Share

Became a Villainess?
Became a Villainess?
Penulis: LikeStar_118

Prolog

Penulis: LikeStar_118
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-26 16:14:11

*Baaam!

Aku membanting pintu rumahku seusai berlari pulang dari toko buku. Segera kulepaskan kaus kaki hitam putih milikku dan memasukkannya kedalam sepatu yang kuletakkan di atas rak sepatu yang berada tepat disebelah pintu.

Aku tidak perlu memberikan salam karena aku hanya tinggal sendirian. Segera aku berlari menaiki tangga ke lantai atas tepat dimana kamarku berada, tak lupa tentu saja dengan buku yang sedang kupeluk ini.

'Akhirnya terbit juga!'

Yah seperti yang kalian lihat, aku sangat senang hanya dengan memeluk satu buku yang tampak seperti buku novel biasa. Bukan tanpa alasan aku memeluk erat buku itu, aku melakukannya karena teringat dengan kakak laki-lakiku.

Sebagai catatan, aku punya saudara laki laki angkat yang beda lima tahun dariku. Allen Priscilla. Aku sangat merindukannya karena dia sedang bersekolah diluar negeri, sekarang kuliah mungkin? Sementara aku masih di Indonesia. Huhhhh aku kesepian sendirian dirumah...

Kak Allen berada di New York melanjutkan studinya sementara Ayah dan Ibuku masih di Amerika dengan alasan kerja. Untuk bagian orang tua aku tidak terlalu mempedulikan mereka ada dirumah atau tidak, toh aku kalo disuruh memilih antara mereka berdua atau kakak jelas aku milih kakak!

Dari kecil aku sudah ditinggal sendirian dirumah yang segede mansion ini. Karena orang tuaku tau bahwa aku kesepian, bukannya memilih melonggarkan jadwal kerjanya dan menghabiskan waktu denganku, mereka malah mengadopsi anak laki laki untuk bermain bersamaku.

Setelah itu mereka malah makin tidak pernah pulang ke rumah.

Terkadang aku bertanya-tanya apakah mereka masih ingat bahwa mereka punya anak.

Baiklah, terserah! Aku juga sudah besar!

Kak Allen diam-diam adalah seorang penulis novel yang terkenal dengan genre fantasi. Dan tentu saja sebagai adik yang baik, rajin dan imut.. aku harus mendukungnya dengan membeli seluruh keluaran bukunya..  dan tentu saja, BUKUNYA BAGUSS SEMUAAAA......

Diantaranya yang paling direkomendasikan adalah novel fantasi romantis berjudul 'Lady with the Light Magic'. Hmm~♪ Sekalian saja aku meringkas novel ini untuk tugas meringkas buku di pelajaran bahasa Indonesia kelas 8.

Awalnya aku membacanya dengan penuh syahdu... sampai ada adegan-adegan yang bikin deg-deg an waktu Milly Corben, si tokoh utama hampir mati atau terluka berkali-kali karena sihir api milik antagonis utama, Sherina, yang memang luar biasa, tapi selalu diselamatkan sang pangeran. Ya iyalah masih hidup, kalo dia mati ceritanya udah tamat.

Dari awal cerita aku ngefans banget sama si Milly.

Hmm.. mungkin karena penjelasan yang diberikan kakak didalam novel menyatakan bahwa Milly itu cantik dan baik. Kalau kak Allen bilang gitu berarti itu beneran.

Cerita pun diakhiri dengan kekalahan Sherina yang ingin menjatuhkan Milly. Dan dia dihukum eksekusi mati. Yang paling hebatnya, waktu eksekusi dan pernikahan Milly dengan pangeran bersamaan!!

Tentu saja para hadirin yang diundang lebih memilih melihat pesta mewah daripada melihat orang sekarat yang akan mati. Tapi ada beberapa orang yang melihat Sherina yaitu para pelayan yang bekerja di rumah Duke Chevalier. Yang rupanya masih memihak Sherina tapi di paksa tutup mulut oleh Milly.

