada Gerry.“Kau dan ibumu sama-sama perempuan monster, Angel Lee! Kenapa kau masih hidup, hah? Akan lebih baik jika orang-orang seperti keluargamu mati cepat dan berkumpul di neraka! Tebus semua dosa kalian selamanya!”Angel menangis, dia ingat kejadian
Penculikan ini terjadi beberapa saat lalu, tepatnya saat senja menghilang dan langit menggelap. Angel dan keluarga Alessa tengah bersiap menutup kedai. Para pengawal pun terlihat masih setia menanti nonanya di depan sana. Tepat pukul delapan persiapan untuk pulang sudah selesai. Ibu dan adik Alessa naik ke mobil lebih dulu sedangkan Alessa dan Angel keluar terakhir karena harus mengunci kedai terlebih dahulu.Tersisa dua pengawal yang masih menunggu Angel, tiba-tiba gerombolan pria berpakaian hitam berdatangan. Jumlahnya cukup banyak, mungkin ada sepuluh sampai lima belas orang. mereka memukuli pengawal Angel dan langsung menyeret Angel dan Alessa ke mobil. Pengawal yang sebelumnya sudah masuk mobil mencoba melawan namun mereka kalah jumlah dari kumpulan gangster itu.Sepanjang perjalanan Angel dan Alessa berontak, mereka baru diam ketika sang penculik membius keduanya sampai tak sadarkan diri. begitu membuka mata Angel sudah berada di sebuah bangunan yang membawa memo
“Di mana Angel?” tanya Jaydan berusaha mengatur napas dan amarahnya, dia tidak ingin terlihat terpancing oleh Naina.“Dia ada di depanku bersama si cupu, temannya yang sangat loyal. Kakak ingin mendengar suara mereka?”“Argh, sakit ...,” ringis Alessa, Karel yakin itu suara kekasihnya.Dia mendekat pada Jaydan—langsung memaki tindakan Naina.“Berengsek! Kau apakan kekasihku, hah?!”Karel lebih emosional dibanding Jaydan, hatinya sakit mendengar jerit kesakitan Alessa di sana.“Aw, rupanya kau sudah jadi kekasih si Cupu, kak Karel. Aku tidak melukainya kok, kau tenang saja. kami hanya sedikit bermain-main. Di depanku sekarang sudah ada tali tambang, bensin, dan pisau tajam yang kugunakan untuk mencabik tubuh kucing kesayangan Angel. Kira-kira kau dan kak Jaydan ingin kami memainkan benda yang mana?”“Sekali kau sentuh Alessa, kau akan mati di tang
Karel tidak mengerti mengapa Jaydan mengajaknya pergi ke kampus malam-malam di saat suasana dan aktivitas penghuninya mulai berkurang. Jelas saja, ini malam hari dan sedang dalam masa libur semester juga. Sudah pasti suasana malamnya tidak akan seramai malam-malam masa sebelum liburan. Karena penjaga sekolah sudah sangat dekat dengan Jaydan, ditambah ayah lelaki itu adalah rektor di sana jadi penjaga pun mengizinkan Jaydan dan Karel untuk mengakses sekretariat BEM dengan mudah. Jaydan memeriksa loker anggota yang tidak dikunci dan laci-laci di lemari tempat menyimpan berkas.“Sebenarnya apa yang kau cari, Jay? Katakan padaku agar aku bisa membantumu. Kalau begini kan aku bingung harus mencari apa.”“Buku catatan milik Gerry, aku ingat pernah melihatnya di ruangan ini,” jawab Jaydan sambil terus mencari tanpa henti.“Buku catatan Gerry? Kenapa kau mencarinya?”Jaydan menjeda aksinya sejenak, Karel ini memang tipika
Angel menghubungi beberapa pengacara keluarganya untuk mengurus kasus teror yang kemarin dia dapat. Laporan terhadap pihak kepolisian pun sudah dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan. Ditakutkan ada serangan lain yang Angel dapatkan, alhasil kini kediaman Angel benar-benar dilindungi oleh beberapa petugas polisi dan ada pengawal pribadi juga yang dia sewa.Gadis itu akan memastikan keselamatan dirinya dan keluarga Alessa terjamin selama mereka tinggal bersama di kediaman mendiang Adam Lee. Cukup hanya Moca saja yang menjadi korban, Angel tidak ingin kehilangan sesuatu atau sosok yang dia sayangi lagi. Dia bersumpah tidak akan memaafkan manusia biadab itu siapa pun pelakunya.“Bagaimana Al, kamu sudah menemukan tanda-tanda orang mencurigakan yang terekam kamera cctv?” tanya Angel, ia dan Alessa sedang sibuk memeriksa hasil rekaman cctv dan black box mobil yang terparkir di sekitar kediamannya ketika kejadian pembantaian terhadap Moca terjadi.Sejauh ini
Di sebuah ruangan gelap dan lembap seseorang tengah tersenyum puas mengingat hasil kerjanya yang pasti berhasil membuat geger di rumah Angel. Orang itu duduk di sebuah sofa sambil menyelonjorkan kakinya ke atas meja. Semua rencana yang dia atur benar-benar berjalan dengan baik. Tidak ada satu pun yang mencurigai dirinya sebagai pelaku kejahatan terhadap Angel. Berbulan-bulan dia membuat hidup Angel menderita dan rasanya itu belum cukup. Orang itu tidak akan berhenti sebelum Angel benar-benar mati seperti orang yang dia sayang dulu. Kalau bukan karena ibu gadis iblis itu, mungkin dia tidak akan kehilangan ayah tercintanya.Clek!Suara pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring di ruangan kedap suara itu. Gadis berhoodie hitam masuk sambil melepas topi dan maskernya. Dua barang itu dilempar tepat ke tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dia duduk di samping sang lelaki setelah saling