Dari beberapa paragraf tepat di akhir cerita, lumayan aneh untuk seorang yang suci, lemah lembut dan baik hati seperti Milly untuk melakukannya. Tapi karena aku dah suka sama Milly aku tidak terlalu memikirkannya. Mungkin itu hanya kalimat biasa tanpa ada makna, namun mengingat yang menulisnya adalah kakak, orang yang sangat jeli dan teliti, muncul keraguan didalam diriku.

'.. kenapa perasaanku tidak enak?'

Sampailah di lembar berikutnya yang adalah tambahan, disana tersedia ringkasan sudut pandang Milly dan Sherina.

Waktu membaca sudut pandang Sherina, aku sedikit paham dengan perasaannya. Sherina anak panti asuhan yang artinya dia yatim piatu. Dia diadopsi oleh Duke Chevalier waktu berumur tujuh tahun, yaitu waktu anak-anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang oleh orang tuanya. Usia dimana mereka mulai mempertanyakan mana yang benar dan mana yang salah.

Sherina hampir mirip sepertiku, namun untuk kasusku aku punya kak Allen, jadi aku dibimbing dengan baik dan tidak salah arah.

Sang Duke mengadopsi Sherina bukan karena rasa tertariknya akan ingin memiliki seorang anak tanpa harus menikah dahulu, melainkan karena perintah Yang mulia Raja untuk mengadopsi anak, terserah mau secara acak pun bisa.

Dikira undian kali ya.

Waktu Sherina yang terpilih, dia sangat senang dan berharap cinta dari ayah angkatnya. Waktu terus berlalu dan terungkap bahwa dia cuma dijadikan hiasan oleh sang Duke. Hiasan yang bisa memberi hormat dan memakai baju-baju bagus. Hiasan yang hanya bisa mengharapkan dia mendapat cinta dari orang tua.

Walau hanya sekali saja.

Tidak dijelaskan secara langsung bagaimana kehidupan Sherina waktu di panti asuhan. Sejujurnya aku juga kaget karena aku baru tau jika itu adalah perintah-sang-raja, karena sejak awal cerita, Sherina dijelaskan mempunyai banyak harta kekuasaan yang diberikan oleh ayahnya. Jadi aku mengira Sherina sangat disayangi oleh ayahnya.

Pembaca novel termasuk aku, baru tahu kebenarannya saat hari pemutusan Sherina akan dieksekusi atau tidak.

Yang terjadi seperti ceritanya. Sherina dieksekusi. Dan dicerita tambahan tersebut aku mendapat fakta baru. Bahwa Sherina... memiliki sihir cahaya sama seperti Milly.

"Plot twistnya engga main-main, anjir."

Tapi kenapa dia tak menunjukkannya? Itulah yang aneh disini.

Ringkasan dilanjut dengan sudut pandang Milly, sang tokoh utama.

Merencanakan pengkhianatan. Menjebak Sherina. Meracuni diri sendiri. Lari ke api milik Sherina. Merayu pangeran. Mengendalikan pikiran Duke Chevalier agar Sherina dihukum mati. Dan.. menggunakan SIHIR HITAM.. serta yang lainnya..

Yang ternyata selama ini, yang jadi ANTAGONISNYA ITU MILLY BANGSAT!!

Seluruh ringkasan itu ternyata semua rencana Milly yang mendasari semua konflik di cerita novel tersebut. Dan faktanya Sherina tau itu dan berusaha menghentikan Milly dan menyelamatkan pangeran dari penyihir itu!!

Tapi karena si Sherina kurang pintar bagaimana cara mengungkapnya atau karena semuanya sudah terlalu terpikat dengan sihir hitam Milly, jadi dia yang malah terasa menari di atas telapak tangan Milly. Cuma Sherina dan pangeran yang tahu sifat asli Milly. Tapi karena pangeran sudah-di-cuci-otak dia menghiraukan peringatan Sherina dan malah memusuhinya karena berusaha membahayakan Milly? PERMISI!?

"Sumpah! Itu pangeran gunanya apa sih? Pangerannya aja gitu! Rakyatnya gimana?"

"Gimana sih?? kok malah jadi gini??! Aaagghhhhhhhh."

Sampai penjelasan terakhir pun aku terus menyumpah serapahi Milly. Tak bisa dihitung lagi kata-kata kasar yang keluar dari mulutku yang biasanya terfilter baik.

Baru kali ini moodku se-anjlok ini. Kak Allen emang punya bakat bikin emosi pembaca novelnya ke ombang-ambing. Kadang suasananya anjlok di awal tapi happy di akhir, atau malah kayak novel ini! Happy aja baca awal, sampai akhir... eh! Malah Heroine yang disukai banyak orang itu penyihir hitam yang bisa mencuci otak dengan tampilan + gaya sok polosnya!

"MILLY!! BALIKIN NYAWANYA SHERINA! COBA KALO KAMU NYATA! DAH KULEMPAR KAMU KE RUMAH SAKIT JIWA!!"

"Tunggu, lupakan rumah sakit jiwa, UNTUNG KAMU ENGGA NYATA, KALAU NYATA DAH KU TOJOK KU BANTING KU SLEDING KAMU YA!!"

Aku berteriak sambil memukul mukul bantal sambil membayangkan itu adalah Milly. Dan karena terluap emosi, aku memilih membakar novel itu tanpa sepengetahuan kakak. Hush.. jangan bilang ya..

Yah nggak mungkin juga sih aku bisa ngasih tahu kakak, kita kan dah putus kontak lama banget.

'Persetan dengan tugas meringkas! Kubakar saja sampai jadi abu terus ku kubur! Berbahagialah kau kembali bersatu dengan tanah, dasar buku durjana!'

Akhirnya setelah memantapkan hati aku membakar novel itu sampai jadi abu, tapi belum ku kubur karena diluar rumah sedang hujan lumayan deras. Karena emosi mentalku sudah terkuras habis, aku memilih untuk tiduran saja sambil menunggu hujan reda.

Lalu tiba tiba petir menyambar dan lampu mati. Karena lelah aku masih menutup mata tanpa ada niatan bangun sama sekali. Tiba-tiba terdengar jelas bunyi petir, dari bunyinya saja sudah jelas bahwa itu petir yang terus menyambar.

Karena iseng, aku menghitungnya.

1...

2...

3...

4...

5...

6...

7...

... berhenti.

'Huh? Apakah ini sama saat menghitung suara tokek? Saat berhenti di angka 7 maka ada sesuatu?'

Aku mengerutkan kening saat menyadari betapa tenang dan heningnya ini. Aku bertanya-tanya kemana suara hujan dan petir yang tadi terus menerus terdengar menyambar. Untuk memastikan apa yang terjadi, aku membuka mataku..

.. dan mendapati bahwa ini bukan lagi kamarku.

'Lho.. aku dimana?? Aku diculik? Serius? Tadi aku kan dikamar!'

Karena reflek menyadari bahwa ini bukan kamarku, atau tempat manapun yang ku ketahui, aku mencoba berteriak.

"Oeekk!(Aaaaa!!)"

'.. Eh?? Oek? Ada bayi disini? Tapi kok dekat banget kayak nempel gitu. Apa aku diculik bersama dengan seorang bayi? coba aku panggil..'

"Abaa?(Adek?)"

'Lho kok bisa ngomongnya bisa bareng?'

"Abaaaa bababa?(Adek nggak papa?)"

'Eh kok.. ada yang aneh.. Tapi apa yah?'

Aku masih mencoba memikirkan apa keanehannya. Entah kenapa otakku nggak langsung connect kayak biasanya. Sampai terdengar suara langkah kaki memubuatku memutar mata ke samping. Tampaklah seorang wanita masuk kedalam ruangan ini dan melihatku.

"Abaa! Bababa?(Hei! ini dimana?)"

'Daritadi kok bayinya ngganggu aku ngomong sih?'

Wanita dengan rambut coklat itu awalnya menatapku dengan mata datar lalu tiba tiba menjerit kegirangan.

"Kyaaa, bayinya sangat imut!! Kemarilah Marie! Ouh~ bayi yang manis dan cantik, sayang sekali ayah dan ibunya meninggal untuk membawamu kesini." Wanita itu berkata dengan pandangan kasihan saat melihatku. Sebentar, melihatku??

'Eh? Aku kan masih punya orang tua... kenapa menatapnya ke aku?'

Aku masih memikirkan kata katanya, walaupun dia melihatku, aku mencoba berpikir positif bahwa pasti kata-kata tadi ditujukkan pada bayi yang entah siapapun itu, yang menempel padaku. Sial, aku sangat ingin menoleh dan melihat bayinya.

Kalian bertanya kenapa aku tak bisa menoleh? Tubuhku mati rasa! Aku bahkan tidak merasakan kakiku saat menggerakkannya.

Sampai ada wanita lain dengan rambut abu-abu yang sepertinya seumuran dengan wanita tadi memasuki ruangan. Lalu dia menatapku datar sama seperti pandangan awal wanita sebelumnya. Tiba-tiba senyuman muncul diwajahnya.

"Kau benar Reene. Bayinya sangat imut dan cantik. Rambut hitamnya langka, namun sangat serasi dengan matanya yang berwarna merah. Aku kasihan pada bayi ini, tiba-tiba menjadi yatim piatu."

'Bayinya yatim piatu? Aku sangat kasihan padanya. Hidupnya pasti berat.'

"Kau benar. Sayang sekali bayi imut ini harus tinggal di panti asuhan kecil ini. Tapi tenang saja sayang, kami akan menjagamu dengan baik sampai kau bisa mengurus dirimu sendiri." Wanita berambut coklat yang sepertinya bernama Reene itu mengarahkan tangannya padaku dan menusuk pipiku dengan lembut.

'Tunggu bukannya ke bayi tapi ke aku? Nggak, pasti ke bayinya.. juga, mbak, kamu ngomong gitu ke bayi?'

"Itu benar. Dan karena bayi ini memikat hati kita waktu pertama kalinya dia membuka matanya pada hari ini, bagaimana jika kita namai dia Sherina?"

Wanita yang dipanggil Marie itu menoleh ke arah Reene dan di balas anggukan.

"Nama yang cantik. Kau pasti akan dicintai banyak orang Sherina sayang. Sama seperti arti namamu."

'Eh? Bentar bentar, Sherina? Itu kan nama antagonis baik di novelnya kak Allen kan?'

"Nah Sherinaku yang cantik.. bagaimana jika kita jalan-jalan?"

Reene memajukan kedua tangannya ke arahku dan tiba tiba aku merasa melayang di udara. Dan ternyata aku sedang digendong..

'Hah? Digendong? bentar bentar aku itu berat lho. Tapi kok aku terasa melayang tinggi yah? Apa dia yang ketinggian?'

Waktu diangkat ke udara, aku melihat ke mata berwarna coklat milik Reene dan melihat pantulan diriku. Hanya untuk mendapati bahwa aku--

'--adalah bayi! Jadi daritadi itu yang kukira bayi disampingku ternyata aku sendiri?'

"Abaaaa!!(Apaaa?!)"

Aku menjerit keras sampai Reene memasang wajah terkejut dan menurunkanku lagi. Aku langsung menangis kencang karena terkejut setengah mati. Beberapa menit yang lalu dia masih seorang anak perempuan kelas 8 SMP, dan sekarang dia langsung menjadi bayi yang baru pertama kali membuka matanya?!

'Plis deh kuharap ini cuma mimpi.'

Bab terkait

  • Became a Villainess?   [1] Ini bukan duniaku..

    Butuh beberapa hari, agar aku dapat menyimpulkan hal-hal tak masuk akal yang terjadi. Aku butuh beberapa hari karena otak bayi itu belum sempurna untuk memikirkan hal-hal yang berat. Jika aku nekat, maka aku akan cepat kelelahan dan tertidur sepanjang hari.Setidaknya waktu empat hari bagiku untuk menyatukan memori-memori tentang awal novel merupakan suatu pencapaian. Ah, aku sangat bangga pada diriku sendiri.Ini beberapa kesimpulan dan fakta.1. Aku terlahir kembali dengan nama Sherina, atau nama yang sama dengan tokoh antagonis di novel 'Lady with the Light Magic' karangan kakak laki-lakiku.2. Ini benar-benar dunia didalam novel itu, dan artinya aku memanglah Sherina. Dan novel itu akan menjadi masa depan yang nyata. Tempat ini adalah panti asuhan di daerah kumuh utara ibukota, tempat tinggal Sherina sebelum diadopsi oleh Duke Chavelier yang akan terjadi tujuh tahun dari sekarang.3. Fakta bahwa aku, Sherina, benar-benar yatim piatu. Aku mendengar percakapan Reene dan Marie waktu a

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Became a Villainess?   [2] Aduh, diadopsi

    Seakan tak terjadi apa-apa setelah kejadian menangis di meja makan, aku tidur dan bangun seperti biasanya. Untung saja mataku tidak membengkak, diatas meja sebelah tempat tidur, aku melihat banyak tisu.Itu adalah pemberian anak-anak panti. Tadi malam, tepatnya tengah malam, disaat aku mengigau setengah sadar. Aku mendengar suara pintu kamarku dibuka dan mendapati jika mereka menyelinap masuk dan meletakkan tisu-tisu tersebut disebelahku.".. Mungkin aku harus kebawah dan berterimakasih secara langsung kepada mereka."Aku segera membasuh wajah dan menuju ke ruang tamu, tempat dimana biasanya anak panti berkumpul di pagi hari. Sampai disana aku melihat Marie memegang sepucuk surat dan Reene yang matanya sembab seakan habis menangis. Mereka berdua berdiri tepat didepan pintu masuk.Aku melihat ke sekeliling, tak ada anak-anak yang biasanya berisik di pagi ini.'Ada apa dengan mereka berdua?'Tanpa pikir panjang aku menghampiri mereka berdua sambil bertanya dengan hati-hati."Kak Reene, K

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Became a Villainess?   [3] Tuan Duke

    "..."Ha?'Apa? apakah yang tadi dia sebut sebagai serangga.. adalah aku? Heh! Apa kau tidak bisa ramah pada seorang anak hah?!' Aku mengumpat dihati dengan wajah polosku diluar sambil terus menatap matanya. Seperti pepatah 'Hujat dihati senyum diluar.' memang sangat pantas untuk dipraktekkan."Salam, Tuan Duke Chevalier." Para pelayan dan ksatria termasuk James dan Marvos serentak memberikan salam kepada Duke. Benar-benar kompak.Bukannya menjawab salam dari mereka, Duke tetap setia menatapku dan aku masih setia menatapnya balik. Sampai beberapa menit pun berlalu.. dan posisi kami masih sama.'Apa kau ingin lomba kedip mata, Tuan Duke yang terhormat? Atau kau ingin lomba colok mata? Sini, biar aku colok mata kau.'Sampai lima menit berlalu kami masih saling menatap dengan setia, tanpa terlihat satu diantara kami akan menyerah dengan mengedipkan mata. Lama-lama mataku terasa panas.Pedes woi!Aku diam-diam mendecakkan lidah. Kurasa ada aura tegang disana, tapi toh bodo amat. Karena mat

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22
  • Became a Villainess?   [4] Pohon dan Rencana

    Sekarang hari ketiga aku disini. Di mansion ini. Disini aku tidak bisa ngapa-ngapain, cuma bisa tidur, makan, mandi secara berulang kali. Intinya... tiba-tiba aku jadi kaum rebahan tanpa ada yang komen.Enak banget~~Setelah kejadian perlemparan itu, aku tidak lagi bertemu dengan Duke karena dia sibuk jadi babunya si Raja atau bisa dibilang ayahnya jodohnya si permen Milkyta itu.Ekhem.Maksudku Milly.Karena ini masih pagi, sekarang aku sedang ingin berada di taman sendirian. Buat refreshing. Jangan jadi anak rebahan terus.Seharusnya aku ditemani oleh beberapa pelayan jika ingin pergi keluar kamar. Tapi bukan aku jika tidak bisa maksa orang oke? Aku memaksa agar tidak ada yang mengikuti. Rasanya aneh jika diikuti kemana-mana.Lagipula aku ingin waktu me-time.Aku berjalan dengan memperhatikan pemandangan hamparan bunga mawar putih yang sangat banyak sekali. Sesekali kulihat ada pelayan yang lewat dari arah berlawanan dan menyapaku.'Yah setidaknya mereka menyapaku.'Aku berjalan samp

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Became a Villainess?   Chapter 5

    Selamat membaca!(◕ᴗ◕✿)....Sherina lekas pergi dari ruangan itu. Awalnya dia merasa senang karena permintaannya dituruti oleh ayah barunya, sampai tiba-tiba Sherina tersadar akan sesuatu.'Eh, ngomong apa aku tadi woi!!'Bisa-bisanya dia bilang kata 'Aku sayang kamu' ke ayah barunya yang menjengkelkan itu. Eh kenapa dia baru sadar sih?! ihhh!! malu!! Sherina memang dulu saat menjadi Alicia suka mengatakan itu pada temannya, TAPI KAN TEMANNYA PEREMPUAN!!Astaga untung aja Sherina ini masih kecil. bayangin aja

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23

Bab terbaru

  • Became a Villainess?   Chapter 5

    Selamat membaca!(◕ᴗ◕✿)....Sherina lekas pergi dari ruangan itu. Awalnya dia merasa senang karena permintaannya dituruti oleh ayah barunya, sampai tiba-tiba Sherina tersadar akan sesuatu.'Eh, ngomong apa aku tadi woi!!'Bisa-bisanya dia bilang kata 'Aku sayang kamu' ke ayah barunya yang menjengkelkan itu. Eh kenapa dia baru sadar sih?! ihhh!! malu!! Sherina memang dulu saat menjadi Alicia suka mengatakan itu pada temannya, TAPI KAN TEMANNYA PEREMPUAN!!Astaga untung aja Sherina ini masih kecil. bayangin aja

  • Became a Villainess?   [4] Pohon dan Rencana

    Sekarang hari ketiga aku disini. Di mansion ini. Disini aku tidak bisa ngapa-ngapain, cuma bisa tidur, makan, mandi secara berulang kali. Intinya... tiba-tiba aku jadi kaum rebahan tanpa ada yang komen.Enak banget~~Setelah kejadian perlemparan itu, aku tidak lagi bertemu dengan Duke karena dia sibuk jadi babunya si Raja atau bisa dibilang ayahnya jodohnya si permen Milkyta itu.Ekhem.Maksudku Milly.Karena ini masih pagi, sekarang aku sedang ingin berada di taman sendirian. Buat refreshing. Jangan jadi anak rebahan terus.Seharusnya aku ditemani oleh beberapa pelayan jika ingin pergi keluar kamar. Tapi bukan aku jika tidak bisa maksa orang oke? Aku memaksa agar tidak ada yang mengikuti. Rasanya aneh jika diikuti kemana-mana.Lagipula aku ingin waktu me-time.Aku berjalan dengan memperhatikan pemandangan hamparan bunga mawar putih yang sangat banyak sekali. Sesekali kulihat ada pelayan yang lewat dari arah berlawanan dan menyapaku.'Yah setidaknya mereka menyapaku.'Aku berjalan samp

  • Became a Villainess?   [3] Tuan Duke

    "..."Ha?'Apa? apakah yang tadi dia sebut sebagai serangga.. adalah aku? Heh! Apa kau tidak bisa ramah pada seorang anak hah?!' Aku mengumpat dihati dengan wajah polosku diluar sambil terus menatap matanya. Seperti pepatah 'Hujat dihati senyum diluar.' memang sangat pantas untuk dipraktekkan."Salam, Tuan Duke Chevalier." Para pelayan dan ksatria termasuk James dan Marvos serentak memberikan salam kepada Duke. Benar-benar kompak.Bukannya menjawab salam dari mereka, Duke tetap setia menatapku dan aku masih setia menatapnya balik. Sampai beberapa menit pun berlalu.. dan posisi kami masih sama.'Apa kau ingin lomba kedip mata, Tuan Duke yang terhormat? Atau kau ingin lomba colok mata? Sini, biar aku colok mata kau.'Sampai lima menit berlalu kami masih saling menatap dengan setia, tanpa terlihat satu diantara kami akan menyerah dengan mengedipkan mata. Lama-lama mataku terasa panas.Pedes woi!Aku diam-diam mendecakkan lidah. Kurasa ada aura tegang disana, tapi toh bodo amat. Karena mat

  • Became a Villainess?   [2] Aduh, diadopsi

    Seakan tak terjadi apa-apa setelah kejadian menangis di meja makan, aku tidur dan bangun seperti biasanya. Untung saja mataku tidak membengkak, diatas meja sebelah tempat tidur, aku melihat banyak tisu.Itu adalah pemberian anak-anak panti. Tadi malam, tepatnya tengah malam, disaat aku mengigau setengah sadar. Aku mendengar suara pintu kamarku dibuka dan mendapati jika mereka menyelinap masuk dan meletakkan tisu-tisu tersebut disebelahku.".. Mungkin aku harus kebawah dan berterimakasih secara langsung kepada mereka."Aku segera membasuh wajah dan menuju ke ruang tamu, tempat dimana biasanya anak panti berkumpul di pagi hari. Sampai disana aku melihat Marie memegang sepucuk surat dan Reene yang matanya sembab seakan habis menangis. Mereka berdua berdiri tepat didepan pintu masuk.Aku melihat ke sekeliling, tak ada anak-anak yang biasanya berisik di pagi ini.'Ada apa dengan mereka berdua?'Tanpa pikir panjang aku menghampiri mereka berdua sambil bertanya dengan hati-hati."Kak Reene, K

  • Became a Villainess?   [1] Ini bukan duniaku..

    Butuh beberapa hari, agar aku dapat menyimpulkan hal-hal tak masuk akal yang terjadi. Aku butuh beberapa hari karena otak bayi itu belum sempurna untuk memikirkan hal-hal yang berat. Jika aku nekat, maka aku akan cepat kelelahan dan tertidur sepanjang hari.Setidaknya waktu empat hari bagiku untuk menyatukan memori-memori tentang awal novel merupakan suatu pencapaian. Ah, aku sangat bangga pada diriku sendiri.Ini beberapa kesimpulan dan fakta.1. Aku terlahir kembali dengan nama Sherina, atau nama yang sama dengan tokoh antagonis di novel 'Lady with the Light Magic' karangan kakak laki-lakiku.2. Ini benar-benar dunia didalam novel itu, dan artinya aku memanglah Sherina. Dan novel itu akan menjadi masa depan yang nyata. Tempat ini adalah panti asuhan di daerah kumuh utara ibukota, tempat tinggal Sherina sebelum diadopsi oleh Duke Chavelier yang akan terjadi tujuh tahun dari sekarang.3. Fakta bahwa aku, Sherina, benar-benar yatim piatu. Aku mendengar percakapan Reene dan Marie waktu a

  • Became a Villainess?   Prolog

    *Baaam!Aku membanting pintu rumahku seusai berlari pulang dari toko buku. Segera kulepaskan kaus kaki hitam putih milikku dan memasukkannya kedalam sepatu yang kuletakkan di atas rak sepatu yang berada tepat disebelah pintu.Aku tidak perlu memberikan salam karena aku hanya tinggal sendirian. Segera aku berlari menaiki tangga ke lantai atas tepat dimana kamarku berada, tak lupa tentu saja dengan buku yang sedang kupeluk ini.'Akhirnya terbit juga!'Yah seperti yang kalian lihat, aku sangat senang hanya dengan memeluk satu buku yang tampak seperti buku novel biasa. Bukan tanpa alasan aku memeluk erat buku itu, aku melakukannya karena teringat dengan kakak laki-lakiku.Sebagai catatan, aku punya saudara laki laki angkat yang beda lima tahun dariku. Allen Priscilla. Aku sangat merindukannya karena dia sedang bersekolah diluar negeri, sekarang kuliah mungkin? Sementara aku masih di Indonesia. Huhhhh aku kesepian sendirian dirumah...Kak Allen berada di New York melanjutkan studinya sement

DMCA.com Protection Status